*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina
dalam blog ini Klik Disini
Pada zaman kuno, dalam navigasi pelayaran di laut hanya penting nama-nama geografis seperti nama pulau, nama (muara) sungai dan nama tempat. Nama tanjung dan nama teluk serta nama selat baru penting setelah kehadiran pelaut-pelaut Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris). Pada zaman kuno era Hindoe Boedha, nama-nama geografis di daratan mulai dianggap penting seperti nama gunung dan nama danau. Di pulau Jawa tidak banyak danau tetapi banyak gunung. Danau banyak ditemukan di Sumatra, Semenanjung dan Celebes dan pulau-pulau kecil seperti di kepulauan Soenda Kecil (Nuisa Tenggara), Maluku dan Filipinan. Danau besar di Filipina yang sekarang terdapat provinsi Lanao del Sur di pulau Mindanao yang diberi nama danau Lanao.
Lantas bagaimana sejarah danau-danau utama di Filipina? Tentu saja topik ini tidak pernah ditulis. Mengapa? Pertanyaan inilah yang akan dijawab melalui penelusuran data di dalam berbagai sumber. Namun yang pasti, seperti disebut di atas dua nama danau terpenting di Filipina adalah danau Laguna di pulau Luzon dan danau Lanao di pulau Mindanao. Lalu bagaimana sejarah danau penting dalam sejarah awal Filipina? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Danau di Filipina: Danau Siais dan Danau Toba di Tanah Batak
Di pulau Luzon dekat teluk Manila terdapar dua danau besar, yakni: Laguna de Bay dan Lawa ng Taal. Dua nama danau itu intinya Laguna dan Lawa (Rawa). Laguna dan rawa adalah merujuk pada bahasa sanskerta (awal mula lingua franca, bahasa Melayu). Nama laguna dan rawa bersifat generik untuk menyatakan laguna (air yang terjebak di dalam) dan rawa (air yang terbentuk karena luapan). Terminologi danau diartikan lebih luas lagi, bahkan danau juga termasuk laguna dan rawa. Danau di pulau Mindanao disebut danau Lanao yang mirip dengan danau Ranau di Lampung (Sumatra).
Seperti laguna Laguna dan rawa Lawa di pulau Luzon, di pulau Mndanao juga danau Lanao, suatu hal yang mirip dengan danau Ranau di pulau Sumatra (bagian selatan di Lampung). Dalam hal in Laguna, Lawa, Lanao dan Ranao bukanlah nama geografis tetapi wujud alam yang disebut laguna, rawa dan danau dalam ucapan (dialek) setempat. Jadi danau di Lampung disebut ranau, dan danau di Mindanao disebut lanao. Lantas apakah nama Mindanao atau Maguindanao awalnya merujuk pada nama danau Lanao? Lalui orang-orang Portugis atau Spanyol mengidentifikasi danau di Mindanao dan di Luzon sebagai Lanao, Laguna dan Lawa.
Danau Ranau di Sumtara dan danau Lanao di Mindanao tentu saja penting dalam penyelidikan sejarah. Satu hal yang pasti namanya mirip satu sama lain, nama yang mengindikasikan nama danau. Danau-danau di Sumatra, cukup banyak dan semuanya berada di pegunungan seperti danau Lanao di Mindanao.
Danau di Sumatra terdapat di ujung selatan Sumtara di Lampung (danau Ranau) hingga di ujung utara Sumatra di Atjeh (danau Takengon). Di bagian tengah pulau terdapat danau Siais di Tapanuli. Antara danau Siais dan danau Takengon terdapat danau sangat besar (danau Toba). Demikian juga antara danai Siais dengan danau Ranau terdapat tiga danau penting yakni danau Maninjau, danau Singkarak dan danau Kerintji. Lantas apa keutamaan danau Siais di Tapanuli? Danau Siais tempo doeloe berada sangat dekat dengan laut (pantai). Boleh jadi di era Hindoe-Boedha danau inilah yang pertama kali dijangkau orang asing terutama pedagang-pedagang yang berasal dari India. Seperti kita lihat nanti dari danau Siais inilah terbentuk peradaban kuno yang paling awal di Sumatra yang berasal dari India yang kini sebagai sisa peninggalannya berbagai candi kuno.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Danau Lanao di Mindanao dan Danau Laguna di Luzon
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar