*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disin
Sejarah penerbangan di Indonesia belum terbilang tua. Baru sekitar satu abad yang dimulai pada era Hindia Belanda. Sejarah penerbangan dan sejarah kebandaraan relatif bersamaan. Hal ini karena pesyaratan utama pendaratan pesawat haruslah lebih dulu dibangun lapangan terbang (bandara). Lapangan terbang pertama di pulau Bali dibangun di Buleleng, baru kemudian dibangun lagi lapangan terbang baru di Toeban (Badoeng, Zuid Bali).
Lantas bagaimana sejarah kebandaraan di pulau Bali? Nah, itu dia. Sejauh ini kurang terinformasikan. Sejarah kebandaraan di pulau Bali hanya dilihat sejarah perkembangan bandara Ngurah Rai yang sekarang. Tentu saja itu tidak cukup. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Lapangan Terbang di Bali: Militer Menjadi Sipil
Meski Belanda telah mengakui kedaulatan Indonesia (sejak 27 Desember 1949), pada era Republik Indonesia Serikat (RIS) sesungguhnya Indonesia belum berdaulat untuk urusan penerbangan dan kebandaraan. Semua moda transportasi udara ini masih di tangan orang-orang Belanda. Bahkan direktur Garuda Inonesia Airways (GIA) masih orang Belanda. Armada GIA sendiri belum banyak dan lebih banyak pesawat-pesawat KLM yang memenuhi udara Indonesia.
Republik Indonesia Serikat (RIS) adalah gabungan negara-negara federal bentukan Belanda dengan negara Republik Indonesia. Negara-negara federal antara lain Negara Sumatra Timur dan Negara Indonesia Timur (Sulawesi, Bali, Nusatenggara dan Maluku). Atas desakan para Republiken, akhirnya RIS dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1950 dan keesekan harinya diproklamirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena RIS telah dibubarkan, maka Kabinet Hatta juga dibubarkan dan kemudian dibentuk Kabinet Natsir. Dala pembentukan kabinet Perdana Menteri Natsir mengangkat Ir. Djoanda sebagai Menteri Perhubungan. Ir. Djoeanda membawa rombongan para alumni THS (kini ITB) termasuk Ir, Tarip Harahap yang menjadi Direktur Penerbangan Sipil. Ir. Tarip Harahap lulus THS Bandoeng 1939 dan selama era perang keerdekaan RI beribukota di Djogjakarta Ir Tarip Harahap adalah Direktur Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia atau disingkat DAMRI (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 30-06-1949).
Kembalinya Indonesia ke negera kesatuan (NKRI) orang-orang Belanda yang bekerja di Indonesia pulang ke Belanda dan semua urusan Indonesia diambilalih oleh orang Indonesia termasuk soal urusan penerbangan dan kebandaraan. Tugas pertama Ir Tarip Harahap adalah mengambil kendali urusan penerbangan dan kebandaraan dari orang-orang Belanda. Untuk urusan vital ini orang Indonesia sangat minim pengalaman.
Sistem aviasi udara jelas berbeda dengan sistem darat DAMRI. Namun Ir Tarip Harahap harus bertanggungjawab karena sudah dipercayakan kepadanya. Kebetulan Ir Tarip Harahap adalah ahli teknik sipil dan karena itu untuk urusan kebandaraan lebih mudah dipahaminya. Tinggal urusan penerbangan. It Tarip Harahap segera terbang ke Australia untuk beberapa minggu dalam mempelajari sistem penerbangan dari ahli-ahli Australia.
Setelah menyelesaikan masalah urusan penerbangan dan kebandaraan di Jawa, selaku Direktur Penerbangan Sipil, Ir. Tarip Harahap mulai mengembangkan urusan serupa di luar Jawa. Hal yang paling pokok ke barat adalah pengoperasian jalur penerbangan ke Medan (via Palembang). Sementara hal paling pokok ke timur dalam pengoperasian jalur penerbangan ke Makassar (terus ke Ambon) adalah negosiasi dengan militer untuk menjadikan lapangan terbang di Makassar sebagai bandara sipil.
Setelah selesai urusan penerbangan dan kebandaraan ke barat, Ir Tarip Harahap mulai mengembangkan pengoperasian jalur penerbangan ke wilayah timur Indonesia. Yang mendapat prioritas pertama jalur ini adalah untuk memastikan kelayakan lapangan-lapangan terbang yang ada di Denpasar, Sumbawa, Waingapu, Kupang, Mauere dan Makassar (lihat Java-bode:nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 25-03-1954). Sejak saat inilah lapangan terbang Denpasar direvitalisasi dari lapangan terbang militer menjadi bandara sipil.
Setahun berikutnya, Ir Tarip Harahap mulai menasionalisasi pilot, Departemen Penerbangan Sipil, Kemenetrian Perhubungan mulai merintis sekolah pelatihan penerbangan sipil. Sekolah ini dipusatkan di Curug, Tangerang. Sementara pembangunan lapangan terbang di Curug, Tangerang berlangsung departemen penerbangan sipil menyiap kurikulum (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-06-1952). Sejauh ini Ir. Tarip Abdullah Harahap telah mengoperasikan sebanyak 30 bandara sipil dan sebanyak 20 buah bandara baru yang dibangun, termasuk bandara Curug, Tangerang (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-02-1953). Hari Senin tanggal 2 Maret 1953 secara resmi Sekolah Penerbangan Indonesia dibuka di Kemajoran (lihat De nieuwsgier, 03-03-1953). Dalam peresmian ini dihadiri oleh Menteri Perhubungan Ir. Djoeanda. Dalam foto tampak Menteri melakukan pemeriksaan barisan para siswa. Ir. Djoeanda tampak didampingi oleh Ir. Tarip Abdullah Harahap (celana hitam). Pelatihan penerbangan di Kemajoran ini adalah fase pertama pelatihan yang nantinya akan dikonsentrasikan di Tjoeroeg, Tangerang.
Pada bulan Juni 1953 bandara di Indonesia mulai dimodernisasi (lihat De nieuwsgier, 12-06-1953). Disebutkan peralatan kontrol lalu lintas radio yang baru mulai dioperasikan yang pertama di bandara Talang Betutu di Palembang. Unit ini, yang sangat modern, yang tahun lalu oleh Kementerian Perhubungan dipesan di Inggris. Ir Tarip Abdullah Harahap dari kementerian menyatakan kepada PIA bahwa total ada sebanyak 30 unit yang dipesan oleh kementerian di Inggris. Bandara kedua yang akan mendapatkan unit seperti itu setelah Palembang adalah bandara Makassar, demikian menurut Ir. Harahap.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Awal Penerbangan dan Kebandaraan di Bali: Lapangan Terbang Singaradja
Jauh sebelum lapangan terbang Denpasar di Toeban dibangun, lapangan terbang di Singaradja sudah eksis. Keberadaan lapangan terbang di Boeleleng paling tidak sudah diketahui pada tahun 1920 yang terletak di Singaradja (lihat De locomotief, 24-04-1920). Lapangan terbang Singaradja ini dibangun untuk digunakan dalam pendaratan pesawat terbang militer.
Dari berita di atas, lapangan terbang di Singaradja adalah lapangan terbang militer Hindia Belanda yang terhubung dengan lapangan terbang Kalidjati di Subang (Jawa Barat). Dua lapangan terbang antara Kalidjati dan Singaradja berada di Semarang dan Soerabaja. Namun dimana letak lapangan terbang militer ini di Singaradja tidak diketahui secara tepat, tetapi paling tidak dari keterangan di atas tidak jauh dari kota (Singaradja). Lapangan terbang Singaradja tampaknya seakan lapangan terbang internasional yang dapat digunakan oleh negara asing [Inggris] yang menghubungkan orang-orang Inggris di Singapoera dan Sidney (Australia). Tentu saja pesawat terbang masih terbatas di kalangan militer dan belum ada pesawat komersil (sipil) di Hindia Belanda. Rintisan penerbangan sipil baru terjadi pada tahun 1924.
Pesawat pertama (dari Amsterdam) mendarat di Indonesia (baca: Hindia Belanda) di lapangan terbang Polonia Medan. Itu terjadi pada tahun 1924. Dari Singapura pesawat yang sama kemudian mendarat di lapangan terbang Tjililitan, Batavia (kini Cililitan, Jakarta). Dua bandara ini (Polonia dan Cililitan) menandai awal sejarah aviasi (penerbangan) sipil di Hindia Belanda. Setelah sukses pendaratan tersebut, Panitia Penerbangan Hindia Belanda langsung mengirim telegram ke Ratoe Wilhelmina dan sang Ratoe langsung mengirim ucapan selamat. Ucapan selamat juga disampaikan kepada tiga penerbang dan langsung mendapat bintang (lihat De Zuid-Willemsvaart, 25-11-1924). Itulah awal penerbangan di Hindia Belanda,
Sejak peristiwa bersejarah penerbangan Amsterdam-Batavia tahun 1924 lalu muncul gagasan penerbangan sipil di Hindia Belanda. Lalu didirikan Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) pada tanggal 16 Juli 1928. Layanan pertama dilakukan masih sebatas di Jawa. Rute pertama yang dikembangkan adalah untuk menghubungkan Batavia dan Bandoeng. Rute berikutnya yang dikembangkan adalah untuk menghubungkan Batavia dan Semarang. Layanan ini dimulai tanggal 1 November 1928. Selanjutnya KNILM memperluas layanan hingga ke Soerabaja.
Lantas bagaimana dengan pulau Bali? Belum ada jalur penerbangan yang secara khusus dibuat untuk menyambung rute penerbangan sipil, yang sudah ada baru hingga Soerabaja. Jalur penerbangan (dari Soerabaj) ke Bali di Singaradja baru sebatas penerbangan militer.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar