Kamis, 28 Desember 2023

Sejarah Bahasa (202): Bahasa Makatian di Pulau Tanimbar;Saumlaki Bumi Duan Lolat, Pulau Wuliaru dan Pulau Selu di Makatian


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Makatian, disebut juga bahasa Matine, dituturkan oleh masyarakat Desa Makatian, Kecamatan Wermaktian, Pulau Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Wilayah Makatian sejak doeloe kampong Makatian di teluk Selawassa hingga pulau Wuliaru dan pulau Selu yang menjadi terbentuknya bahasa Malatian.


Konsultan Asing Bantu Jaga Warisan Leluhur. Clemens Sarbunan. 5 Desember 2023. KBRN, Tual: Ketua Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Desa (YPMD) di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Leunard Maiseka kepada rri.co.id mengungkapkan melestarikan 5 bahasa di Tanimbar, dengan bantuan para Konsultan asing. “Kami dibantu para Konsultan asing dari Amerika, Brasil dan Korea, dan mereka datang membantu kami melakukan penelitian, sekaligus melatih kami, bagaimana mengartikan setiap ejaan dari bahasa Lokal”. Bahasa yang terus dikembangkan diantaranya Fordata, Yamdena Timur, Selaru, Seluasa dan Makatian. Selain itu bahasa Fordata logat Seira juga sudah dilakukan. Setelah terjemahan bahasa Makatian diselesaikan, akan membuat adaptasi terhadap dialek antara Makatian dan Seluasa, kedua bahasa memiliki kata-kata kebanyakan sama tetapi berbeda, Maiseka juga menandaskan, Lagu-lagu daerah juga menjadi, agenda penting yang untuk membantu YPMD mengembangkan basasa ibu tersebut (https://www.rri.co.id/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Makatian di pulau Tanimbar? Seperti disebut di atas bahasa Makatian dituturkan di wilayah Makatian. Kota Saumlaki Bumi Duan Lolat, pulau Wuliaru dan pulau Selu di Makatian. Lalu bagaimana sejarah bahasa Makatian di pulau Tanimbar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Makatian di Pulau Tanimbar; Kota Saumlaki Bumi Duan Lolat, Pulau Wuliaru dan Pulau Selu di Makatian

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kota Saumlaki Bumi Duan Lolat, Pulau Wuliaru dan Pulau Selu di Makatian: Bahasa Makatian Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar