*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Ada tiga
bentang alam (lanskap) di jantung pedalaman Sulawesi Tengah merupakan satu
kesatuan: Napoe, Besoa dan Bada. To Besoa dan To Bada sangat erat
kekerabatannya. Kedua suku tersebut berbicara dalam bahasa yang hampir sama,
tiara. Hanya etnik Bada yang mempunyai hubungan dengan pihak selatan, namun
sebaliknya masyarakat dari Bada pindah ke Paloe atau Poso untuk kepentingan
perdagangan. Jarak geografis Bada dan Besoa melalui jalan 15 pal. Orang
Eropa/Belanda pertama ke Tanah Bada adalah Alb Ch Kruijt?
Bahasa Bada adalah sebuah bahasa daerah yang digunakan oleh etnis Lore di Sulawesi Tengah. Daerah dengan penutur yang signifikan bahasa ini dituturkan di daerah sebagai berikut: 14 desa di kecamatan Lore Selatan; 2 desa campuran di kecamatan Pamona Selatan; 4 desa campuran di kecamatan Poso Pesisir, desa Lemusa di kecamatan Parigi Selatan; kecamatan Ampibabo, desa Ako di kecamatan Pasangkayu, kabupaten Mamuju Utara. Pemudaran kosakata asli: anggota dari kelompok etnis di Sulawesi Selatan, seperti di hulu Sungai Budong-Budong di kecamatan Budong-Budong, kabupaten Mamuju, tidak lagi berbicara bahasa ini. Salah satu pembicara berbicara beberapa kosakata bahasa ini dengan pengaruh dari bahasa lain. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Bada di Tanah Bada di jantung pedalaman Sulawesi Tengah? Seperti disebut di atas, etnik Bada berkerabat dengan etnik Besoa. Etnik Besoa dan etnik Bada menurut Alb Ch Kruijt. Lalu bagaimana sejarah bahasa Bada di Tanah Bada di jantung edalaman Sulawesi Tengah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.