*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Mayor adalah pangkat tertinggi dari para pemimpin komunitas pada era Pemerintah Hindia Belanda. Pangkat di bawahnya kapten dan yang paling rendah letnan. Tingkatan kepangkatan ini biasanya di dasarkan pada besar kecilnya populasi komunitas. Kepangkatan diberikan kepada komunitas Cina, Arab, India dan juga dalam kondisi tertentu diberikan kepada komunitas pribumi. Level pangkat mayor umumnya di wilayah kota besar seperti Batavia, Soerabaja, Semarang dan Medan.. Salah satu mayor Cina di Batavia adalah Khouw Kim An.
Lantas bagaimana sejarah Majoor Khouw Kim An? Seperti disebut di atas, Khouw Kim An adalah mayor Cina terakhir di Batavia. Lalu bagaimana sejarah Majoor Khouw Kim An? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan Indonesia dan Khouw Kim Han: Mayor Cina Terakhir di Batavia
Sejak era VOC sudah dikenal pemimpin komunitas yang disebut Kapitein. Terminologi ini diduga bermula di Amboina seperti Kapitein Jonker (kemudian Kapitein Pattimura). Pemimpin komunitas di Batavia adalah Nie Hoe Kong. Pada saat terjadinya kerusuhan di Batavia tahun 1740 peran Kapitein Nie Hoe Kong strategis untuk menjembatani dua pihak yang bertikai (militer VOC dan para pekerja migran Tiongkok).
Pada permulaan era Pemerintah Hindia Belanda, pemimpin komunitas ini diformalkan, sebagaimana pemimpin lokal seperti radja, soletan dan sebagainya, yang mendapat gaji/subsidi dari pemerintah. Di Batavia pemimpin komunitas ini kemudian disebut kaptein, seperti komunitas Cina, komunitas Arab, komunitas lainnya. Saat itu kapitein sebagai pemimpin komunitas masih bersifat tunggal/generik (pendelegasian ke bawah dengan nama letnan dan pembentukan ke atas dengan nama mayor baru muncul kemudian, sesuai dengan pertumbuhan populasi komunitas).
Di Batavia cabang pemerintahan (wilayah administrif) berkembang dari Batavia yang kemudian terbagi ke dalam lima afdeeling, yakni Stad-Batavia, Meester Cornelis, Buitenzorg, Tangerang dan Bekassi. Dalam pemerintah Afdeeling Meester Cornelis dan afdeeling Bekasi digabung di bawah seorang Asiste Residen. Sedangkan Stad voorsteden van Batavia digabung dengan Afdeeeling Tangerang yang dipimpin oleh seorang Residen. Afdeeling Buitenzorg berdiri sendiri yang dipimpin Asisten Residen. Cabang pemerintah di Afdeeling Bekasi dipimpin oleh seorang Schout, sedangkan di Afdeeling Tangerang dipimpin oleh seorang Hoofd Schout. Dalam struktur pemerintahan formal ini dibentuk struktur pemerintahan non formal uantuk komunitas-komunitas besar.
Pada fase perubahan struktur pemimpin komunitas Cina di (residentie) Batavia diberitakan kali pertama nama Khouw Kim An (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 21-07-1894). Disebutkan di Batavia dibentuk maskapai penggilingan padi Adiarsa Hap Liong dengan modal f80.000 untuk usaha persawahan di Karawang yang mana Khouw Kim Yeau memiliki saham 38 lembar masing-masing f1.000 di tiga penggilingan, saham lainnya diambil oleh 7 orang Cina lainnya. Direkturnya adalah Khouw Kim Yauw, komisaris terdiri dari Tan Wie Siong dan Khonw Kim An. Besar dugaan Khouw Kim An adalah anak dari Khouw Kim Yauw.
Pada tahun 1897 Khouw Kim An mendapat kontrak pengadaan timah dari dari Bangka sebanyak 120.000 pikol (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 04-06-1897). Khouw Kim An juga memiliki konsesi pegadaian di Bandoeg dam Garoet masing-masing dengan nilai sewa (pajak) ff320 dan f352 per bulan (lihat Pada De Preanger-bode, 27-09-1897). Nilai-nilai sewa tersebut cukup besar itu berarti pasarnya besar. Khouw Kim An juga memiliki konsesi pegadaian di Tangerang dengan sewa f300 per bulan (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 04-10-1897).
Pada tahun 1898 Khouw Kim An mendapat kontrak pengadaan beras ke Bangka sebanyak 27.000 pikol dengan harga f6.18 per pikol (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 21-05-1898). Pada tahun 1899 Khouw Kim An menyewakan lahannya dan bangunan di atasnya untuk tempat kantor pengdaian atau Landraad (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 15-03-1899). Pada tahun 1899 ini Khouw Kim An mendapat kontak pengadaan beras ke Bangka sebanyak 28.700 pikol dengan harga f4.86 per pikol (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 24-05-1899).
Sejauh ini Khouw Kim An sudah memiliki portofolio yang tinggi di wilayah Batavia. Pada tahun 1899 Khouw Kim An membeli saham maskapai Adiarsa Hap Liong (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 13-11-1899).
Pengangkatan pimpinan komunitas (kapten atau letnan) sebagai bagian dari struktur cabang pemerintahan (Hindia Belanda) di daerah berbeda setiap wilayah sesuai pertumbuhan dan perkembangan komunitasnya. Luasnya rentang kendali juga berubah dari waktu ke waktu. Hal itu juga yang terjadi di Medan dimana pertumbuhan komunitas Cina masih terbilang baru. Dengan meningkatnya populasi Cina di (afdeeling) Deli (migran baru dan mantan kuli yang tidak pulang lagi ke kampungnya dan memilih menetap di Deli) kebutuhan pimpinan Tionghoa juga semakin diperlukan lebih banyak. Ketika di Medan ditempatkan seorang Letnan Cina untuk menambah kekuatan Letnan yang ada di Laboehan Deli maka Letnan Tjong Yong Hian di Laboehan Deli tahun 1890an ditingkatkan statusnya dari Letnan menjadi Kapiten. Letnan Cina yang diangkat di Medan adalah Tjong A Fie (adik dari Tjong Yong Hian sendiri). Pada tahun 1898 Tjong Yong Hian sudah berpangkat Majoor (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 22-11-1898). Sementara Tjing A Fie diketahui sudah menjadi kaptein (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 13-04-1899). Dalam Dana Kota (Gementeefond) Tjong A Fie aktif sebagai anggota. Komisi Dana Kota adalah suatu inisiatif pemerintah membentuk kepanitiaan untuk melibatkan swasta dalam ikut berpartisipasi dalam pembangunan kota. Kepanitiaan ini terdiri dari swasta dimana panitia dikepalai oleh Presiden (ibarat pada masa kini Komite Sekolah). Presiden dalam hal ini adalah Resident. Komisi Dana Kota menjadi semacam embirio Dewan Kota. Lalu mengapa struktur pemimpin komunitas Cina di Medan dan di Batavia berbeda? Di Medan sudah ada Majoor tetapi jumlah kaptein sedikit, sedangakan di Batavia belum ada Majoor tetapi para kapteinnya cukup banyak, Sesungguhnya populasi komunitas Cina relatif sama banyaknya di Batavia, bahkan mungkin jauh lebih banyak di Deli (sebagian besar kuli asal Tiongkok di perkebunan-perkebunan). Sedangkan di wilayah Batavia adalah campuran orang Cina sejak zaman lampau dan para mogran baru (perdagangan) plus sedikit kuli asal Tiongkok di sejumlah titik terutama Bekasi dan Tangerang. Dengan kata lain di Deli populasi Cina lebih mengumkpul pada wilayah (afdeeling) yang sempit, sedangkan di wilayah (residentie) Batavia lebih menyebar. Di empat afadeeling (Meester Cornelis, Buitenzorg, Bekasi dan Tangerang) denga pusat komunitas di (afdeeling) Stad Batavia. Juga di wilayah Batavia sudah ada pusat komunitas Cina (populasi padat) yang dibentuk sebagai kelurahan dengan mengangkat pejabat sipil/PNS dari orang Cina sedniri yang dengan jabatan sebagai Wijkmeester.
Lantas kapan pemimpin komunitas Cina di wilayah (residentie) Batavia ditingkatkan statusnya dari Kaptein ke Majoor? Yang jelas di wilayah (afdeeling) Deli statusnya sudah Majoor (Tjong Yong Hian). Status Majoor di Semarang juga sudah ada. Satu nama yang muncul di Batavia yang berstatus Majoor adalah Tio Tek Ho.
Seperti di sebut di atas, dalam struktur baru tahun 1893, Tio Tek Ho berpangkat kaptein (lihat Bataviaasch handelsblad, 23-09-1893). Tio Tek Ho sendiri mendapat kenaikan pangkat dari letnan ke kaptein pada tahun 1890 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 29-03-1890). Pafa tahun 1897 Tio Tek Ho sudah disebut beroangkat Majoor (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 13-02-1897). Sementara setahun sebelumnya Tio Tek Ho dicatat masih berpangkat kaptein (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 30-07-1896). Pada tahun 1900 Tio Tek Ho masih sebagai Majoor (lihat De nieuwe vorstenlanden, 19-02-1900).
Pemimpin komunitas Cina di Batavia dengan status Majoor diduga kuat baru dimulai pada tahun 1897. Besar dugaan penetapan status Major oleh pemerintah bagi pemimpin komunitas diduga penerapannya relatif bersamaan di Medan, Batavia, Semarang dan Soerabaja (mungkin di kota lain terutama di wilayah Selat Karimata). Pangangkatan Tjong Yong Hian di Medan, Tio Tek Ho di Batavia dan Oei Tiong Ham di Semarang relatif bersamaan.
Sebagaimana dilihat nanti, pada tahun 1911 Majoor Tjong Yong Hian meninggal di Medan. Lalu kemudian Kaptein Tjong A Fie (sang adik) dinaikkan statusnya menjadi Majoor der Chineezen. Di Semarang Oei Tiong Ham telah digantikan oleh (saudaranya) Oei Tiong Bing. Lalu bagaimana Tio Tek Ho yang masih Majoor pada tahun 1900 digantikan oleh generasi berikutnya?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pemimpin Komunitas dari Masa ke Masa: Letnan, Kapten, Mayor
Komunitas Cina sudah semakin diakui di Hindia Belanda. Komunitas-komunitas itu telah memiliki pemimpin sendiri yang diintegrasikan sebagai bagian tidak terpisahkan dengan cabang-cabang pemerintah, Di wilayah Residentie Batavia status pemimpin komunitas Cina tertinggi adalah Majoor. Untuk saat ini majoor dijabat oleh Nie Hok Tjoan. Dalam situasi ini dengan portofolio yang sudah tinggi, Khouw Kim An bergabung dengan perkumpulan baru yang dibentuk di Batavia (lihat De Preanger-bode, 06-10-1900). Perkumpulan itu diberi nama Tiong Hoa Hwe Koan yang badan hukumnya sedang dipersiapkan dengan tujuan mempromosikan dan melestarikan ajaran Konfusius. Dalam rapat yang diadakan, untuk mendukung pendanaan awal, diedarkan dan ditandatangani oleh 20 peserta yang menjadi donatur yang terkumpul sebesar f40.000; yang mana dua diantara anggota Khouw Kim An dan Lie Hin Liam masing-masing berkontribusi sebesar f5.000.
Soerabaijasch handelsblad, 12-06-1900: ‘Di Batavia telah didirikan perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan, yang bertujuan untuk membentuk dana untuk kebutuhan biaya: (a) Memajukan budaya dan adat istiadat Tionghoa sebanyak mungkin sesuai dengan peraturan Khong Hoe Tjoe, tidak bertentangan dengan moral , dan mempromosikan di bawah elemen Cina dari pada kitab suci dan bahasa; (b) Untuk pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam huruf (a) di atas, pendirian dan pemeliharaan suatu bangunan atau lainnya, sebagai tempat pertemuan untuk membahas kepentingan perkumpulan, dan hal-hal lain untuk kepentingan umum, untuk mencapai tujuan yang ditentukan, sama sekali tidak melanggar ketentuan dan peraturan perundang-undangan; (c) Mengumpulkan koleksi buku untuk mendapatkan pengetahuan umum dan pengajaran.
Perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan tidak sepenuhnya mengadopsi budaya dan adat-istiadat yang ada di Tiongkok. Orang China di Batavia tampaknya ingin memutuskan sebagian dari adat lama; mereka hanya menghapuskan beberapa yang disebut hari suci dimana mereka harus sembahjang (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 28-12-1900). Disebutkan perkumpulan Tiong Hoa Rwee Koan juga dalam programnya akan mendirikan panti asuhan untuk anak-anak Tionghoa. Dari Semarang juga diketahui Orang Cina akan menyelenggarakan konferensi untuk meniru orang (Cina di) Batavia. Perkumpulan ini diterima dan disetujui pemerintah (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 08-05-1901). Disebutkan persetujuan telah diberikan [oleh pemerintah/GG di Buitenzorg] untuk perubahan anggaran dasar perkumpulan Tiong Hoa Hwee Koan di Batavia.
Khouw Kim An dalam bisnis terus sukses. Pada tahun 1900 Khouw Kim An mendapat konsesi (perpanjangan) pegadaian di Bandoeng dan Garoet dengan nilai sewa f2.300 dan f500 terhitung sejak 1 Januari 1901 hingga Maret 1903 (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 30-10-1900). Disebutkan untuk Bandoeng dan Garoet Khouw Kim An berkongsi dengan Kapitein Khouw Kim Po dan Khouw Keng Lion, Seperti disebit di atas Kapitein Khouw Kim Po satu era dengan Majoor Tio Tek Ho (pada tahun 1893).
Perkumpulan Tiong Hoa Kwee Koan sendiri diketuai oleh Phoa Keng Hek (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 17-12-1902). Disebutkan konsul Inggris datang berkunjung ke kantor Tiong Hoa Rwee Koan yang diterima presiden Phoa Keng Hek yang dalam kunjungan ini juga konsul mengunjungi sekolah-sekolah perkumpulan. Dalam perkembangannya diketahui Khouw Kim An diangkat sebagai letnan der Chineesen pada tahun 1905 (lihat De locomotief, 14-02-1905). Disebutkan diangkat sebagai letnan der Chineezeen yang juga menjadi anggota dewan Cina di Batavia Khouw Kim An, Dalam pengangkatan sebagai letnan ini juga bersamaan dengan Khoa A Fan, Nio Hoei Oen dan Lie Hin Liam. Dalam hal ini Khouw Kim An akan duduk di dewan Cina bersama rekan kongsinya Kaptein Khouw Kim Po, Seperti disebut di atas, aaat ini yang menjadi Majoor der Chineezen adalah Tio Tek Ho. Namun dalam hal ini Tio Tek Ho tidak berumur panjang.
Pada tahun 1908 Majoor Tio Tek Ho diberitakan meninggal (lihat De locomotief, 11-01-1908). Disebutkan Tio Tek Ho meninggal mendadak yang diawali demam. Tio Tek Ho oleh keluarga meninggal pada usia 50 tahun (lihat Bataviaasch handelsblad, 11-01-1908). Tio Tek Ho disebut telah berdinas pada pemerintah sebagai perwira (mulai dati letnan) dan 12 tahun terakhir sebagai pimpinan puncak majoor (lihat Soerabaijasch handelsblad, 14-01-1908). Pengganti Tio Tek Ho sebagai Majoor di Batavia adalah Nie Hok Tjoan (lihat Algemeen Handelsblad, 11-02-1908). Nama ini seakan mengingatkan pada masa lampau nama Nie Hoe Kong sebagai kaptein der Chineezren pada era VOC pada saat terjadi kerusuhan tahun 1740. Pada tahun 1908 ini Mejoor di Medan masih dijabat Tjong Yong Hian, di Semarang jabatan Majoor dijabat oleh Oei Tiong Bing. Di Solo juga sudah ada jabatan dengan status Majoor der Chineezen. Dalam berita lain juga disebut perkumpulan Tiong Hoa Rwee Koan tidak hanya di Batavia tetapi juga sudah ada di tempat lain, misalnya baru-baru ini dibukan cabang Koedoes (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 13-05-1908).
Portofolio Khouw Kim terus meningkat di Batavia. Tidak hanya pengusaha yang sukses, juga menjadi bagian dari pendirian perkumpulan Tiong Hoa Kwee Koan. Networking ini juga semakin kuat karena Khouw Kim An juga telah menjadi bagian dari Chinesche Raad dengan pangkat letnan dimana salah satu kaptein senior (Khouw Kim Po) adalah rekan kongsi binsisnya. Lalu apakah Khoum Kim An akan dapat mencapai status Majoor?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar