*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa Batak adalah suatu bahasa Austronesia hampir punah yang dituturkan oleh suku Batak di Pulau Palawan, Filipina. Untuk membedakan dengan bahasa Batak di Indonesia, biasanya nama ini ditambahkan sebagai Batak Palawan. Batak dituturkan di Babuyan (P Luzon), Maoyon (P Panay) dan di pulau Palawan di Tanabag, Langogan, Tagnipa dan Caramay, serta di Buayan (Manila). Bahasa-bahasa di sekitar tempat itu antara lain Tagbanwa Selatan, Tagbanwa Tengah, Kuyonon, dan Agutaynen. (Wikipedia). Ada tulisan kompasiana berikut:
Batak Filipina dan Batak Sumatera, Adakah Kaitan? Leonardo Tolstoy Simanjuntak. 19 April 2014 (diperbarui: 10 Desember 2022). Presiden Marcos pernah mengaku dirinya masih berdarah Batak. Cerita tentang orang Batak di Filipina, sudah lama meski versinya berbeda. Kelompok komunitas Batac (huruf c) memiliki kultur mendekati orang Batak di Sumatera. Tapi, sangat disayangkan yang pernah dipublikasikan itu masih berupa informasi, belum pengkajian ilmiah. Seorang Batak yang pernah ke Filipina: ‘sewaktu tinggal di Filipina bertemu orang-orang mirip orang Batak di Indonesia, logat dan gaya hidup mereka tak banyak beda dari Batak di Sumatera’. Sejumlah kata sama, misalnya, mangan (makan), inong (ibu), sangsang (daging babi cincang), among (ayah), iboto (saudara lelaki/perempuan). Wisatawan Filipina berkunjung ke Sumatera Utara merasa seperti berada di kampung halamannya di Filipina. Sebagian dari wisatawan itu adalah suku Batac di Filipina. Pulau Palawan itu terdiri dari tiga etnik: Palawan, Tagbanua, dan Batak. Orang Batak Filipina taat adat istiadat; sistem perkawinan eksogami. Pengakuan orang Batak di Baguio utara pulau Luzon, bahwa nenek moyang mereka berasal dari Sumatera. Lalu, bagaimana sejarahnya ada Filipina? (https://www.kompasiana.com/)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Batak di Filipina? Seperti disebut di atas ada yang berpendapat bahwa bahasa Batak di pulau Palawan, orang Batak di Baguio di pulau Luzon bagian utara. Lalu bagaimana sejarah bahasa Batak di Filipina? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Batak di Filipina? Bahasa Batak di Pulau Palawan, Orang Batak di Baguio di Pulau Luzon Bagian Utara?
Di wilayah kepulauan Filipina cukup banyak nama geografis yang diasosiasikan dengan Batak, antara lain Kota Batac (provinsi Ilocos) di utara pulau Luzon, Bataan (provinsi) di Teluk Manila dan (provinsi) Kota Bartangas di selatan pulau Luzon. Dalam peta laut (navigasi) nama Batac dan Batag di Filipina saling dipertukarkan (lihat Zeemans-gids naar, in en uit Oost-Indië, China, Japan, Australië, de Kaap De Goede Hoop, Brazilië en tusschenliggende havens, 1853). Di Hindia Belanda (baca: Indonesia) penulisan nama Batak sudah stabil (dalam peta-peta Portugis ditulis Bata). Nama Batavia tidak dokaitkan Batak tetapi nama wilayaah di Belanda. Bagaimana dengan bahasa orang Batac di pulau Palawan?
Zeemans-gids naar, in en uit Oost-Indië, China, Japan, Australië, de Kaap
De Goede Hoop, Brazilië en tusschenliggende havens, 1853: ‘bahwa bagian baratnya bersih. sisi dalam pulau Batac atau Batag,
antara pulau ini dan pantai; terdapat dua saluran air menuju pelabuhan ini,
satu di kedua sisi Batac, dikatakan sebagai yang terbaik, dan termasuk di
antara karang yang membentang dari pulau, yang terbentang di depan pulau
Cahayaga yang berdekatan. Luasnya ± S., dan kedalamannya bertambah, dari 18
atau 20 Yad. di pintu masuk, hingga 8, dari dalam; air yang baik tersedia di pulau
Labuan, yang terletak di sebelah selatan’.
Nama pulau Palawan pada masa ini, tetapi pulau Palawan tempo doeloe juga pernah diidentifikasi sebagai pulau Batac atau pulau Batag. Palawan dalam bahasa Batak dan bahasa Atjeh, pahlawan dalam bahasa Melayu (lihat Atjèhsch handwoordenboek (Atjèhsch-Nederlandsch), 1931). Lantas bagaimana bahasa Batak di pulau Palawan?
Seperti pada artikel sebelum ini, di dalam bahasa ada sejumlah kosa kata Tagalog/Filipino
tidak ditemukan dalam bahasa Melayu/Indonesia tetapi ditemukan dalam bahasa
Batak, antara lain: oo (Tagalog/Filipino) = olo (Batak) = iya (Melayu/Indonesia);
basa=basa=baca; bato=bato=batu; inum=inum=minum; mura=mura=murah;
taon=taon=tahun; tulak=tulak=tolak; inay=ina=ibu; ama=ama=ayah; paa=pat=kaki;
ulo=ulu=kepala; dila=dila=lidah. Sejumlah kosa yang mirip antara bahasa Batak
dan bahasa Bisayak, antara lain jelama–orang, muli–balik, keduan–lusa,
indu–ibu, yama–ayah, nupi–mimpi, lingkas-cepat, abuk–rambut, modop–tidur,
ulu–kepala, kerasik–pasir, isai–siapa, toalo-tiga, o’nom–enam, nipon–gigi, ama
inang-bapa saudara, ina'–nenek, indu inang- bibi. Catatan: Bahasa Bisayak dan bahasa
Tagalog adalah dua bahasa yang terbanyak penuturnya di Filipina.
Sebagaimana halnya bahasa Tagalog dan bahasa Bisayak di Filipina, besar dugaan banyak kosa kata bahasa Batac di Filipina (pulau) Palawan mirip dengan bahasa Batak di Sumatra (Utara). Seperti dikutip di atas sejumlah kosa kata bahasa Batac dan bahasa Batak yang mirip antara lain mangan (makan), inong (ibu), sangsang (daging babi cincang), among (ayah), iboto (saudara lelaki/perempuan).
Selain bahasa, di wilayah dimana populasi etnik Tagalog di sekitar Teluk Manila ditemukan sejumlah nama geografis yang mirip dengan nama-nama geografis di Tanah Batak. Bagaimana bisa? Nama provinsi disebut provinsi Bataan dengan ibu kota di Balanga City. Beberapa munisipalitas (kabupaten) di provinsi Bataan ini adalah Bagac, Hermosa, Mariveles dan Morong. Nama-nama tersebut mirip dengan nama-nama geografi di Tapanuli Selatan. Kelompok populasi di wilayah provinsi Bataan disebut Aeta, Agta atau Atta. Di Tapanoeli Selatan dua nama kampong kuno (kini desa) yang masih eksis adalah Mosa (mirip Her-mosa) dan Morang (mirip Morong).
Hubungan Filipina dengan Tanah Batak antara lain
dapat ditemukan narasi dalam buku Mendes Pinto (1537). Disebutkannnya Kerajaan
Aru Batak Kingdom (di pantai timur Sumatra) memiliki kekuaran sebanyak 15.000
tentara, yang mana sebanyak delapan ribu orang Batak dan sisanya didatangkan
dari Djambi.Indragiri, Broenai dan Luzon. Seperti di pulau-pulau Filipina, di
wilayah pantai utara Borneo juga banyak ditemukan nama-nama geografi yang mirip
dengan di Tapanuli.
Kerajaan Aru Batak Kingdom diduga kuat adalah kerajaan kuno di pantai timur
Sumatra. Dalam buku/teks Negarakertagama (1365) nama-nama geografi yang disebut
antara lain, yang kini masih eksis adalah Panai, Lawas, Haru, Aroekan. Keempat
nama ini berada di wilayah Padang Lawas dimana sungai Batang Pane bermuara di
sungai B-aru-mun di kota Binanga yang sekarang (Tapanuli Selatan), Kawasan
Padang Lawas ini ditemukan banyak candi-candi kuno. Nama Panai ini mirip dengan
nama pulau Panay di Filipina, Nama Panai di pantai timur Sumatra ditemukan
dalam prasasti Tanjore (1030). Jika mundur ke belakang, dalam prasasti Laguna di
Teluk Manila (900) disebutkan nama Binwangan yang diduga nama yang mirip dengan
Binanga. Ke belakang lagi dalam prasasti Kedukan Bukit (682) disebut nama
Minanga (radja dan pasukan berangkat dengan kekuatan 20.000 tentara dari
Minanga).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Batak di Pulau Palawan, Orang Batak di Baguio di Pulau Luzon Bagian Utara? Prasasti Laguna (900)-Keraajaan Aru Batak Kingdom (MendesPinto, 1537)
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar