*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini
Kini
nama Mimika dan Timika seakan dua nama kembar. Namun sejatinyanya nama Mimika
jauh lebih tua dari nama Timika. Ibarat keluarga, Mimika ibarat kakek dan
Timika ibarat cucu. Nama Mimika dan nama Timika kini disandingkan karena kedua
nama ini berkaitan di masa lalu. Tempo doeloe Mimika dikaitkan dengan gunung (puncak)
tertinggi di pedalaman Papua (Carstenz Top atau Peak van Papoea) dan Timika
adalah salah satu nama kampong di Mimika,
Pada masa ini nama Mimika ditabalkan sebagai nama
wilayah (kabupaten) dan nama Timika dijadikan sebagai ibu kota Kabupaten Mimika. Kabupaten Mimika
dibentuk setelah kabupaten Fakfak dimekarkan pada tahun 1999 (sebelum Mimika sebagai
namasuatu distrik atau kecamatan). Pada masa ini di Kabupaten Mimika dibentuk kecamatan, Kecamatan
Tembagapura di mana tambang emas terbesar di dunia yang sebelumnya sepenuhnya
dimiliki Freeport. Oleh karena intensitas yang tinggi di pertambangan kecaatan
Tembagapura maka dibangun bandar yaitu Bandara Moses Kilangin yang terletak di
Timika, sedangkan pelabuhan berada di Poumako. Seperti halnya Timika, nama
Poumako pada masa lalu adalah salah satu nama kampong di Mimika.
Lantas
bagaimana sejarah Mimika? Tampaknya belum ada yang menulisnya. Padahal sejarah
Mimika seharusnya dianggap penting karena sejak dulu sudah dikenal puncak tertinggi
Carstenz dan kini di Timika, tepatnya di kecamatan Tembagapura terdapat
pertambangan besar. Okelah kalau begitu. Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama Mimika
Wilayah
Kepala Burung di Papua sudah dikenal sejarah era Portugis dengan nama Spanyol
de Bonne Esprance atau nama Portugis disebut Cabo de Goedew Hoop (seperti nama
tanjung di Afrika Selatan). Pulau Papua sendiri disebut Nova Guinea (bahasa
Portugis). Di wilayah selatan Kepala Burung ini di pantai barat terletak Mimika
yang sekarang (tetapi belum teridentifikasi kala itu). Lantas kapan muncul nama
Mimika.
Pada era VOC (Belanda) kawasan pantai Mimika
ini ditandai pada Peta 1720 sebagai Caap Nassau. Kawasan ini sudah dilalui oleh
kapal-kapal VOC apakah dari Ternate atau dari Banda melalui pulau Kei dan Pulau
Aru. Pulau-pulau di utara Pulau Aru dan di barat laut kawasan Caap Nassau
ditandai sebagai Moerasch, yang dapat diartikan sebagai kawasan orang-orang
Moor. Kawasan ini meliputi pulau Namatota, pulau Lakahia, teluk Triton dan wilayah
Kaimana yang sekarang. Orang Moor adalah pelaut-pedagang asal Afrika Selatan beragama
Islam yang sudah sejak zaman kuno eksis di Hindia Timur (orang Moor telah lama
memperkuat Ternate, dan orang Moor terkonsentrasi di pulau Halamahera yang di
era Portugis pada peta ditandai sebagai Terra del Moro. Besar dugaan mereka
inilah yang menyebarkan agama Islam di kawasan pantai barat daya Papoea. Berdasarkan Peta 1695 sungai besar di Mimika (Timika) ditandai sebagai
Moerschestraar Rivier. Peta 1720
Nama
(kampong) Mimika berada di kawasan Caap Nassau, yang diduga pusat-pusat
perdagangan dari perluasan di pulau Namatota. Di kampong Mimika ini menjadi
pusat perdagangan kawasan dengan penduduk di pedalaman yang semua suku-suku
diidentifikasi sebagai orang Manowean (kini suku Asmat).
Kawasan ini kali pertama dikunjungi oleh
pedagang-pedagang VOC pada tahun 1623 yang dipimpin oleh Kaptein Jan Carstenz.
Dalam ekspedisi ini peta dibuat yang dilakukan oleh Arent Martensz de Leeuw, Dalam
Peta 1623 diidentifikasi Amboina, Banda, Pulau Kei dan Pulau Aru asal rute,
yang melakukan ekspedisi pertama ke pantai barat Papua menuju tempat yang
diduga kuat kampong Mimika. Di selatan kampong ini ditandai (muara) sungai. Ekspedisi
ini melakukan navigasi ke arah selatan melewati pulau Frederik Hendrik dan
Merauke hingga Pulau Daru. Satu yang penting dalam peta ini pegunungan (puncak)
tinggi di pedalaman sudah diidentifikasi (kini puncak Carstenz, sesuai nama
komandan ekspedisi). Catatan: Peta kuno ini sempat hilang dan baru ditemukan
pada tahun 1866 (lihat Nederlandsche staatscourant, 18-02-1866).
Muara
sungai besar yang diidentifikasi pada Peta 1623 diduga kuat adalah sungai di
Timika (kini sungai Ajkwa). Di sekitar muara sungai ini pada masa kini sudah
tertutup daratan karena proses sedimentasi jangka panjang. Hal ini diduga
karena pada Peta 1695 di sekitar muara sungai terdapat gosong yang sangat luas
dan hanya ada satu pulau yang didientifikasi. Pulau ini diduga adalah pulau
Mimika (yang menjadi pusat perdagangan di sekitar muara).
Apa yang menjadi penyebab terjadinya gosong
yang luas ini diduga terdapat pertambangan sejak zaman kuno, Kemungkinan terjadinya pengaruh vulkanik
karena pegunungan di hulu meletus kecil sekali karena hanya pegunungan Arfak
yang bersifat aktif. Pertambangan ini diduga menjadi faktor penting mengapa
pedagang-pedagang Moor memiliki pemukiman di pantai selatan Papua ini seperti di
teluk Triton (sekitar Kaimana yang sekarang) di Pulau Aru dan di pulau Daru.
Seperti di tempat lain, aktivitas penduduk yang intens di pedalaman menjadi
satu faktor penting mengapa teluk yang luas menjadi kawasan daran seperti
Batavia, Semarag dan Soerabaja. Di wilayah Maluku seperti di Amboina dan
Ternate kasus gosong ini tidak ada, karena sungai besar tidak ditemukan. Selain
muara sungai Mimika yang mengalami proses sedimentasi jangka panjang juga
ditemukan di muara sungai Digul dan di muara sungai Membramo.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Nama Timika
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Keren Pak, saya bisa minta dokumen dan ulasan sejarah terkait mimika yang bapak miliki. Saya putra mimika dgn pingin membuat buku sejarah kampung saya
BalasHapusOk baik, akan saya kirimkan dalam beberapa hari ke depan
HapusSelamat menulis sejarah