Stasion di Buitenzorg, 1881 (tampak luar)
|
*Untuk melihat Sejarah Kereta Api di Depok dalam blog ini Klik Disini
Stasiun Beos (Stasiun Kota) di Batavia (Jakarta) dibangun pada tahun 1870. Pada tahun 1880 rel kereta api Jakarta–Buitenzorg (Bogor) dibangun sepanjang 59 Km. Stasiun Bogor yang terletak di Kota Bogor dibangun pada tahun 1881. Berdasarkan peta tahun 1883-1885, diantara dua stasiun besar itu terdapat halte (pemberhentian kereta) di Depok, Citayam, dan Pondok Cina. Ini berarti halte-halte ini sudah ada sejak pembangunan rel Jakarta-Bogor dibangun. . Pengoperasian kereta api jalur Jakarta-Bogor sendiri waktu itu masih dilakukan oleh swasta.
Stasion Manggarai 1918
|
Rel warna hitam dikelola swasta |
Pasar
Minggu- Citayam
Auto atau mobil tahun 1900 |
Rute perjalanan ini adalah rute yang
sudah ada pada tahun 1900. Anggap anda kini sedang melakukan perjalanan kilas
balik antara Pasar Minggu ke Citayam. Kemudian , bayangkan auto atau mobil yang
anda kendarai adalah seperti gambar ini (mobil pertama yang hadir di Indonesia
tempo doeloe). Perjalanan dimulai dari Pasar Minggoe.
Peta Pasar Minggu Tempo Doeloe, 1900 |
Di Pasar Minggu, posisi jalan raya
menuju Citayam berada di sebelah barat stasion Pasar Minggu (parallel). Ini
artinya anda kini sedang berada di sisi kanan stasion. Tidak jauh dari stasion
ada prapatan: belok kiri ke perkampungan, belok kanan menuju Ragunan. Lurus
berarti menuju ke Citayam. Selanjutnya tidak jauh dari prapatan tadi jalan raya
memotong rel ke kiri lalu melewati perkampungan (jalan yang sekarang ada SMP,
dulu jalur pintas sisi rel belum ada).
Peta Tanjung Barat Tempo Doeloe, 1900 |
Kemudian perjalanan akan ketemu pertigaan
(simpang jalan ke kiri menuju Poltangan). Selanjutnya jalan melewati
perkampungan (yang sekarang ada SPBU, jalan sepanjang rel dan lintasan kereta belum
ada). Jalan ini selanjutnya akan ketemu
kembali jalan dari Pol Tangan (Jalan Poltangan memutar ke dalam kampong). Setelah
pertemuan jalan ini, kemudian jalan mengarah ke sisi rel, lalu memotong rel
(Posisi sekarang berada di bawah Flyover Tanjung Barat).
Posisi jalan raya sekarang di sebelah
kanan rel. Jalan ini kemudian lurus dan melewati perkampungan di Kebagusan.
Pada masa sekarang jalan ini terlihat melawan arus, dan jalan di sisi rel (jalan
pintas) belum ada. Artinya anda sekarang sedang melewati SPBU dan Kantor PDIP
dengan melawan arus. Selanjutnya akan ketemu pertigaan (belok kanan ada jalan
menuju jalan Joe).
Peta Srengseng Sawah Tempo Doeloe, 1900 |
Pada saat anda sudah di depan ISIP (Sekolah
Tinggi Jurnalistik) sekarang lantas kemudian jalan memotong rel lagi lalu menuju halte Lenteng Agoeng (perlintasan ini masih ada
sekarang). Ini berarti jalan sisi barat stasion Lenteng Agung belum ada. Justru
yang ada, diujung selatan stasion Lenteng Agung ada pertigaan belok ke kanan memotong
rel yang menuju ke Srengseng.
Selanjutnya setelah halte Lenteng Agung jalan
mengarah ke perkampungan (sekarang tangsi tentara). Jalan pintas sisi rel
stasion Pancasila belum ada). Pada pertemuan jalan lama dan jalan lintas yang
sekarang, kemudian jalan memotong rel ke kanan (lampu lintasan kereta yang
sekarang) menuju ke arah kanan (perkampungan) dan jalan sisi rel di kanan belum
ada. Di perkampungan ini terdapat pertigaan (belok ke kanan menuju Srengseng),
Setelah perkampungan ini jalan melewati sisi kanan rel di bawah lalu naik ke
atas melewati kuburan sampai akhirnya ketemu halte UI yang sekarang.
Peta Pondok Cina Tempo Doeloe, 1900 |
Selanjutnya setelah halte UI ini jalan akan
memotong rel lagi ke kiri rel (persis dibawah flyover UI yang sekarang). Pada posisi
bawah flyover sekarang, dulu belum ada jalan/jembatan menuju ke Kelapa Dua. Kemudian
jalan mengikuti jalan Margonda yang sekarang. Pada pertigaan pertama (belok ke kanan
ada jalan menuju halte stasion Pondok Tjina) selanjutnya pada pertigaan kedua (belok
kiri ada jalan (jalan Karet/samping Gramedia yang sekarang) menuju ke Rumah Pondok Cina.
Pada pertigaan selanjutnya akan ketemu simpang jalan yang belok ke kiri (jalan STM yang
sekarang). Jalan Arif Rahman Hakim kala itu belum ada. Kemudian pada pertigaan
berikutnya ketemu simpang belok ke kiri ke arah perkampungan/kuburan (seberang
BNI sekarang). Pada pertigaan berikutnya belok ke kiri (menuju jalan Silawangi
sekarang). Selanjutnya ketemu pertigaan lagi belok ke kiri (samping optic) dan kemudian ada pertigaan
lagi belok ke kanan (jalan yang menuju ke arah Dewi Sartika—jalan ini memotong
rel).
Peta Depok (lama) Tempo Doeloe, 1900 |
Peta Citayam Tempo Doeloe, 1900 |
lebih bagus lagi kalau informasi lintang bujur peta tetap ada, sehingga bisa disangingkan dengan peta saat ini dengan lintang bujur yang sama. tks
BalasHapusSebenarnya dalam peta lengkapnya ada informasi lintang/bujur (tetapi tidak ditampilkan). Hal itu karena fokusnya pada area-area khusus secara sempit (area kecil). Untuk menunjukkan posisi rel dapat ditunjukkan dengan dibandingkan dengan posisi (bentuk dan arah) jalan dan sungai (plus danau) yang dapat dicocokkan dengan peta satelit masa kini (googlemap). Demikian.
HapusHalo, apakah saya bisa dapat informasi mengenai peta lengkapnya dari sumber mana ya
BalasHapus