*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku
Tengger atau lazim disebut Jawa Tengger atau juga disebut orang Tengger atau
wong Brama adalah suku yang mendiami dataran tinggi sekitaran kawasan
pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur. Penduduk suku Tengger menempati
sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo,
dan Kabupaten Malang.
Bahasa Jawa Tengger adalah bahasa Jawa dituturkan oleh orang Jawa Tengger di wilayah Pegunungan Tengger. Dalam lokal, bahasa Tengger dikenali sebagai Cārabasa Tengger atau Piwākyan Tengger. Kata cārabasa mungkin merupakan sebuah kata lakuran dari Jawa Kuno uccāraṇa + bhāṣa (Sanskerta), yang berarti "pengungkapan kata", istilah piwākyan yang berakar dari wākya (Jawa Kuno) memiliki arti "pengungkapan suara". Sedangkan, istilah Tengger itu sendiri merujuk kepada etnonim penghuni asli atau pribumi Pegunungan Tengger dan sekitarnya. Secara linguistik, Bahasa Tengger digolongkan dialek bahasa Jawa bahasa Melayu-Polinesia. Beberapa ahli bahasa juga menganggap bahwa bahasa Tengger merupakan turunan dari bahasa Kawi, karena memiliki beberapa kosakata kuno. Secara genealogi, bahasa Tengger merupakan sebuah rumpun bahasa Jawa ragam Jawa Timur dan mempunyai keterkaitan dengan rumpun bahasa Jawa Timuran lainya utamanya Dialek Arekan (Malang - Surabaya - Gresik) dan Osing. Sebagai bahasa yang dituturkan di pulau Jawa (terutama di wilayah timur), bahasa Tengger secara historis juga kerap didokumentasikan menggunakan aksara Jawa (dalam bentuk Kawi) sama seperti rumpun bahasa Jawa lainnya. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Tengger dan bahasa Kawi di pedalaman pulau Jawa di pegunungan Tengger? Seperti disebut di atas, pada masa ini ada yang menganggap bahasa Jawa sebagai bahasa Jawa di era bahasa Kawi. Bagaimana dengan bahasa-hahasa punah. Lalu bagaimana sejarah bahasa Tengger dan bahasa Kawi di pedalaman pulau Jawa di pegunungan Tengger? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.