*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Pada artikel sebelumnya dideskripsikan detik-detik berakhir Belanda, artikel ini mendeskripsikan detik-detik berakhir Jepang. Keduanya mengalami nasib yang kurang lebih sama. Orang-orang Belanda ditangkap, dilucuti bagi yang memiliki senjata dan lalu diinternir ke kamp konsentrasi. Demikian juga orang-orang Jepang ditangkap, dilucuti senjata dan kemudian dievakuasi. Perlakuan Jepang tehadap orang-orang Belanda dibayar tuntas oleh pasukan Sekutu/Inggris.
Lantas bagaimana sejarah detik-detik berakhirnya orang Jepang di Indonesia? Seperti disebut di atas, sebelum Jepang berakhir di Indonesia masih sempat menginisiasi persiapan kemerdekaan Indonesia. Satu hal penting lainnya jelang berakhir Jepang adalah Perang Pasifik yang menyebabkan Kerajaan Jepang menyerah pada tanggal 14 Agustus 1945 kepada Sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Pada detik-detik inilah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan (17 Agustus 1945). Lalu bagaimana sejarah detik-detik berakhirnya orang Jepang di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan-Pahlawan Indonesia dan Detik-Detik Berakhir Jepang: Orang Indonesia Anti Jepang
Salah satu orang Indonesia anti Jepang sejak awal pendudukan militer Jepang di Indonesia adalah Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Tidak hanya menentang di depan rampat-rapat publik, juga di berbagai media yang juga diktip pers asing. Namanya dicatat oleh orang Jepang dengan tinta tebal dan garis bawah. Sejak, Kerajaan Jepang menyerah kepada Sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat pada tanggal 14 Agustus 1945, nama Amir Sjarifoeddin Harahap semua orang mengingat nama beken Amir Sjarifoeddin Harahap.
Dalam pernyataan Kaisar Hirohito, radja Jepang yang diumumkan melalui radio yang dapat didengar di seluruh penjuru dunia, selain dengan jelas Hirohito menyatakan menyerah, juga dalam hubungan ini Menteri Pertahanan Jepang melalui para Panglima memerintahkan semua pasukan militer Jepang dimanapun berada, wait en see, tidak mengambil kebijakan, tetapi dapat mempertahankan diri dengan senjata. Selain itu pemerintah pendudukan militer Jepang bertanggung jawab atas otoritas dimana pun Sekutu belum berada. Saat situasi itulah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan yang dibacakan oleh Ir Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Lantas apakah proklamasi tersebut menjadi otoritas Jepang yang tersisa dianggap melanggar? Tentulah itu urusan orang Indonesia sendiri. Otoritas Jepang di Dajakarta jelas tidak ambil bagian. Foto: Saat personil Belanda/NICA tiba di pelabuhan Tandjoeng Priok (Het parool, 16-10-1945).
Pasca proklamasi, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang merupakan kelanjutkan BPUPKI bekerja merumuskan statuta negara dan menyusun struktur pemerintahan dimana Ir Soekarno menjadi Presiden dan Drs Mohamad Hatta sebagai Wakil Presiden serta sejumlah gubernur. Sebagai pemerintahan presidensial, keduanya menyusun daftar anggota kabinet dan kemudian diumumkan ke publik. Jadilah Pemerintah Republik Indonesia. Sementara sebagian besar para menteri sudah mulai bekerja, tetapi anehnya daftar kabinet yang diumumkan ke publik secara resmi tanggal 2 September 1945, defacto nama Mr Amir Sjarifoeddin Harahap belum terlihat orang. Mengapa? Mr Amir Sjarifoeddin Harahap yang diplot sebagai Menteri Penerangan masih berada di penjara terketat militer Jepang di Malang. Daftar Kabinet yang diumumkan ke publik secara resmi pada tanggal 2 September 1945 jelas bersifat tentatif. Mr Amir Sjarifoeddin Harahap sendiri baru dibebaskan dari penjara Malang pada tanggal 1 Oktober 1945.
Mengapa begitu penting nama Mr Amir Sjarifoeddin Harahap sehingga namanya sudah diumumkan ke publik sementara defacto belum terlihat? Saat itu pemilik portofolio tertinggi pemimpin Indonesia bukan Ir Soekarno dan juga bukan Drs Mohamad Hatta. Mr Amir Sjarifoeddin Harahap adalah orang anti Jepang, tengah berada di kamp tahanan militer Jepang, yang dapat dianggap sebagai pemimpin Indonesia tertinggi ketika Sekutu/Inggris akan memasuki wilayah Indonesia untuk melucuti senjata dan evakuasi militer Jepang. Di mata Sekutu, terutama Amerika Serikat dan Inggris hanya Mr Amir Sjarifoeddin Harahap yang dapat dipercaya untuk melakukan tugas pengawasan itu, sebab Ir Soekarno dan Drs Mohamad Hatta bekerjasama erat dengan Jepang selama pednudukan militer Jepang. Kepercayaan Sekutu menjadi taruhannya terletak pada nama Mr Amir Sjarifoeddin Harahap. Satu lagi tokoh Indonesia yang ditahan di Malang adalah Mr Ali Sastroamidjojo yang sudah lebih dulu dibebaskan dan telah menduduki jabatan sebagai Menteri Pendidikan. Pembebasan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap tampaknya alot antara Pemerintahan Republik Indonesia (Soekarno dan Mohamad Hatta) dengan pemegang otoritas (militer) Jepang. Namun akhirnya Mr Amir Sjarifoeddin Harahap dibebaskan dengan berat hati oleh Jepang. Foto: Belanda/NICA Hj van Mook dkk berundingan dengan Pemerintah RI Sjahrir, Amir Sjarifoeddin dan dua menteri lain ditengah Jend Christianson dari Sekutu/Inggris (De waarheid, 01-12-1945).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Detik-Detik Berakhir Jepang: Kerajaan Jepang Menyeah 14 Agustus, Kemerdekaan Indonesia Diproklamasikan 17 Agustus 1945
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar