Pembentukan pemerintahan di Surabaya secara efektif pada dasarnya baru dimulai setelah era pendudukan Inggris (1811-1816). Ini sehubungan dengan berjalannya proses perapihan (wilayah) administrasi pemerintahan di Jawa. Seiring dengan proses mengadministrasikan kembali wilayah-wilayah di Jawa dilakukan pengangkatan Residen, Asisten Residen dan Controleur serta Gouverneur. Reorganisasi pemerintahan Pemerintahn Hindia Belanda tampaknya merujuk pada pembagian wilayah yang telah dilakukan oleh Letnan Gubernur Raffles.
Kantor Residen Surabaya (foto 1865) |
Residen atau asisten Residen adalah pemimpin
pertama dan yang bertanggungjawab untuk merencanakan pembangunan wilayah serta
memimpin pertumbuhan dan perkembangan kota. Bagaimana kisah para pemimpin di
Surabaya ini di dalam mengiringi perencanaan dan pengembangan Kota Surabaya
penting untuk diketahui. Sebab, merekalah yang memiliki ide awal dan
bertanggungjawab setiap tahapan pembangunan (periode kepemimpinan). Mari kita
telusuri berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.
Beberapa Resident van Soerabaja terdahulu adalah P van de
Poel dan kemudian digantikan oleh Mr. BHA Besier (lihat 's Gravenhaagsche
courant, 16-07-1824). Selama berlangsungnya perang Jawa, Residen van Soerabaja
adalah van Haak. Javasche courant, 20-06-1829 melaporkan Resdien van Haak
mengundang tender (outsource) untuk kegiatan (proyek): (1) perbaikan bangunan
sipil, (b) perbaikan beberapa 'jembatan, (c) perbaikan selokan dan drainase,
(d) perbaikan sungai Kali Maas, (e) perbaikan berat jembatan di Kampong Baroe. Bagi
peminat mulai sekarang hadir di kantor insinyur sipil di sini. Surabaya.
Residen Surabaga, van Haak.
Gouverneur-Generaal mengangkat Generaal-Majoor
titulair Carel Jan Riesz [seorang Jerman] menjadi Resident van Soerabaja. Untuk
urusan keamanan CJ Riesz dibantu oleh Luitenant-Kolonel AV Michiels (Algemeen
Handelsblad, 30-06-1834). Dalam jajaran pemerintahan militer ini terdapat JDG
Schaap sebagai komandan untuk urusan pribumi yang merangkap sekretaris. JDG
Schaap sebelumnya adalah Direktur Instruktur Pelatih Lokal untuk Bahasa Melayu
di Batavia. Tampaknya militer dan ahli bahasa begitu penting dalam proses awal
pembentukan pemerintahan di Residentie Soerabaya ini.Yang menjabat sebagai regent (Bupati) saat
itu adalah Raden Pandji Tjokro Negoro.
Daftar Residen Soerabaja 1834-1942 |
Kolonel AV Michiels telah diangkat menjadi
Gubernur Sumatra’s Westkust pada tahun 1838. Sementara Carel Jan Riesz
mengakhiri tugasnya sebagai Residen Soerabaya pada tahun 1839 dan pensiun. Carel
Jan Riesz sumringah diakhir masa jabatannya sebagai Residen Soerabaya karena
anak buah terbaiknya AV Michiels telah menjadi Gubernur.
Ketika Gubernur AV Michiels lagi giat-giatnya
merencanakan pembangunan di Sumatra’s Westkust, Alexander van der Hart
dipromosikannya sebagai Residen Tapanoeli pada tahun 1845. Alexander van der
Hart adalah anak buah terbaik Michiels yang berhasil masuk ke benteng Bonjol. Alexander
van der Hart sangat disukai Michiels karena Hart tipe pemberani tetapi
berperilaku baik, tidak peminum, tidak penjudi dan sangat hormat kepada wanita.
Alexander van der Hart baru menikah setelah menjadi Residen Tapanoeli. Namun
sangat tragis, dua prajurit pemberani ini justru tewas di tangan orang biasa. Alexander
van der Hart yang menjabat sebagai Gubernur Sulawesi tewas di tempat tidur
tertikam oleh seorang penyusup yang diduga motif pencuri (lihat Dagblad van Zuidholland
en 's Gravenhage, edisi 26, 27 dan 28 Agustus 1856). Prajurit profesional jago
tembak memang tidak pernah mati tertembak tetapi dapat terbunuh karena seorang
amatir. Sedangkan AV Michiels sebelumnya terbunuh mati konyol oleh orang amatir
di Bali (Michiels tahun 1849 kembali ke habitat lama sebagai pemimpin ekspedisi
militer ketiga di Bali).
Residen Carel Jan Riesz digantikan oleh
seorang sarjana, Mr. DFW Pietermaat, sebagai Resident Soerabaya. Pietermaat dibantu sejumlah Asisten Residen yang ditempatkan
di Afdeeling Greesee, Afdeeling Modjokerto, Afdeeling Madoera, Afdeeling
Sumanap dan Pamakassan dan Afdeeling Bawaean.
Residen juga dibantu pemimpin lokal Radin Tommongong Kromo
Djoio Dironno, sebagai Regent (Bupati). Dalam jajaran pemimpin lokal adalah Maas
Beij Prawiro Dirdjo, hoofd Djaksa dan Ngabei Merto Dipoero sebagai hoofd panghoeloe.
Untuk komandan para pendatang: terdiri dari beberapa Luitenant der chinezen: Han
Tiaukie, Han Tiauhien, The Boenhie, The Keh, Han Kokping, The Boenkie.
Sedangkan Kapitein der Malaijers adalah Achmat Bin Abdul Menem; Hoofd der Arabieren,
Abdul Kadir Bin Alie Bin Adjiem dan Sabjan sebagai hoofd der Bengalezen
(India).
Residen Mr. DFW Pietermaat kemudian
digantikan oleh PJB de Ferez. Sebagai regent (bupati) adalah Radhen Adhipati Kromo
Djojo Adhi Negoro (lihat Almanak 1846). Sebagai Djaksa adalah Ngabehi Prawiro
Dhirdjo. Para kepada Tionghoa sudah ada yang berpangkat Kapitein yakni The Goansiang.
Komposisi para letnan tidak berubah. Demikian juga pada pimpinan dari Melayu,
Arab dan Bengalen tidak berubah.
Beberapa Residen dari Risidentie Soerabaja |
Residen P Vreede Bik digantikan oleh O van
Rees. Komposisi pemimpin lokal tidak berubah kecuali wakil djaksa digantikan
oleh Prawiro Admodjo dan Tjokro Adhinoto. The Boenhie naik pangkat menjadi
Kapitein dengan dibantu dua kapitein titulair, Sebagai pemimpin Melayu yang
baru adalah Oesien bin Abdul Manan. Nama pemimpin Bangalen tetap tetapi nama
pemimpin Arab berubah (lihat Almanak 1864).
Pada level yang rendah di di Kota Surabaya
khusus wilayah unrban dibagi kedalam 22 kelurahan (wijck) yan dipimpin oleh
seorang Wijkmeester. Pada tahun 1866 Regentschap Sidaijoe, dan regentschap
Lamongan ditingkatkan statusnya dari Controleur menjadi Asisten Residen (lihat
De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 29-01-1866).
Perubahan (wilayah) Administrasi Pemerintahan
Residentie Soerabaja dalam perkembangannya mengalami
perubahan. Pada tahun 1869 Residentie terdiri dari tujuh afdeeling. Afdeeling
Greesee dan Afdeeling Modjokerto tetap seperti semula. Sementara Afdeeling
Madoera, Afdeeling Sumanap dan Pamakassan dipisahkan. Sementara dibentuk
Afdeeling Soerabaja, Afdeeling Sidho Ardjo dan Afdeeling Sidaijoe serta
Afdeeling Lamongan. Afdeeling Bawaean berstus Gewestellijk (daerah) yang
dimasukkan ke dalam pemerintahan Afdeeling Soerabaja. Pemimpin tertinggi di
Bawean hanya setingkat Penghoeloe (saja).
Handboek voor den Oost-Ind. Ambtenaar, 1876 |
Yang menjadi Residen pada administrasi
pemerintahan yang abru ini adalah Residen S van Deventer (menggantikan Residen O
van Rees). Namun yang menjadi regent (bupati) adalah adalah Raden Pandji Tjokro
Negoro. Bupati yang pernah menjabat di era Residen Carel Jan Riesz (1834-1839).
Pengangkatan kembali Tjokro Negoro pada tanggal 20 September 1863 (saat Residen
O van Rees). Bupati tetap dibantu oleh seorang patih, yakni Mas Ngabehi Ongo Adhi
Poetro yang menjabat sejak 1855 pada era Bupati Adhi Negoro.
Rumah Residen Soerabaja (1906) |
Pada tahun 1870 nama-nama controleur selain
terdapat di Soerabaja, Modjokerto, Gresik, Sidho Ardjo, Sidaijoe, Lamongan juga
terdapat di Kedoeng, Pramban, Modjosari, Djambang dan Lekir.
Beberapa Residen Sorabaya yang meningkatkan karirnya
antara lain adalah Harderman (Residen Soerabaya 1925-1928) diangkat menjadi
Gubernur Oost Java yang pertama tahun 1929. Selaian itu adalah MF Winkler,
Resident Soerabaja periode 1935-1939 kemudian diangkat menjadi Gubernur Midden
Java (Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 18-12-1939).
Afdeeling Soerabaja terdiri dari tiga
distrikten, yakni: Kotta, Djabakotta dan Goenoeng Kending. Afdeeling Soerabaja
dipimpin oleh seorang Asisten Residen yang berkedudukan di Kotta Soerabaja.
Distrik Kotta Soerabaja terdiri dari 22 kelurahan (wijck) dan 353 desa. Dalam
perkembangannya Distrik Kotta Soerabaja dibentuk menjadi Kota Pradja (Kota)
yang bersifat otonom. Hal ini karena kota mampu membiayai sendiri
pembangunannya.
Kota Soerabaja dibentuk menjadi Kota (Gemeente) pada
tahun 1905 bersamaan dengan Kota Buitenzorg Chirebon. Kota (Gemeente) yang
pertama dibentuk adalah Kota Batavia
pada tahun 1903. Kota Bandoeng pada tahun 1906 dibentuk bersaman dengan Samarang,
Cheribon, Tegal, Pekalongan, Magelang, dan Palembang (lihat Het nieuws van den
dag voor Nederlandsch-Indie, 03-03-1906). Kota Medan dibentuk pada tahun 1909,
Dalam pembentukan Gemeente, tidak otomotis
wali kota (burgemeester) diangkat sebagai pemimpin kota. Justru yang lebih dulu
diangkat anggota dewan kota (gemeeteraad). Dalam hubungan ini sejumlah individu
diangkat sebagai anggota dewan kota (gemeenteraad) baik dengan cara penunjukan
maupun ‘pemilihan’. Anggota dewan (pada nantinya) akan mengawasi kerja walikota
dan berlangsungnya pemerintahan. Dewan kota juga akan menetapkan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku bagi kota.
Selama belum diangkat wali kota (burgemeester), seperti
di Soerabaja, peran wali kota dilakukan oleh Asisten Residen. Hal serupa ini
juga yang terjadi di kota-kota lain. Kota Bandung menjadi gemeente tahun 1906
sementara wali kota definitif baru diangkat pada tahun 1817. Demikian juga di
Kota Medan yang menjadi gemeente tahun 1909 baru memiliki wali kota definitif
pada tahun 1918.
Usulan Burgemeester di Gemeente baru muncul
pada akhir tahun 1915. Tiga kota bakal diangkat Burgemeester yakni Batavia,
Semarang dan Soerabaja. Dalam hubungan ini muncul kandidat J. de Groot, pejabat
senior untuk reorganisasi sektor administrasi, A. Mejjroos, wakil penasihat
desentralisasi dan LJ Schippers, Asisten Residen polisi di Surabaya (lihat De
Preanger-bode, 18-01-1916). Wakil penasihat desentralisasi, A. Meyroos muncul
sebagai kandidat Wali Kota Batavia (Algemeen Handelsblad, 07-02-1916). Kandidat
yang muncul diantara anggota dewan kota Surabaya adalah Mr. Schriecke (lihat Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 12-02-1916). Juga muncul nama WA
van Zijst-6, Wethouder Utrecht (Algemeen Handelsblad, 08-03-1916).
Wali Kota akan mendapat f1.000 per bulan dengan 4 voucher
dua tahunan sebesar f 100 sehingga akan menerima gaji maksimum f1400 perbulan.
Juga disediakan sebesar sewa rumah paling tinggi f250 per bulan dan uang saku
yang sama. Disamping itu juga ada kompensasi lainnya (Algemeen Handelsblad, 08-03-1916).
Daftar Burgemeester (Wali Kota) Kota Soerabaja 1916-1950 |
Mr. Medjroos, lahir
pada bulan Juni 1874, mahasiswa Utrecht dipromosikan pada tahun 1897. Setelah
itu menjadi editor Rotterdamsch Courant, Het Vaderland dan the Neuwe Rotterdamsche
Courant. Lalu merantau ke Indonesia pada tahun 1911 dan menjadi ketua komisi di
Algemenee Secretaris dan menjadi deputi penasehat desentralisasi pada tahun
1912, yang fungsinya telah dilakukan oleh Tuan Meyroos sampai sekarang. Seorang
wali kota pertama Soerabaja adalah seorang jurnalis. M. Bisschop belajar di Leiden dan memperoleh gelar Ph.D
pada tahun 1895. Setelah berkaris sebagai sekretaris kota Schiedam dan
Vlissingen pada bulan Agustus 1906 diangkat sebagai sekretaris jenderal. Lalu
kemudian merantau ke Indonesia dan pernah menjadi anggota dewan kota Buitenzorg
dan menjadi ketua dewan. Pada tanggal 13 November 1909 diangkat sebagai
sekretaris Financien. De Jong lahir pada bulan Juni 1882. Diploma Delflsche diperoleh
pada tahun 1904 dan menetap di Semarang pada tahun 1906 (De Sumatra post, 08-08-1916).
Setelah wali kota pertama Kota Soerabaja, A
Meijroos tahun 1916 nama-nama wali kota berikutnya adalah GJ Dijkerman, HI
Bussemaker, GH ter Poorten, WH van Helsdingen dan yang terakhir WAH. Fuchter yang
dipilih dan diangkat tahun1942 menjelang berakhirnmya era kolonial Belanda dan
terjadinya pendudukan (militer) Jepang.
Province Oost Java: Hardeman, dari Controleur hingga
Guberneur
Beberapa tahun kemudian setelah Soerabaja
memeiliki Burgemeester definitif (1916) lalu dibentuk Province Oost Java tahun
1926. Siapa yang akan menjadi Gubernur sudah muncul rumor yang mengarah kepada
Resident Soerabaja, Hardeman (lihat De Telegraaf, 05-03-1926). Kabar Hardeman, Residen
van Soerabaja menjadi Gubernur Oost Java dan van Gulik, Residen Semarang
menjadi Gubernur Midden Java semakin menguat (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 24-12-1927). Provinsi Oost Java sendiri baru resmi diberlakukan
pada tanggal 1 Januari 1929 (De Indische courant, 17-03-1928). Akhirnya pada bulan
Mei 1928 W. Ch. Hardeman diangkat menjadi gubernur terhitung sejak 1 Juli
(lihat Provinciale Noordbrabantsche en 's Hertogenbossche courant, 12-05-1928).
Soerabaijasch handelsblad, 03-01-1929 |
W. Ch. Hardeman (1931) |
Pejabat yang mirip dengan karir Hardeman ini adalah WA Hennij. Memulai sebagai
controleur di onderafdeeling Angkola, Residen Tapanoeli berkedudukan di Padang
Sidempoean. Kemudian Asisten Residen Afdeeling Mabndailing dan Angkola. Lalu
kemudian dipromosikan menjadi Sekretaris Gubernur Province Sumatra’s Westkust. Provinsi
Sumatra’s Westkust sendiri telah memiliki gubernur tahun 1837 yakni AV
Mischiels. Pada tahun 1905 Residentie Tapanoeli dipisahkan dari Province
Sumatra’s Westkust. Tahun 1907 Province Sumatra Westkust dilikuidasi dan
diturunkan menjadi Residenti. Pada tahun 1915 Resdientie Oost Sumatra
beribukota di Medan dibentuk sebagai provinsi, Province Oost Sumatra.
Daftar Gubernur Jawa Timur, 1928-1942 |
MF Winkler, Resident Soerabaja periode 1935-1939 kemudian
diangkat menjadi Gubernur Midden Java (Het Vaderland : staat- en letterkundig
nieuwsblad, 18-12-1939).
Gubernur Province Oost Java yang terakhir
adalah HC Hartevelt, Resident Residentie Soerabaja terakhir adalah C Ch J
Maassen dan Burgemeester Gemeente Soerabaja yang terakhir adalah WAH. Fuchter. Mereka
ini semua harus berakhir pada awal tahun 1942 karena adanya invasi Jepang ke
Indonesia.
Sejak terjadinya pendudukan Jepang, dan tidak adanya
kepemimpinan di Kota Surabaya, pemerintah militer Jepang mencari pemimpin
lokal. Pemimpin lokal yang memiliki portofolio tertinggi adalah Dr. Radjamin
Nasution.
Ada perseteruan antara Dr. Radjamin dengan WAH.
Fuchter sebelumnya. Dr. Radjamin adalah anggota dewan senior (wethouder) Kota
Surabaya sedangkan WAH. Fuchter adalah Wali Kota Surabaya yang baru diangkat. .
Dr. Radjamin Nasution (ft 1941) |
Burgemeester Soerabaja |
Pendudukan Jepang dan Kemerdekaan RI: Wali Kota Dr.
Radjamin Nasution
Selama pendudukan Jepang, Radjamin Nasution
meski menjadi wakil wali kota tetapi gerak-geriknya dibatasi. Namun demikian,
Radjamin tidak kurang akal untuk tetap dekat dengan warga di Soerabaja.
Radjamin melakukan dengan dalih olah raga. Sebab Radjamin adalah gibol, mantan
kapten tim Docter Djawa Club di Batavia dulu.
Radjamin memandang orang asing sangat berbeda dengan
pribumi. Radjamin menganggap Belanda dan Jepang sama saja—sama-sama bangsa
asing yang ingin mengendalikan rakyat pribumi. Radjamin tidak bisa dikendalikan
bangsa asing. Jepang yang lebih agresif dari Belanda, justru membuat rakyat
lebih sengsara. Jepang lebih menginginkan komunikasi satu arah dengan rakyat
dan tidak suka gaya blusukan ala Radjamin terjadi. Tapi Radjamin mengikuti
nalurinya sendiri, di luar area balai kota, Radjamin tetap blusukan mengunjungi
rakyatnya. Radjamin konsisten dalam urusan rakyat.
Daftar Burgemeester (Wali Kota) Kota Soerabaja 1916-1950 |
Soekarno, Hatta dan Amir adalah tiga founding father
negara Republik Indonesia. Amir Sjarifoeddin (Harahap) adalah adik sekampung
halaman Radjamin Nasoetion di Afdeeling Mandheling en Ankola (kini Tapanuli
Selatan).
Namun tidak lama menjabat sebagai walikota
republic di Surabaya, Radjamin sudah menghadapi perang kembali. Radjamin benci
Jepang, juga Radjamin benci Belanda yang membonceng ikut ke Surabaya. Saat
pertempuran pasukan/laskar republik dengan pihak sekutu/Belanda, Radjamin dan
semua pejabat-pejabatnya mengungsi ke luar kota.
Di pengungsian, korps Radjamin mendukung perjuangan
anak-anak republik. Radjamin yang setia terhadap pejabat dan karyawannya dan
tentu rakyatnya bekerja keras di pengungsian. Radjamin yang seorang dokter
mengambil posisi Kepala Dinas Kesehatan Surabaya dan mengkoordinasikan save and
rescue terhadap pejuang-pejuang yang terluka dari medan perang. Radjamin juga
berinisiatif mengumpulkan pakaian bekas untuk bahan pakaian para pejuang di
Surabaya. Radjamin mondar-mandir antara markas pemerintahan Kota Surabaya di
pengungsian (Mojokerto dan Tulungagung) dan front pertempuran di Kota Surabaya.
Namun setelah pengakuan kedaulatan RI,
Radjamin yang bertindak sebagai walikota di pengungsian dan belum pernah
dipecat, tak dinyana haknya diambilalih alias dirampas. Soal ini sempat
berlarut-larut dan tidak jelas ujung pangkalnya.
Radjamin tidak mau berpolemik berlama-lama untuk urusan
itu. Radjamin lebih memilih berjuang kembali lewat parlemen untuk bisa tetap
dekat dengan rakyatnya. Dul Arnowo yang ditunjuk menjadi walikota, Radjamin
sendiri menolak diajukan menjadi ketua dewan (DPRD). Radjamin memilih lebih
fokus pada proposalnya yang pro rakyat. Kepemimpinan Dul Arnowo sangat lemah,
di dewan mendapat kritikan bertubi-tubi sampai menjadi mosi tidak percaya. Dul
Arnowo akhirnya lengser sebagai walikota, sedangkan karir Radjamin Nasution
semakin melejit hingga menjadi anggota dewan di Perlemen Pusat di Jakarta. Ini
untuk kedua kali Radjamin Nasution wakil rakyat di pusat, sebelumnya di era
Belanda tahun 1938) .
Sebaran Dewan di Hindia
Belanda
Sampai tahun 1921 di seluruh Hindia Belanda hanya
terdapat 53 dewan, termasuk
gemeenteraad Soerabaja. Uniknya, hanya satu dewan yang berada di level onder-afdeeling
(kecamatan), yakni Angkola en Sipirok (kini Padang Sidempuan). Sementara di
level afdeeling juga hanya terdapat satu yakni di Minahasa (lihat Tabel-1).
Selebihnya terbagi ke dalam sejumlah kota (gemeente) dan sejumlah kabupaten
(afdeeling atau regentschap).
Jumlah anggota dewan
pribumi/timur asing (non-Eropa) di Hindia Belanda
|
|||
No
|
Nama Daerah
|
Bentuk administrasi
|
Jumlah anggota dewan pribumi
(non-Eropa)
|
Angkola en Sipirok
( afd. Padang Sidempoean)
|
Onder-afdeeling
|
23
|
|
Bandjermasin
|
Gemeente
|
12
|
|
Bandoeng
|
Gemeente
|
13
|
|
Bantam (Banten)
|
Gewest
|
12
|
|
Banjoemas
|
Gewest
|
13
|
|
Basoeki
|
Gewest
|
15
|
|
Batavia
|
Gemeente
|
17
|
|
Batavia
|
Gewest
|
22
|
|
Bindjei
|
Gemeente
|
6
|
|
Blitar
|
Gemeente
|
9
|
|
Buitenzorg (Bogor)
|
Gemeente
|
14
|
|
Cheribon (Cirebon)
|
Gemeente
|
7
|
|
Cheribon (Cirebon)
|
Gewest
|
16
|
|
Fort de Kock (Bukittinggi)
|
Gemeente
|
7
|
|
Kediri
|
Gemeente
|
9
|
|
Kediri
|
Gewest
|
19
|
|
Kedoe
|
Gewest
|
26
|
|
Komering Ilir
|
Gewest
|
17
|
|
Lematang Ilir
|
Gewest
|
17
|
|
Madioen
|
Gemeente
|
11
|
|
Madioen
|
Gewest
|
13
|
|
Madura
|
Gewest
|
12
|
|
Magelang
|
Gemeente
|
11
|
|
Makasser
|
Gemeente
|
12
|
|
Malang
|
Gemeente
|
12
|
|
Medan
|
Gemeente
|
10
|
|
Menado
|
Gemeente
|
9
|
|
Minahasa
|
Afdeeling
|
37
|
|
Mr. Cornelis (Jatinegara)
|
Gemeente
|
12
|
|
Modjokerto
|
Gemeente
|
8
|
|
Ogan Ilir
|
Gewest
|
23
|
|
Oostkust Sumatra
(Sumtra Timur)
|
Gewest
|
21
|
|
Padang
|
Gemeente
|
15
|
|
Padang Pandjang
|
Gewest
|
20
|
|
Palembang
|
Gemeente
|
12
|
|
Pasoeroean
|
Gemeente
|
9
|
|
Pasoeroean
|
Gewest
|
25
|
|
Pekalongan
|
Gemeente
|
12
|
|
Pekalongan
|
Gewest
|
11
|
|
Pematang Siantar
|
Gemeente
|
8
|
|
Preanger Regentschappen
|
Gewest
|
28
|
|
Probolinggo
|
Gemeente
|
12
|
|
Rembang
|
Gewest
|
16
|
|
Salatiga
|
Gemeente
|
8
|
|
Sawah Loento
|
Gemeente
|
5
|
|
Semarang
|
Gemeente
|
16
|
|
Semarang
|
Gewest
|
27
|
|
Soekaboemi
|
Gemeente
|
10
|
|
Soerabaja
|
Gemeente
|
19
|
|
Soerabaja
|
Gewest
|
24
|
|
Tandjong Balei
|
Gemeente
|
6
|
|
Tebing Tinggi
|
Gemeente
|
9
|
|
Tegal
|
Gemeente
|
10
|
|
Total
|
767
|
||
Catatan:
-Koefisien Pemilu adalah 50
-Gemeente=kota
-Gewest=Terdiri dari beberapa afdeeling
-Afdeeling=Terdiri dari beberapa onder-afdeeling
Sumber: De Preanger-bode, 01-02-1921
|
Uniknya lagi, di Residentie Tapanoeli dewan hanya
terdapat di onder-afdeeling Angkola en Sipirok. Jumlah kursi di dewan di
onder-afdeeling Angkola en Sipirok sebanyak 23 kursi. Sementara di Province
Sumatra’s Oostkust (Sumatra Timur) terdapat dewan di lima kota (gemeente): Kota
Medan (10 kursi), Kota Tandjong Balai (6 kursi), Kota Pematang Siantar (8
kursi), Kota Bindjei (6 kursi), Kota Tebingtinggi (9 kursi). Selain itu masih
terdapat satu kabupaten (geweest) yang memiliki dewan dengan jumlah kursi untuk
pribumi/timur asing sebanyak 21 orang (lebih sedikit dibandingkan dengan
onder-afdeeling Angkola en Sipirok).
Nama-nama anggota dewan di
Onder-afdeeling Angkola en Sipirok antara lain dapat dilihat pada Bataviaasch
nieuwsblad, 20-08-1926. Mereka ini adalah anggota dewan pengganti:
‘Gewestelijke en Plaatselijke Baden. Pada tanggal 17 Agustus 1926 diangkat
menjadi anggota plaatselijken raad di ondcrafdeeling Angkola en Sipirok:
golongan Belanda, G.H. van Nie1, adm. der onderneming Simarpinggan dan S.
Radersma, adm. der onderneming Sigalagala; golongan penduduk lokal, Ma'moer Al
Rasjid (Nasoetion), dokter di Padang Sidempoean, Peter Tamboenan,
zendelingleeraar di Sipirok, Mangaradja Goenoeng, pedagang di Padang
Sidimpoean, MJ Soetan Naga, pedagang di Batang Toroe; Dja Saridin, pedagang di
Batang Toroe, Soetan Josia Diapari,
pedagang di Padang Sidempoean, Mangaradja Dori, pedagang di Padang Sidimpoean,
Dja Oloan, pedagang di Padang Sidempoean dan Hadji Mohamad Thaib, pedagang di
Padang Sidcmpoean; golongan timur asing, Kim Hong Boh, pedagang di Padang
Sidempoean’.:
Mungkin
anda bertanya-tanya, mengapa di onder-afdeeling Angkola en Sipirok, sebuah
kecamatan pula justru terdapat dewan. Jawabnya adalah bahwa di onder-afdeeling
Angkola en Sipirok terdapat ibukota afdeeling Padang Sidempuan yakni Padang
Sidempuan. Selain itu, di onder-afdeeling (kecamatan) Angkola en Sipirok
terdapat belasan perusahaan perkebunan (maschappij) seperti halnya di Sumatra
Timur. Pertimbangan lainnya, Padang Sidempoean adalah kota tua (didirikan tahun
1844) dan sejak 1870 menjadi ibukota afdeeling Mandailing en Angkola (menjadi
afdeeling Padang Sidempuan sejak 1905). Kota Padang Sidempuan sendiri sejak
tahun 1870 sudah memiliki fasilitas lengkap: sekolah Eropa (ELS), sekolah guru
pribumi (kweekschool) dan tiga sekolah dasar negeri (pribumi),
Medan sendiri
pada tahun 1870 masih terbilang sebuah kampong. Sedangkan Padang Sidempuan
sudah menjadi kota besar. Onder-afdeeling Medan baru dibentuk tahun 1875 dengan
menempatkan seorang controleur di Medan. Sedangkan di Padang Sidempuan sejak
1870 sudah menjadi ibukota afdeeling Mandailing en Angkola tempat dimana
asisten residen berkedudukan. Sejak dibukanya sekolah guru (kweekschool) Padang
Sidempuan tahun 1879, perkembangan kota berlangsung cepat. Alumni Kweekschool
menyebar dan menjadi guru di Tapanoeli en Nias, Sumatra Timur, Riau dan Atjeh.
Ketika Kweekschool Padang Sidempuan melakukan wisuda guru pertama tahun 1883,
belum ada sekolah dasar di Medan.
Alumni
sekolah dasar Padang Sidempuan banyak yang berkiprah sebagai angggota dewan di
berbagai tempat di Hindia Belanda, tidak hanya di Dewan Angkola en Sipirok di
Padang Sidempoean, tetapi juga di Kota Medan, Kota Tandjong Balai, Kota
Pematang Siantar, Kota Bindjei, Kota Tebingtinggi. Juga di Kota Padang dan Kota
Soerabaja. Kota Padang Sidempuan tidak pernah naik statusnya menjadi gemeente
di era Hindia Belanda tetapi tiga alumninya menjadi walikota pribumi pertama di
tiga kota berbeda: Kota Medan (Mr. Loeat Siregar), Kota Padang (Dr. Abdoel
Hakim Nasoetion) dan Kota Surabaya (Dr. Radjamin Nasoetion).
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar