*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini
Nama Gudang yang menjadi nama tempat (kampong Goedang) ditemukan di beberapa tempat. Di Kota Bogor pada masa kini nama kampong Goedang tempo doeloe dijadikan menjadi nama kelurahan. Di Kota Sukabumi, kampong Goedang yang terdapat di tengah kota tempo doeloe kini dikenal sebagai Pasar Gudang. Di Cianjur juga ditemukan nama kampong Goedang tempo doeloe yang kini ditabalkan sebagai nama Desa Gudang. Benteng dan gudang adalah dua situs penting di suatu tempat pada era VOC.
Nama Gudang yang menjadi nama tempat (kampong Goedang) ditemukan di beberapa tempat. Di Kota Bogor pada masa kini nama kampong Goedang tempo doeloe dijadikan menjadi nama kelurahan. Di Kota Sukabumi, kampong Goedang yang terdapat di tengah kota tempo doeloe kini dikenal sebagai Pasar Gudang. Di Cianjur juga ditemukan nama kampong Goedang tempo doeloe yang kini ditabalkan sebagai nama Desa Gudang. Benteng dan gudang adalah dua situs penting di suatu tempat pada era VOC.
Gudang VOC (Peta 1772); Kelurahan Gudang (Now) |
Pada era VOC,
Buitenzorg (Kota Bogor yang sekarang) sudah dibagi habis ke dalam satuan persil-persil
lahan. Kelurahan Gudang yang sekarang tempo doeloe adalah satu persil lahan
dimana awalnya terdapat pengusaha VOC pertama yang membangun gudang (untuk
kebutuhan perdagangan). Persil lahan tetangganya adalah persil lahan Bantar
Pete (kini menjadi kelurahan Sukasari). Persil-persil lahan tersebut silih
berganti pemilik.Untuk menmabah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’
seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan
sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil
kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini
tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang
lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah
disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih
menekankan saja*.
Nama Kampong Goedang di Buitenzorg
Pada awalnya Kota Bogor yang sekarang disebut lanskap
Bloeboer yang menjadi hak dari bupati (VOC) yang berkedudukan di kampong Baroe
(sekitar Warung Jambu yang sekarang), Tetangga Kampong Baroe adalah kampong
Kedong Halang (saudara dari bupati Kampong Baroe).
Lanskap
Bloeboer dan Kedong Halang atau juga disebut land Kampong Baroe diubah statusnya
menjadi tanah-tanah partikelir (land). Dua land ini dipisahkan oleh sungai
Tjiliwong. Eksistensi Kampong Baroe sebagai ibu kota (hoofdplaats) di hulu
sungai Tjiliwong bermula dari perjanjian antara VOC (placaat) dengan Luitenant
Tanoedjiwa pada tanggal 20 Juli 1687.
Sehubungan dengan semakin meluasnya tanah-tanah
partikelir (land) ke hulu sungai Tjiliwong, seperti land Bodjong Gede, land
Tjileboet dan land Tjiloear, Gubenur Jenderal VOC van Imhoff pada tahun 1745
membangun villa di land Bloeboer. Persil lahan villa ini kini dikenal sebagai
area Istana Bogor (plus sebagian Kebun Raya). Penggunaan lahan ini kepada
bupati Kampong Baroe diberikan konpensasi (semacam harga beli lahan).
Pembelian
persil-persil lahan di land Bloeboer dari waktu ke waktu semakin meningkat
sehingga hampir seluruh land Bloeboer telah dikuasai oleh pedagang-pedagang VOC
apakah untuk tujuan membuka pertanian atau tempat tinggal. Kelak sisa lahan
yang tersisa yang masih berada di bawah hak bupati Kampong Baroe hanya tinggal
di empat persil lagi yakni: Tjiwaringin, Jrokoeta, Batoe Toelis dan sebagian
Bandar Pete.
Persil lahan yang dijual kepada pedagang VOC di dekat
villa van Imhoff kemudian oleh pemiliknya dibangun gudang (barang dan komoditi
perdagangan). Sebagaimana diketahui Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck
(1709-1713) telah mengintroduksi kopi dan membuat kontrak-kontrak dengan para
bupati (Kampong Baroe, Tjiandjoer dan Bandoeng). Dalam perkembangannya
dintroduksi penanaman lada. Komoditi ekspor inilah yang menjadi mata dagangan
para pedagang VOC di hulu sungai Tjiliwong sehingga membutuhkan gudang-gudang
pengumpulan-penyimpanan yang besar. Di persil lahan di dekat villa inilah
kemudian bermunculan gudang-gudang baru.
Di
dekat area pergudangan ini kemudian terbentuk pasar yang mempertemukan berbagai
pihak (penduduk lokal, orang Eropa-Belanda dan juga pedagang-pedagang Cina). Pasar
yang terbentuk ini kemudian disebut Pasar Buitenzorg (kini lebih dikenal
sebagai Pasar Bogor). Dalam kunjungan Josh Rach ke Buitenzorg pada tahun 1772,
mengidentifikasi pasar ini di dalam lukisannya. Pada peta yang dibuat oleh Josh
Rach, telihat jalan dari samping villa garis lurus ke arah pasar. Jalan ini
adalah jalan Sudirman dan jalan Suryakencana yang sekarang (tentu saja kebun
raya belum ada dan jalan melingkar Juanda yang sekarang belum ada).
Kapan nama kampong Goedang muncul di area (persil lahan)
pergudangan ini tidak diketahui secara jelas. Tentu saja itu muncul secara
alamiah dan tidak tiba-tiba. Yang jelas area sekitar pergudangan ini dimana
para pihak membangun tempat tinggal lambat-laun disebut kampong Goedang. Idem
dito di area dekat pasar kemudian muncul nama kampong yang disebut kampong
Babakan Pasar.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Nama-Nama Pemlik Lahan di Buitenzorg
Pemerintahan VOC dibubarkan pada tahun 1799. Kerajaan
Belanda mengakuisisi seluruh hak dan properti VOC dengan membentuk Pemerintah
Hindia Belanda. Pada era Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811), selain program
pembangunan jalan pos (yang juga melalui Batavia-Buitenzorg-Tjiseroea) Daendels
mulai membangun kota-kota pemerintah. Dua yang pertama adalah pengganti Batavia
di Weltevteden (kini Gambir) dan yang kedua adalah kota baru di Buitenzorg.
Untuk kebutuhan pembangunan kota Buitenzorg dibutuhkan lahan, yakni lahan yang
benar-benar dimiliki oleh pemerintah.
Lahan-lahan
di Buitenzorg (land Bloeboer) dibeli kembali oleh pemerintah termasuk persil
lahan dimana villa berada yang kemudian divermak menjadi Istana Gubernur
Jenderal. Namun tidak semua lahan bisa dibeli karena pemiliknya tidak memberikanseperti
persil lahan Bantar Pete. Sisa empat persil lahan yang dimiliki bupati Kampong
Baroe juga dibeli oleh pemerintah. Lalu pemerintah menjual persil-persil lahan
tersebut kepada peminat dengan verponding (pajak) tertentu. Hak kepemilikan
absolut (tanah partikelir) hilang di Buitenzorg (Land Bloeboer) kecuali
beberapa persil saja. Dengan demikian, pemerintah menjadi leluasa membangun
kota. Properti pemerintah yang dibangun pertama selain Istana Buitenzorg adalah
kantor Asisten Residen di depan istana (kini gedung di samping Hotel Salak) dan
komplek militer (garnizun militer) di dekat kantor Asisten Residen (rumah sakit
Salak dekat lampu merah yang sekarang). Pasar menjadi pasar (milik) pemerintah.
Namun dalam perkembangannya diketahui bahwa Daendels juga
menjual sebagain persil-persil lahan yang dibiayai uang pemerintah. Pemerintah
baru kemudian menyadari bahwa ibu kota pemerintah di Buitenzorg ternyata
compang-camping dan tidak utuh seluruh land Blooboer menjadi milik pemerintah.
Lalu pada tahun 1864 muncul gugutan ke pengadilan bahwa secara dejure semua
lahan di Buitenzorg (Land Bloeboer) adalah milik pemerintah tetapi secara
defacto tidak demikian. Untuk kebutuhan pengadilan, lalu pada tahun 1864
diadakan pendataan lahan di kota Buitenzorg.
Salah satu persil lahan di kampong Goedang, Buitenzorg |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar