*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dewan di Indonesia di blog ini Klik Disini
Siapa Abdoel Hakim? Sejarah Abdoel Hakim sebagian
sudah ditulis di dalam blog ini sejak 2014. Pada waktu itu nama Abdoel Hakim
tidak ada informasi di Wikipedia (namun nama ini ada di dalam daftar gubernur
Sumatera Utara). Yang sudah ada di Wikipedia adalah Abdoel Hakim dimana disebutkan
pernah menjadi Walikota Padang (hanya dua kalimat). Namun uniknya dua nama yang
sama ini setelah ditelusuri (dengan menunjukkan sumbernya) sama-sama pernah
menjadi anggota dewan kota (gemeenteraad), ternyata sama-sama berasal dari
Angkola Mandailing. Abdoel Hakim (Nasoetion) di Padang dan Abdoel Hakim (Harahap)
di Medan. Kini narasi sejarah keduanya di Wikipedia sudah banyak. Sejarah
adalah narasi fakta dan data.
Abdul Hakim Harahap (15 Juli 1905 – 7 Oktober 1961) adalah seorang pegawai negeri dan politikus Batak. Lahir di Sarolangun dari ayah dan ibu Batak, Abdul Hakim Harahap bekerja di kantor bea dan cukai setelah menyelesaikan studinya di Prins Hendrikschool. Setelah Indonesia merdeka, ia diangkat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sumatra Utara. Harahap lahir pada tanggal 15 Juli 1905 di Sarolangun, Jambi. Ia lahir sebagai putra Mangaradja Gading, seorang pegawai negeri Batak. Dia adalah anak kedua dari enam bersaudara yang dimiliki orang tuanya. Setelah Harahap lahir, Mangaradja Gading pindah ke kota Jambi. Di kota itu, Mangaradja Gading mendaftarkan Harahap ke ELS pada tahun 1914, untuk mengikuti kakaknya yang sudah pernah belajar di sana. Ia hanya belajar selama dua tahun di sana, karena ayahnya dipindahkan ke kota Sibolga pada tahun 1916. Di Sibolga, Mangaradja Gading masih berstatus pegawai negeri, namun dengan pangkat yang lebih tinggi. Abdul Hakim melanjutkan ELS-nya di Sibolga. Ia lulus dari sekolah tersebut pada tahun 1920, dan melanjutkan belajar di Mulo. Ia lulus dari sekolah tersebut pada tahun 1924, dan bersekolah di Prins Hendrikschool sampai tahun 1926. Selama ini, ia terlibat dalam gerakan-gerakan nasionalis di Hindia Belanda, seperti Jong Islamieten Bond, Jong Batak dan Jong Sumatranen Bond. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Abdoel Hakim semasa Gemeenteraad di Medan? Seperti disebut di atas, narasi sejarah Abdoel Hakim sudah ditulis sejak 2014, tetapi bagaimana Gemeenteraad di Medan semasa Abdoel Hakim kurang terinformasikan. Bagaimana dengan di Batavia, Semarang, Soerabaja, Bandoeng dan Padang. Lalu bagaimana sejarah Abdoel Hakim semasa Gemeenteraad di Medan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Abdoel Hakim Semasa Gemeenteraad di Medan; Batavia, Semarang, Soerabaja, Bandoeng dan Padang
Abdoel Hakim pada tahun 1934 sudah tidak menjadi anggota biasa di Gemeenteraad Medan, tetapi sudah menjadi anggota senior (Wethouder). Dalam hal ini Wethouder menjadi tokoh yang ditinggikan di dewan dari golongan pribumi. Dengan demikian, Abdoel Hakim telah menjadi bagian penting di Gemeenteraad Medan. Abdoel Hakim terpilih pertama kali tahun 1930.
Abdoel Hakim kelahiran Saroelangoen 1905, setelah menyelesaikan sekolah di PHS Batavia melamar di bea dan cukai, lalu ditempatkan di Medan tahun 1927. Dalam pemilihan Gemeenteraad tahun 1930, nama Abdoel Hakim masuk nominasi (lihat De Sumatra post, 17-06-1930). Berdasarkan maklumat wali kota (burgemeester) Medan D Mackay, kursi tersedia untuk golongan Belanda sebanyak 1o kursi, pribumi lima kursi dan dua kursi untuk golongan Timur asing. Ada 10 nama yang muncul dari semua kelompok pemilih Belanda, yang dengan demikian otomatis terpilih. Untuk golongan pribumi ada tujuh kelompok pemilih. Namun tidak ada nama kandidat muncul di setiap kelompok. Nama Abdoel Hakim ada di tiga kelompok pemilih (DEF). Untuk golongan Timur asing ada lima kelompok pemilih. Nama Tan Boen An muncul di empat kelompok pemilih. Oleh karena itu dilakukan pemilihan. Untuk pemilihan golongan pribumi pada putaran pertama terpilih Arsjad dan Zoelkarnai. Lalu untuk memilih tiga lagi dilakukan pemilihan yang mana 360 suara tidak digunakan dan empat suara tidak sah. Dari total 968 suara, Baginda Sodjoeangon sebanyak 239 suara, Ferdinand Sitompoel 197 suara dan Abdoel Hakim 166, Raden Noerngali 155, Djanin 139 dan Gerhard Parapat 72. Dengan demikian Abdoel Hakim terpilih.
Dalam rapat Gemeenteraad Medan tanggal 20 Agustus diketahui ada nama Tan Boen An dan Lim Kheng Hie (lihat De Sumatra post, 21-08-1930). Ini mengindikasikan wakil golongan Timur kedua anggota dewan orang Cina. Dalam rapat perdana ini dipilih tiga wakil (Wethouder) untuk mendampingi ketua dewan. Golongan Belanda terpilih Slager, golongan pribumi Abdoel Hakim (mengalahkan Arsjad dan Dzoelkarnain); sedangkan Tan Boen An menang telak dari Lim Kheng Hie. Dalam pemilihan periode tahun 1930 untuk empat tahun ke depan, New Comer Abdoel Hakim langsung mendapat panggung (sebagai pimpinan anggota golongan pribumi). Abdoel Hakim Harahap yang masih muda sebagai Wethouder di Gemeenteraad Medan.
Di Kota Padang Dr. Abdoel Hakim (Nasoetion) dipilih dan diangkat
pemerintah untuk menjabat Wakil Wali Kota (Locoburgemeester) Kota Padang.
Proses ini terjadi pada tahun 1931 (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 09-12-1931). Pengangkatan Dr. Abdoel Moeis adalah suatu
kejutan. Sebab pada akhir tahun 1929 meski MH. Thamrin yang diangkat sebagai
Wakil Wali Kota di Batavia, namun itu dapat dimaklumi karena Thamrin dianggap
masih memiliki darah Eropa. MH. Thamrin diangkat sebagai Wakil Wali Kota untuk
menggantikan orang Eropa yang mengundurkan diri. De Tijd:
godsdienstig-staatkundig dagblad, 22-01-1930 Batavia, Januari 21 (Aneta). Dalam
pertemuan pagi ini Dewan Walikota dan Aldermen, Mr Thamrin diangkat wakil
walikota kedua Batavia. Pada saat ini di Soerabaja, Radjamin Nasoetion terpilih
sebagai anggota Gemeenteraad Soerabaja.
Pada tahun 1931 Burgemeester Daniel Mackay digaantikan oleh walikota JM Wesselink. Daniel Mackay telah menjabat sejak 1918. Sukses Gemeenteraad Medan menyebabkan permintaan dari Bandoeng agar Burgemeester JM Wesselink dipindahkan ke Bandoeng. Pemerintah pusat menyetujuinya. JM Wesselink, lalu digantikan oleh G Pitlo (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 17-08-1934). Anggota gemeenteraad juga telah dengan komposisi baru. Abdoel Hakim sebagai incumbent tetap terpilih pada pemilihan yang dimulai Juni 1934. Abdoel Hakim kembali terpilih sebagai Wethouder (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 24-08-1934). Disebutkan di Gemeenteraad van Medan, terpilih tiga wethouder Ir Schoorl (VC) dan Abdoel Hakim (Inlandsche fractie) serta nieuw-gekozen wethouder Mr Klomp (SSP).
De Sumatra post, 26-10-1934: ‘Dalam rapat Gemeenteraad kemarin di gedung Deli
Plantersvereeniging dipimpin burgemeester G Pitlo. Anggota gewan yang turut
hadir Bisschop, Jap Gim Sek, Meyer, Chatelin, Van den Bergh, FJ Nainggolan, Van
Assen, Klevant, Djamaloeddin, Klomp, G Parapat, Joshua, Romme, Tan Boen An, Abdoel
Hakim, Prijters dan Schoorl’. Dalam komposisi yang sekarang, tetap dua orang
yang berasal dari Afdeeling Padang Sidempoean, yakni Abdoel Hakim (incumbent)
dan Gading Batoebara Joshua (newcomer). GB Joshua, seorang guru, pimpinan Joshua
Instituut menggantikan posisi Baginda Sodjoeangon (seorang pejabat). Djamaloedin
alias Adinegoro adalah pemimpin redaksi surat kabar Pewarta Deli yang dipimpin
oleh Abdoelah Loebis (mantan anggota gemeenteraad Medan). Djamaloedin sebelum ke
Medan adalah pemimpin redaksi surat kabar Bintang Timoer di Batavia pimpinan
Parada Harahap.
Abdoel Hakim di Gemeenteraad Medan begitu kuat. Abdoel Hakim telah mengalami tiga masa kepemimpinan (Mackay, Wesselink dan Pitlo) tetapi tetap bertahan sebagai Wethouder. Pada saat Gubernur Jenderal berkunjung ke Medan, pada ksempatan di Gemeentehuis, Gubernur Jenderal diterima oleh G Pitlo, SJ Schoorl, AJ Frijters dan Abdoel Hakim (lihat De Sumatra post, 04-04-1936).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Batavia, Semarang, Soerabaja, Bandoeng dan Padang: Apa Keutamaan Gemeenteraad Medan?
Abdoel Hakim Harahap di Gemeenteraad Medan telah banyak bekerja untuk pembangunan di Medan. Banyak hal di Medan yang menjadi inisiatifnya. Abdoel Hakim datang ke Medan tahun 1927 sebagai pegawai bea dan cukai. Pada tahun 1930 terpilih untuk menjadi anggota Gemeenteraad Medan untuk pertama kali. Ada awal, ada akhir. Setelah 10 tahun di Medan dan 10 tahun terakhir menjadi anggota dewan, Abdoel Hakim harus mengakhirinya. Pemerintah pusat memindahkan Abdoel Hakim ke Batavia.
Deli courant, 17-02-1937: ‘Tiga anggota dewan baru harus
dipilih dalam beberapa bulan ke depan. Dalam
beberapa bulan, Gemeenteraad
Medan
harus memilih tidak kurang dari tiga anggota dewan baru. Alderman Mr SJ Schoor,
akan berangkat ke Eropa pada tanggal 1 Mei dan mungkin tidak akan kembali ke Hindia, tapi pasti tidak ke
Medan. Pada tanggal 16 Juni, anggota dewan AJ Frijters akan pergi ke Eropa untuk cuti. Mr Frijters mungkin
tidak akan ditempatkan di Medan lagi setelah cuti ini berakhir. Karena itu ia
juga mengundurkan diri dari jabatannya sebagai anggota dewan. Akhirnya, hari
ini dilaporkan bahwa anggota dewan Abdoel Hakim akan dipindahkan ke Batavia pada awal
Maret. Abdoel Hakim, yang bekerja di sini di Kantor
Akun Negera (kantoor voor
Comptabiliteit), akan dipromosikan ke pusat di Kantor Perbendaharaan Umum (Generale Thesaurie) di Batavia’.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar