*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Seperti artikel sebelum ini, navigasi pelayaran Nusantara tidak hanya mencapai pantai timur Tiongkok tetapi juga pantai-pantai di benua Australia, bahkan Pasifik di Selandia Baru. Navigasi pelayaran nusantara tersebut sudah dilakukan jauh sebelum kehadiran orang-orang Eropa. Pada saat pelaut-pelaut Eropa (Portugis dan Belanda/VOC) mencapai pantai-pantai di Australia sudah terdapat koloni orang Nusantara (ini luput perhatian dalam narasi sejarah). Dimana koloni nusantara itu berada, tentulah menarik untuk diperhatikan. Seperti biasanya pemukiman awal berada di muara-muara sungai besar. Mengapa?
Pelaut Eropa pertama yang mencapai Australia adalah pelaut-pelaut Portugis. Jalur navigasi pelayaran yang mereka gunakan awalnya adalah jalur navigasi pelayaran orang nusantara dan perdagang-pedagang Moor melalui pantau barat dan pantai selatan Papua hingga mencapai pantai timur Australia. Hal itulah kemudian nama selat yang memisahkan pulau Papua dan daratan Australia disebut selat Torres (nama seorang pelaut Portugis). Tampaknya tidak terlalu menarik perhatian para pedagang-pedagang Portugis, yang lebih memilih konsentrasi di kepulauan Maluku. Pada tahun 1605 pelaut Belanda mengusir orang Portugis di Amboina (tamat sudah seabad Portugis di Maluku). Pada tahun 1613 pelaut Belanda mengusir Portugis di Koepang (Portugis bergeser ke bagian timur pulau Timor/kini Timor Leste). Pada tahun 1641 VOC/Belanda kembali mengusir Portugis, kini giliran di Malaka, lalu pada tahun 1642 mengusir Portugis di Kamboja dan teluk Tonkin (Hanoi yang sekarang). Praktis koloni Portugis hanya tersisa di pulau Timor dan di Makao (pantai timur Tiongkok). Setahun kemudian giliran pelaut Belanda yang mencapai Australia tahun 1643. Ekspedisi Belanda yang dipimpin Abel Tasman tersebut sangat unik. Ekspedisi justru dimulai dari pulau Madagaskar (Afrika Selatan) dengan membawa orang-orang Madagaskar yang berbahasa Melayu untuk melintasi selatan Lautan India hingga mencapai pantai selatan Australia. Ekspedisi ini kemudian memutari pantai tenggara Australia melewati pulau-pulau di Selandia Baru terus ke pantai utara Papua hingga ke Amboina. Selanjutnya dari Amboina ekspedisi menuju Batavia. Pulau besar di selatan Australia kemudian ditabalkan dengan nama pulau Tasmania. Lalu giliran pelaut Inggris melakukan ekspedisi ke Australia dan Pasifik pada tahun 1772 yang dipimpin oleh James Cook yang mengawali ekspedisi dari Batavia. Orang-orang Inggris sejak tahun 1776 membentuk koloni di pantai tenggara Australia (kini Sidney). Sejak itu orang-orang Belanda terusir dari Australia. Putus sudah hubungan navigasi pelayaran orang nusantara ke Australia.
Lantas bagaimana sejarah geomorfologi pantai benua Australia? Seperti disebut di atas, benua Australia sudah sejak masa lampau pelaut-pelaut Nusantara mencapai Australia dan kemudian secara bertahap disusul pelaut-pelaut Eropa yang dimulai Portugis yang kemudian diikuti pelaut Belanda dan terakhir oleh pelaut Inggris (yang menjadi pangkal perkara hubungan nusantara dan Australia terputus). Lalu bagaimana sejarah geomorfologi pantai benua Australia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Geomorfologi Pantai Benua Australia; Pelaut-Pelaut Nusantara, Portugis, Belanda dan Inggris
Gambaran bentuk benua Australia yang lebih baik pada dasarnya baru dimulai pada era Belanda (VOC). Ini semua setelah gambaran bentuk pulau-pulau nusantara (Hindia Timur) telah dipetakan dengan baik. Artinya peta Indonesia masa kini, di masa lampau lebih awal menjadi sempurna daripada peta Australia. Namun demikian daratan luas (benua) Australia sudah sejak lama dikenal.
Sejak kapan daratan luas (benua) yang disebut Australia dikenal? Tidak ada keterangan yang pasti. Yang jelas pada era Ptolomeus tidak terbayangkan apakah masih ada benua lain (Amerika dan Australia). Tentang keberadaan benua Australia hingga pada awal era miritim Eropa (paruh kedua abad ke-15) belum diketahui. Namun keberadaan benua Amerika sudah dapat diprediksi, yang mana pada akhirnya ditemukan benua Ameruka pada tahun 1492 oleh Colombus. Tidak lama kemudian berdasarkan pengetahuan orang-orang Moor beragama Islam menemukan jalan ke timur hingga mencapau nusantara. Pada tahun 1511 pelaut-pelaur Portugis menaklukkan (kerajaan) Malaka (di semenanjung Malaya). Meski pada tahun ini pelaut-pelaut Portugis sudah mencapai Jawa, pulau-pulau Nusa Tenggara dan Maluku tetapi tidak ada laporan yang mengindikasikan pengetahuan tentang benua di selatan. Pada tahun 1516 pelaut-pelaut Portugis sudah mencapai pantai timur Tiongkok (Pasifik bagian barat), bahkan hingga Jepang dan Korea. Pengetahun Portugis tentang nusantara semakin meningkat hingga pada akhirnya pelaut-pelaut Spanyol menemukan jalan dari celah di selatan benua Amerika melintasi lautan Pasifik hingga mencapai pulau-pulau di Filipina. Dari pulau Zebu, pelaut-pelaut Spanyol mengenal Maluku (yang bersaing dengan Portugis yang sudah lebih dulu eksis di Maluku). Era awal Portugis/Spanyol ini telah menyempurnakan pengetahuan Eropa tentang wilayah-wilayah di selatan ekuator. Ekspedisi Spanyol ke selatan Amerika menemukan indikasi adanya benua lain di selatan. Namun sejauh itu pelaut-pelaut Spanyol/Portugis belum memiliki pengetahuan tentang benua Australia di selatan nusantara. Pelaut-pelaut Spanyol yang pada akhirnya menemukan indikasi adanya benua besar di selatan dari pantai timur pulau Papua dan telah mencapau bagian pantai timur Australia. Portugis yang telah membuat pos perdagangan di pulau Solor tahun 1550 menjadi awal pelaut-pelaut Portugis melakukan eksplorasi lebih intens tentang benua Australia, Pengetahuan tentang Portugis pantai utara Australia membuka jalan mereka untuk menemukan jalan diantara pulau Papua dan daratan Australia. Pelaut-pelaut Spanyol sebelumnya dari arah timur hanya membayangkan bahasa pulau Papua dan pantai timur Australia adalah daratan yang menyatu. Penemuan celah antara Papua dan Australia sebagai perairan yang memisahkan Papua dan Australia dipimpin oleh pelaut Portugis Bernama Torres (karena itu selay itu diberi nama selat Torres).
Pengetahuan para pelaut-pelaut Spanyol/Portugis tentang benua Australia (yang dalam perkembangannya lebih intens oleh pelaut-pelaut Portugis) terhambat karena kehadiran pelaut-pelaut Belanda. Meski peta-peta awal tentang Australia di Eropa, belum menarik bagi pelaut-pelaut Belanda. Pelaut-pelaut Belanda di Nusantara masih menjadi prioritas dan membangunan kekuatan diantara Belanda, Portugis dan Spanyol.
Dengan modal peta-peta yang beredar di Eropa (hasil kumulatif seabad pelaut-pelaut Portugis dan Spanuol), pelaut-pelaut Belanda memulai ekspedisi pertama ke timur (nusantara) pada tahun 1597. Ekspedisi yang dipimpin Cornelis de Houtman melalui Afrika selatan (dan pulau Madagaskar) memotong lautan India dan mencapai pantai barat Sumatra di pulau Enggano. Satu kapal ke arah utara dan yang lainnya menuju Jawa melalui selat Sunda tiba di pelabuhan Banten pada bulan Juni 1596. Namun kehadiran Belanda mengalami hambatan (boleh jadi pelaut-pelaut Portugis yang hamper seabad masih cukup berpengaruh diantara para pribumi nusantara). Setelah terusir dari Banten, pelaut Belanda dengan empat kapal menuju Maluku melalui pelabuhan Sunda Kalapa, Jepara dan Tuban namun di perairan utara pulau Madura satu kapal mengalami kerusakan besar. Tujuan ke Maluku dibatalkan lalu berbelok di timur pulau Lombok yang akan kembali ke Belanda. Di selartan pulau Lombok kapal rusak itu dibakar dan ditenggelamkan yang kemudian berlabuh di pantai timur Bali (diterima dengan baik oelh Radja Bali). Setelah dua bulan, dan meninggalkan dua pedagangan di Bali, lalu ekspedisi Cornelis de Houtman Kembali ke Belanda melalui selat Balambangan/Bali terus ke pantai selatan Jawa hingga menuju Afrika Selatan. Ketika mereka melewati selatan Jaw aini mereka membayangkan benua Australia tetapi itu bukan prioritas mereka. Sejak itu susul menyusul ekspedisi Belanda ke nusantara. Pada tahun 1605 ekspedisi Belanda yang dipimpin oleh Admiral van Hagen menyerang Portugis di benteng Amboina. Dengan semakin menguatnya Belanda pada tahun 1613 menyerang Portugis di pulau Solor dan di Koepang (Timor). Pada tahun 1619 Belanda dengan dukungan VOC merelokasi pos utama dari Amboina ke Batavia. Belanda untuk sementara berkutat dalam masalah internal karena harus berperang dengan Mataram dan Banten (sejak 1626). Dengan dukungan Bali, Ambon dan Ternate dan lainnyaVOC kemudian menyerang Portugis di Malaka tahun 1641 dan kemudian mengusir Portugis di Kammboja dan teluk Tonkin. Praktis Nusantara telah dikuasasi oleh VOC, yang kemudian dimulai ekspedisi pertama Belanda ke banua Australia yang dipimpin oleh Abel Tasman. Peta 1664
Pelaut-pelaut Belanda baru melakukan ekspedisi yang lebih radikal ke (benua) Australia pada tahun 1644 yang dipimpin oleh pelaut tangguh Abel Tasman. Seperti disebut di atas, Abel Tasman dapat mencapai selatan Australia (suatu bagian wilayah benua Australia yang dianggap masih gelap selama kehadiran Portugis/Spanyol di Nusantara). Ekspedisi Abel Tasman yang dimulai dari Afrika Selatan/Madagaskar telah menyempurnakan sumbangan para pelat dan ahli kartografi dalam pembuatan peta dunia (minus peta kutub utara dan kutub selatan).. Bandingkan dengan Peta 1597 di atas, benua Australia begitu butanya pelaut-pelaut Eropa/ahli kartografi menganggap bahwa benua Australia menyatu dengan kutub selatan. Gambaran Australia menyatu dengan benua es di selatan (Antartika) sudah dipetakan dalam Peta 1582.
Satu yang penting dan terawal tentang geomorfologis benua Australia adalah pantai utara benua Australia secara khusus di selat antara Papua dan Australia. Pada awal era Portugis/Spanyol, pelaut-pelaut Spanyol menggambarkan (pulau) Papua masih menyatu dengan daratan Australia. Namun dalam perkembangannya pelaut-pelaut Portugis menemukan celah antara Papua dan Australia yang dipimpin oleh Torres (kelak nama selat itu disebut selat Torres). Seperti ditampilkan di atas, Peta 1597 antara Pupua dan Australia adalah benar-benar sebuah selat. Akan tetapi diduga, bahwa selat ini bukan tanpa diketahui, jauh sebelum Portugis sudah diketahui oleh pelaut-pelaut nusantara dan para pedagang-pedagang Moor. Ini terindikasi begitu banyaknya nama tempat di pantai barat daya dan selatan Papua yang mengindikasikan nama Moor. Ada teluk Morresse (kini teluk di Kaimana), sungai Mores di perbatasan Pupua dan Papua Nugini (sungai Patenbach), pulau More tidak jauh dari muara sungai dan nama pelabuhan yang kemudian disebut Port Moresby (kini ibu kota negara Papua Nugini). Hanya saja selat itu banyak pulau dan mungkin rawa-rawa yang sulit dilalui oleh kapal-kapal Spanyol/Portugis yang bertonase besar. Atau bisa jadi di Kawasan itu kerap terjadi perompakan yang membuat pelaut-pelaut Spanyol/Portugis pada awalnya menghindar kawasan (ancaman perombakan?). Meski penggambaran Peta 1597 tidak akurat (teluk besar tidak dipetakan), selat yang digambarkan terkasan sempit dan panjang antara Papua dan Australia (kemungkinan karena teluk dianggap bagian daratan Australia), satu yang penting di selat itu diidentifikasi suatu kota/pelabuhan dengan nama yang diberikan Philippopolis (nama raja Portugis?). Kota ini diduga dimana awalnya kampong Moor yang pada era Inggris disebut menjadi Port Moresby. Penggambaran yang kurang akurat juga di arah barat pulau Aru digambarkan terlalu besar (tentu saja saat itu belum terbentuk tanjung Frederik, bagian barat Merauke).
Setelah ekspedisi Abel Tasman, bentuk benua Australia mulai tergambarkan dengan baik tetapi belum sepenuhnya akurat. Pada Peta 1664 pantai timur tidak tergambarkan. Boleh jadi karena tidak adanya pasokan hasil navigasi oleh para pelaut sejauh itu. Yang tergambarkan justru pantai selatan (dan sebagian pulau Tasmania) dan sebagian di pulau-pulau New Zealand yang sekarang. Yang menjadi pertanyaan mengapa wilayah panati timur belum terpetakan? Apakah daerah perompakan telah bergeser dari utara ke timur/tenggara?
Dalam peta Peta 1664 di pantai-pantai Ausralia (minus [pantai timur] sudah diidentifikasi nama-nama sungai. Nama yang digunakan adalah nama-nama Belanda. Ini seakan benua Asutalia, pulau Tasmania dan pulua di Selandia baru seakan telah menjadi milik VOC/Belanda. Sebelum nama Tasman ditabalkan pada pulau Tasmania adalah namanya pulau/tanah Van Diemens (Gubernur Jenderal VOC di Hindia Timur saat itu). Nama New Zealand pada awalnya adan (Nieuw Zeeland) dimana nama Zeeland adalah suatu provinsi di bagian pantai Belanda. Dalam peta 1664 tidak ada nama tempat/kampong atau pemukiman yang ditandai. Teluk yang tidak dikenal pada era Portugis/Spanyol telah digambarkan dengan akurat teluk besar di utara Australia di jalur selat Torres. Namun dalam selat Torres ini tidak digambarkan lagi. Boleh jadi pelaut-pelaut Belanda tidak pernah menelusurinya. Boleh jadi pemukimana Philipopolis telah ditinggalkan (kemungkinan telah menjadi tempat pelarian para perompak).
Dalam Peta 1664 selat antara Papua dan Australia tidak berupa perairan tetapi digambarakan pulau Papua menyatu dengan benua Australia. Peta Australia seabad kemudian tidak banyak berubah. Dalam Peta 1760 gambaraan yang ada pulau Papua dan Australia masih digambarkan sebagai daratan yang menyatu. Ini mengindikasikan bahwa ekspedisi-ekspedisi ke Australia tidak banyak dilakukan setelah sekian puluh tahun ditemukan. Boleh jadi hal itu karena perkembangan politik yang terjadi di Eropa atau tempat-tempat lain.
Fakta yang ada bahwa setelah lama VOC/Belanda menjadi penguasa yang sangat berkuasa di wilayah Hindia Timur (setelah mengusir Portugis dan Spanyol), mulai muncul persaingan antara Inggris dan Belanda di India. Pada tahun 1685 Inggris mendapat celah di Hindia Timur dengan membuka koloni di pantai barat Sumatra di Bengkulu. Koloni Belanda di India (Malabar dan Coromandel dan Ceylon) mulai terusik dan akhirnya terusir. Seperti VOC membangun ibu kota di Batavia, Inggris kemudian membuka ibu kota India di Calcutta dan skuadron ditempatkan di Madras. Inggris terus merangsek ke Hindia Timur dan lalu pada tahun 1713 Inggris membangun benteng (kuat) di Bengkulu. Persaingan antara Belanda dan Inggris di pantai barat Sumatra semakin panas yang kemudian muncul Prancis. Belanda kemudian terusir oleh Inggris dari Singkil, Barus dan Tapanuli. Meski Prancis berada di Air Bangis, Belanda mulai terjepit dari utara dan selatan oleh Inggris. Belanda hanya tersisa di Padang dan Pariaman. Inggris kemudian membangun benteng di Natal. Pada tahun 1772 seorang ahli botani Inggris Charles Miller dikirim ke Tapanuli dan pada tahun yang sama seorang pelaut ulung Inggris James Cook dikirim untuk ekspedisi ke Australia dan Pasifik. Sementara itu, Inggris terus mengalami tekanan di Amerika Serikat dan akhirnya menyerah dimana kemudian Amerika Serikat mengumumkan kemerdekaan pada tanggal 4 Juli 1774. Pada tahun 1775 laporan James Cook dipublikasikan dimana didalamnya Cook merekomendasikan agar Australia dijadikan sebagai koloni baru. Tampaknya direspon pemerintah kerajaan Inggris. Imigran Inggris tahun 1777 mulai muncul di Australia di pantai tenggara di sekitar teluk Sidney. Dengan modal kekuatan di India dimana Gubernur Jenderal berkedudukan di Calcutta, kemudian skuadron Inggris di Madras pada tahun 1779 direlokasi ke Bengkulu. Boleh jadi ini adalah untuk mengamankan koloni baru di Australia dan juga untuk mengusir sisa Belanda di pantai barat Sumatra. Pedagang-pedagang Belanda kemudian terusir habis dari pantai barat Sumatra dan Inggris pada tahun 1781 membentuk pemerintahan di pantai barat Sumatra. Peta 1760
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pelaut-Pelaut dan Peta-Peta Benua Australia: Geomorfologis dari Koloni ke Koloni di Sidney, Perth, Adeleide, Merbourne, Brisbane dan Darwin
Hasil ekspedisi James Cook yang dipublikasikan di Eropa telah memperkaya pengetahuan ahli kartografi di Eropa tentang peta benua Australia dan peta pulau-pulau di Pasifik. Ekspedisi James Cook ini menjadi sangat penting karena telah memperbaiki peta Australia yang selama hampir dua abad gambarannya dalam peta hanya itu ke itu saja. Perbaikan ini telah menyempurnakan peta Australia.
Berbeda dengan di wilayah lain, seperti di nusantara begitu banyak peta yang dibuat dan yang dari waktu ke waktu diupdate sehingga antara satu peta dengan waktu yang berbeda dapat diperbandingkan perubahan geomorfologisnya. Hal serupa ini nyaris tidak didapatkan dalam peta-peta Australia karena peta yang ada selama hamper dua abad tidak banyak yang diubah/berubah. Pada Peta 1575 identifikasi yang dilakukan hanya baru sekadar yang berada di pantai utara Papua dan pulau-pulau di Pasifik. Wilayah di selatan Papua dan wilayah Australia masih kertas kosong alias tidak diketahui. Dengan membandingkan Peta 1597 di atas (dan Peta Dunia 1582/tidak ditampilkan), dimana benua Australia telah ditemukan dan dipetakan namun masih alakadarnya, satu indikasi yang ditemukan bahwa penemuan Australia terjadi antara tahun 1575 dan 1582. Yang menemukan adalah pelaut Spanyol. Ini sehubungan dengan telah dipetakannya pulau-pulau di Pasifik yang merupakan jalur khas pelaut-pelaut Spanyol dari Amerika Selatan ke Nusantara (Maluku dan Filipina) melalui Lautan Teduh/Lautan Pasifik. Sejak kehadiran orang Belanda di Nusantara, seorang Portugis, Fernand de Cuir mendarat tahun 1606 di pantai timur laut Australia (diduga di Kota Cairns yang sekarang).
Oleh karena peta Australia baru menunjukkan akurasinya secara keseluruhan (benua) setelah ekspedisi James Cook 1772 dan setelah ditetapkannya Australia sebagai koloni Inggris, maka perbandingan antara satu peta dengan peta lain pada dekade-dekade berikutnya tidak terlihat perubahannya secara geomorfologis.
Sulitnya membandingkan geomorfologis daratan Australia, lebih-lebih pada era (koloni) Inggris karena berbeda dengan situasi dan kondisi di wilayah tropis seperti nusantara (Hindia Timur) seperti sebaran vegetasi, aktivitas manusia yang intens, aktivitas vukanik dan Panjang sungai-sungai yang ada. Akan tetapi masih ada sejumlah bagian wilayah Australia (secara mikro) yang dapat dibandingkan antara peta-peta terdahulu khususunyan era VOC/Belanda dan kondisi masa kini. Peta 1756
Para pelaut-pelaut Belanda/VOC dapat dikatakan sebagai penemu daratan Australia dalam arti nyata. Kapal van de Eendracht, yang dipimpin oleh Dirk Hartogs mendarat pada bulan Oktober 1616, lalu kemudian kapal Houtmans Abrolhos, mendarat Juli 1619. Ekspedisi ini diduga tidak dilakukan dari pusat perdagangan Belanda di Amboina (sebelum pos perdagangan Belanda/VOC relokasi ke Batavia tahun 1619) tetapi dari (kota) Koepang. Ekspedisi ke Australia pada era VOC dimulai tahun 1622 dengan menggunakan kapal Duynich.
Pelaut-pelaut Belanda pertama yang mencapai benua Australia adalah Dirck Hartogs pada tahun 1616. Namun ekspedisi ini bukan ke pantai utara Australia, tetapi justru ke pantai barat Australia. Mengapa? Boleh jadi karena sudah ada laporan mengenai daratan pantai utara Australia dan pantai timur laut Australia (Fernand de Cuir mendarat tahun 1606). Untuk mencapai pantai barat Australia diduga berangkat dari Koepang. Catatan: Pada tahun 1605 pelaut Belanda yang dipimpin admiral van Hagen menyerang Portugis di Amboina dan mendudukinya (dijadikan pusat Belanda pertama). Pada tahun 1612 pelaut-pelaut Belanda mengusir Portugis dari pulau Solor dan teluk Koepang (orang Portugis melarikan diri ke Timor bagian timur/kini Timor Leste). Sejak itu Belanda berkoloni di Koepang dan Solor. Besar dugaan ekspedisi ke pantai barat Australia dimana nama salah satu pulau diteluk yang dikunjungi diberi nama pulau Dirk Hartogs. Namun harus dicatat bahwa pelaut-pelaut Eropa ekspedisi ke suatu wilayah tidak pernah sendiri, tetapi didampingi oleh pemandu navigasi pelayaran dan pemandu darat (jika dimungkinkan dapat berbahasa setempat). Dalam hal ini baik di pantai utara, pantai timur laut dan kini di pantai barat diduga kuat sudah ada penduduk nusantara berada, paling tidak para pemandu tersebut pernah berlayar ke tempat itu. Dengan kata lain, selain penduduk asli, daratan Australia (paling tidak di tiga wilayah tersebut). Dirk Hartogs dalam ekspedisi 1616 dengan kapal Eendracht. Hal itulah mengapa wiilayah itu kemudian Tanah/Landt Eendracht.
Dengan membandingkan Peta 1756 dengan situasi dan kondisi sekarang, terjadi perubahan geomorfologis di teluk Dirk Hartogs. Dua pulau di luar teluk (termasuk pulau Dirk Hartogs) tidak mengalami perubahan, tetapi di dalam teluk terdapat perluasan semenanjung yang meluas kea rah utara (sejajar pulau Hartogs). Perubahan ini diduga karena adanya proses sedimentasi di dalam teluk, dimana beberapa sungai yang bermuara di teluk membawa massa padat dari pedalaman (lumpur, mungkin aktivitas pertambangan, erosi dan sampah vegetasi).
Ekspedisi kedua Belanda/VOC ke Australia dipimpin oleh Houtmans Abrolhos yang mendarat Juli 1619. Kawasan yang didarati oleh Abrolhos berada tidak jauh di arah (Tanah/Landt) Eendracht (sehingga Kawasan itu disebut Landt Houtmans Abrolhos). Seperti disebut di atas, pelaut Belabda/VOC kembali ekspedisi tahun 1622 dengan menggunakan kapal Duynich. Pimpinan ekspedisi ini adalah van de Leuwin. Kawasan yang didarati adalah lebih selatan lagi (hook). Kawasan ini kemudian disebut Landt van de Leuwin (lihat kembali Peta 1664).
Benua Australia semakin lama semakin dikenal sebagai daratan yang sangat luas. Hal itu boleh jadi Pemerintah VOC yang berpusat di Batavia semakin tertantang untuk mengenal lebih luas benua Australia. Pada tahun 1627 ekspedisi VOC Kembali dilakukan yang dipimpin P Nuijts yang medarat di pantai selatan Australia pada tanggal 16 Januari 1627 (kemudian wilayah pantai selatan Australia bagian barat/separuh dari pantai selatan Australia disebut Landt P Nuijts).
Pada tahun 1628 (pada fase serangan Mataram ke Batavia) kembali dilakukan ekspedisi, tidak ke pantai selatan atau pantai timur, tetapi ke pantai utara bagian barat yang dipimpin oleh GF de Wit (lihat Peta 1616-1627 dan Peta 1664). Kawasan ini kemudian disebut Landt de Wit (wilayah Kota Perth yang sekarang). Pada tahun 1537 kembali dilakukan dipimpin oleh Friderich Outmans Klippe Kryst dengan kapal Durquesne. Peta 1616-1627
Seperti disebut di atas, ekspedisi Belanda/VOC kembali dilakukan pada tahun 1642 yang dipimpin oleh Abel Tasman. Sebelum ekspedisi tersebut, wilayah benua Australia sudah dikunjungi sekitar 2/3 bagian daratan Australia dan pulau-pulau di sekitar seperti pulau Tasmania dan pulau Auckland. Sejauh ini secara dejure sebenarnya benua Australia telah menjadi ‘milik’ Belanda/VOC. Lalu apa artinya ekspedisi Abel Tasman? Sudah barang tentu untuk menyelesaikan secara keseluruhan (secara defacto) ekspedisi di seluruh pantai-pantai di Ausrralia.
Ekspedisi Abel Tasman berakhir pada tahun 1644 dengan penemuannya yang penting yakni pantai selatan Australia bagian timur, pulau Tasmania dan pulau di Selandia Baru. Namun yang tersisa, yang belum ada kunjungan ekspedisi ke pantai timur Australia ( di selatan pantai timur laut). Lebih dari satu abad kemudian tidak/belum ada laporan yang menunjukkan adanya ekspedisi ke pantai timur Australia namun dalam peta-peta VOC diklaim sebagai hak VOC dengan nama Landt van Diemens (GG VOC). Namun sebelum ekspedisi James Cook tahun 1772, ada satu ekspedisi VOC dari Ambon ke tenggara (dengan kapal Hunt de Duijfien) dalam penemuan pulau-pulau hingga ke pantai utara Australia bagian barat di selatan pulau Papua pada tahun 1605 (lihat Peta 1665-1668). Dalam peta-peta yang ada sebelumnya adalah hasil ekspedisi pada era Portugis. Kawasan yang dikunjungi pelaut-pelaut Belanda pada tahun 1605 dimana Belanda menyerang Portugis di Ambon tahun 1605 yang dipimpin oleh Abraham Francken dan Jasper Jansz. de Jonge dalam perjalanan eksplorasi ke Tanah Selatan yang tidak diketahui. Hasil ekspedisi ini disalin kembali Johannes Vingboons (1665–1668). Ujung pelayaran itu mencapai Nova Guinea (Semenanjung Cape York yang sekarang) (lihat Peta 1665-1668).
Wilayah yang didarati dalam eskpedisi yang dipimpin oleh Abel Tasman (1642-1644) adalah pantai selatan Australia bagian timur, pulau Tasmania (yang kemudian merujuk namanya) dan pulau-pulau besar di Selandia Baru (Peta 1760 ). Ini dengan sendirinya pemetaan (benua) Australia dianggap menyeluruh (meski belum secara detail). Sebagaimana disebut di atas, palaut Spanyol dan Portugis yang kali pertama mencapai daratan Australia di pantai timur laut (semenanjung York) yang kemudian pada awal era Belanda Fernand de Cuir mendarat tahun 1606 di suatu teluk. Teluk dimana sungai besar bermuara yang kini diduga berada kota Cairns).
Abel Janszoon Tasman (lahir di Lutjegast, Groningen pada tahun 1603 – meninggal di Batavia, 10 Oktober 1659) adalah penjelajah dan pedagang berkebangsaan Belanda yang terkenal dengan perjalanannya pada 1642 dan 1644 untuk Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Ia adalah orang Eropa pertama yang diketahui mencapai kepulauan Tanah Van Diemen (sekarang Tasmania) dan Selandia Baru serta melihat kepulauan Fiji pada tahun 1643. Ia dan awak kapalnya berhasil memetakan cukup banyak bagian Australia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik yang mereka temui. Abel Tasman menghabiskan sisa hidupnya sebagai tuan tanah di Batavia dan meninggal di sana. (Wikipedia)
Selama era VOC, ekspedisi-ekspedisi yang dilakukan pelaut Belanda (sebelum ekspedisi Inggris James Cook melakukan ekspiedisi tahun 1772), sudah cukup banyak. Semua kelililn pantai benua Australia telah dikavling (diberi nama) Belanda, termasuk pulau Tasmania adan pulau-pulau di New Zealand/Selandia Baru (merujuk pada nama Nieuw Zealandt, dimana Zealand adalah sutau wilayah provinsi di Belanda). Namun sejak James Cook dan selama koloni Inggris hingga masa kini, nama-nama Belanda didominasi nama-nama Inggris. Beberapa nama Belanda yang tetap popular hingga masa ini adalah nama pulau Dirk Hartogs, nama pulau besar (Tasmania) dan nama negara (Selandia Baru).
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar