*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
BJ Habibie adalah seorang pendidik. Ayahnya, A Habibie juga seorang pendidik. Like father, like son. BJ Habibie adalah seorang terdidik, yang pertama mendidiknya adalah ayahnya, A Habibie. Karena pendidikan yang baiklah, BJ Habibie berhasil hingga ke perguruan tinggi dan meraih gelar doktor (Ph.D). Tidak itu, saja BJ Habibie pernah menjadi Presiden Republik Indonesia. Kini, BJ Habibie tinggal di Kuningan: Wisma Habibie dan Ainun.
BJ Habibie adalah seorang pendidik. Ayahnya, A Habibie juga seorang pendidik. Like father, like son. BJ Habibie adalah seorang terdidik, yang pertama mendidiknya adalah ayahnya, A Habibie. Karena pendidikan yang baiklah, BJ Habibie berhasil hingga ke perguruan tinggi dan meraih gelar doktor (Ph.D). Tidak itu, saja BJ Habibie pernah menjadi Presiden Republik Indonesia. Kini, BJ Habibie tinggal di Kuningan: Wisma Habibie dan Ainun.
Rumah BJ Habibie dan Kali Tjideng (Peta 1897) |
Bukti kedekatan BJ
Habibie dengan pendidikan, di rumahnya di kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan
Setiabudi terdapat The Habibie and Ainun Library. Nama Setiabudi dalam hal ini
juga dapat dihubungkan dengan seorang pendidik Dr. EFE Douwes Dekker alias Dr.
Setiabudi, seorang pejuang kemerdekaan pendiri lembaga pendidikan Ksatrian
Instituut. Lantas bagaimana itu semua terhubung? Pertanyaan ini semua barasal
dari sejarah pelajar pribumi berangkat studi ke Eropa. Mari kta lacak
sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar
sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung
(pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis)
dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Keluarga Habibie:
Untold story
Keluarga
Habibie bermula di Gorontalo. Itu setelah A Habibie lulus HIS di Gorontalo
melanjutkan studi MULO ke Tondano. A Habibie lulus (afdeeling) MULO di AMS Tondano pada bulan Mei 1925 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 25-05-1925). A
Habibie yang nama lengkapnya Alwi Abdoel Djalil Habibie, kelak dikenal sebagai
ayah dari Presiden Indonesia ke-3 BJ Habibie. Keluarga Habibie diduga kuat
berasal dari Atjeh.
Het nieuws van den dag voor NI, 07-12-1905 |
Pada tahun 1905 Kapitein Boreel antara tanggal 11 hingga 27 November di
Boven Teunom (kini di kabupaten Aceh Jaya) menangkap lima musuh dan seorang
wanita serta barang rampasan. Di sekitar Seuneuam Habibie di Meulaboh didapat
sebanyak 22 senjata achterlader
dan menangkap pimpinan T Moeda Mat Said dan empat pengikutnya serta empat buah
senjata voorlader (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-12-1905).
Saat itu adalah perang Atjeh (kedua). Singkat kata: pemimpin dan pengikut
perlawanan inilah yang dibuang ke Gorontalo. Besar dugaan, Teuku Moeda Mat Said
dari Seuneuam Habibie adalah kakek dari BJ Habibie. Meski ini masih bersifat
dugaan, tetapi bukti-bukti mengarah ke situ.
Setelah
lulus MULO (setingkat SMP sekarang), A Habibie melanjutkan studi ke Buitenzorg
(kini Bogor) di Middelbare
Landbouwschool. Pada tahun pertamanya, A Habibie cukup sukses dan berhasil
lulus ujian naik ke kelas dua (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 23-05-1926).
Sekolah pertanian ini lamanya tiga tahun. Siswa yang diterima dari semua
kalangan Eropa/Belanda, Tionghoa, Arab dan pribumi. Pada tahun 1927 A Habibie
naik ke kelas tiga (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 23-05-1927). Pada tahun 1928 dinyatakan
lulus di Middelbare Landbouwschool yang mana namanya dicatat sebagai AA Habibie
(lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 19-05-1928).
Pada tahun 1912 Landbouwschool
di Buitenzorg ditingkatkan kurikulumnya dan mengubah namanya menjadi Middelbare
Landbouwschool. Lulusan pertama Middelbare Landbouwschool pada tahun 1914 adalah
Abdul Azis Nasution. Kelak diketahui pada tahun 1931 Abdul Azis Nasution gelar
Soetan Kenaikan mendirikan sekolah pertanian di Loeboeksikaping, Pasaman.
Lulusan terkenal lainnya dari Middelbare Landbouwschool.ini adalah Djohan
Nasution (lulus 1922). Djohan Nasution adalah ayah dari Prof. Dr. Ir. Lutfi Ibrahim
Nasution (ahli tanah guru besar IPB dan pernah menjadi ketua BPN RI 2001-2005).
Di Buitenzorg juga
terdapat sekolah kedokteran hewan (Veartsenschool). Sekolah kedokteran ini
dibuka tahun 1907. Lulusan pertama angkatan 1907 adalah Sorip Tagor (lulus
tahun 1911). Sorip Tagor kemudian diangkat menjadi asisten dosen di
Veeartsenschool. Pada tahun 1914 Sorip Tagor melanjutkan studi kedokteran ke
Belanda dan lulus tahun 1920. Dr. Sorip Tagor adalah dokter hewan pertama
pribumi berlisensi Eropa. Dr. Sorip Tagor Harahap, kelahiran Padang Sidempoean yang
beristrikan gadis cantik dari Meulaboh, kelak dikenal sebagai ompung (kakek)
dari Inez Tagor, Risty Tagor dan Deasy Astriani Tagor (istri Setya Novanto).
Lulusan Veartsenschool terkenal lainnya adalah Anwar Nasution (lulus 1930). Dr.
Anwar Nasution adalah ayah dari Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasution (ahli
statistik guru besar IPB pernah menjadi Rektor IPB 1978-1987).
.
Setelah lulus dari Middelbare
Landbouwschool di Buitenzorg pada tahun 1928, A Habibie diangkat sebagai konsultan
pertanian dan tinggal di Buitenzorg. Saudara A Habibie juga ada yang tinggal di
Malang sebagai pegawai pemerintah. Saudara A Habibie lainnya kuliah di
Veartsenschool di Buitebnzorg yang baru naik ke tingka dua (lihat Het nieuws
van den dag voor Nederlandsch-Indie,
23-05-1930)..
Pada tahun 1931 keluarga Habibie melakukan perjalanan ke
Medan. Dalam manifest kapal Of Ten Noort, nama Habibie dicatat dengan istri dan
empat anggota keluarga dari Batavia menuju Medan (lihat De Sumatra post, 28-01-1931).
Besar dugaan keluarga Habibie ini diduga kuat akan melanjutkan perjalanan ke Meulaboh
di bagian barat daya Atjeh (tidak terlalu jauh dari Medan). Boleh jadi ini
kesempatan T Moeda Mat Said, ayah A Habibie untuk kali pertama pulang kampong
setelah diinternir militer Belanda ke Celebes pasca Perang Atjeh (1905).
A Habibie di Buitenzorg tampaknya menyukai
olahraga tennis. Dalam suatu kompetisi kota A Habibie termasuk yang
berpartisipasi (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 04-04-1931). Namun tidak lama
kemudian A Habibie diketahui mengajar di sekolah HIS Simpang Tiga (Soerabaja).
Besar dugaan A Habibie menikah di Soerabaja. Berdasarkan
informasi dari sumber lain, istri A Habibie adalah Toeti Saptorini anak dari
Poespowardjo, sekolah dii HBS. Siswa yang tercatat di HBS Soerabaha ada yang
bernama Toeti (lihat De Indische courant,
24-04-1931). Nama Poespowardjo tahun ini tercatat sebagai anggota dewa kota
(gemeenteraad) di Madioen (lihat Soerabaijasch handelsblad, 06-02-1931). Jika
informasi ini tepat, istri A Habibie adalah seorang perempuan terpelajar dan
anak seorang pejabat.
Pada saat itu guru HIS sangat dibutuhkan dalam jumlah
banyak. Besar dugaan karena lowongan ini terbuka, A Habibie menjadin guru HIS
di Simpang Tiga. Sekolah HIS dimulai tahun 1914 untuk menggantikan sekolah ELS
(sekolah dasar Eropa) bagi anak pribumi. Pada tahun 1929 dibentuk badan/komisi
sekolah HIS di Batavia. Satu orang pribumi yang menjadi anggotanya adalah
Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia yang saat itu merangkap sebagai
anggota Volksraad. Soetan Goenoeng Meolia setelah lulus sarjana pendidikan di
Belanda, tahun 1920 diangkat sebagai kepala sekolah HIS yang baru di Kotanopan.
Dalam perkembangannya Soetan Goenoeng Moelia diangkat menjadi anggota Volksraad
dari golongan pendidikan yang juga merangkap sebagai direktur sekolah guru Normaal
School di Meester Cornelis (kini Jatinegara). Pada tahun 1930 Soetan Goeneong
Moelia kembali studi ke Belanda untuk melanjutkan studi doktoral/ Soetan
Goenoeng Moelia berhasil meraih gelar doktor (Ph.D) pada tahun 1933. Soetan
Goenoeng Moelia adalah pribumi pertama bergelar Ph.D di bidang pendidikan.
Kelak, Soetan Goenoeng Meolia diangkat Presiden Soekarno sebagai Menteri
Pendidikan yang kedua (menggantikan Ki Hadjar Dewantara). Soetan Goenoeng
Moelia adalah saudara sepupu dari Perdana Menteri Amir Sjarifoeddin Harahap.
Di Perbaoengan, bakat lain dari A Habibie
muncul sebagai pemain sepakbola handal. Pada pembentukan klub sepakbola
Perbaoengan (Perbaoengan Sport Vereeniging), A Habibie menjadi pengurus sebagai
manajer infrastruktur dan perlengkapan (lihat De Sumatra post, 25-07-1932).
Berdasarkan informasi sumber lain, A Habibie yang nama
lengkapnya Alwi Abdul Jalil Habibie lahir di Gorontalo tanggal 17 Agustus 1908.
Pada saat pengurus sepakbola di Perbaoengan ini, A Habibie berumur 24 tahun.
Pada tahun yang sama (1932) di Medan didirikan klub Sahata yang dipimpin oleh
Abdul Hakim Harahap dan Dr. Djabangoen Harahap.
De Sumatra post, 25-07-1932 |
Setelah cukup lama di Perbaoengan Sumatra
Timur, A Habibie dipindahkan ke sekolah HIS di Pare-Pare, Celebes. Pada saat
itu pegawai pemerintah (terutama guru dan dokter) kerap dimutasi untuk
mengikuti perkembangan situasi dan kondisi daerah di berbagai wilayah di Hindia
Belanda.
De Sumatra post, 20-07-1939 |
Namun tidak lama kemudian A Habibie
dipindahkan kembali. A Habibie dipindahkan ke Simpang Tiga (Soerabaja). Di duga
perpindahan ini terjadi setelah tahun 1936. Ini berarti A Habibie kembali ke
sekolah lamanya di Simpang, Soerabaja. Pada tahun 1939 A Habibie dipindahkan
kembali dari Simpang Tiga, Soerabaj ke Gorontalo, Celebes (lihat De Sumatra
post, 20-07-1939). Bersamaan dengan beslit mutasi A Habibie ini, ES Siagian di
Medan diangkat sebagai guru HIS pemerintah di Tapaktoean. Tampaknya ES Siagian
akan mengikuti jejak A Habibie. ES Siagian kebetulan langsung ditempatkan di
kampong halaman A Habibie di Atjeh barat daya (Tapaktoean).
A Habibie tampaknya tidak lama sebagai guru HIS di tempat
kelahirannya di Gorontalo. Namun boleh jadi A Habibie tetap mengajar di
Gorontalo tetapi (keluarga) bertempat tinggal di Pare-Pare. Hal ini karena
istri A Habibie diberitakan mengajar sebagai guru PAUD (Frobelschool) di
Pare-Pare (lihat De Indische courant, 27-11-1941).
Setelah pendudukan Jepang (1942) tidak
diketahui kabar berita keluarga Habibie. Hal serupa juga terjadi pada
keluarga-keluarga lainnya. Pendudukan militer Jepang berakhir tahun 1945 dan
menyusul proklamasi kemerdekaan Indonesia. Namun tidak lama kemudia, ketika
militer sekutu/Inggris melakukan pelucutan senjata militer Jepang dan
pembebasan interniran Eropa/Belanda, kerajaan Belanda membentuk pemerintahan
Belanda/NICA. Pada masa perang kemerdekaan (melawan Belanda) ini berita tentang
keluarga Habibie mulai terdeteksi.
Pada era perang kemerdekaan ini, di sejumlah wilayah oleh
Belanda/NICA membentuk negara federal (negara boneka). Selain di Batavia, di
Sumatra Timur dan Preanger (Bandoeng) juga dibentuk negara federal. Di Groote
Indonesia (Indonesia) juga dibentuk negara federal Indonesia Timur yang berkedudukan
di Makassar.
Dalam pembentukan negara federal Indonesia Timur, A
Habibie diangkat sebagai Konsultan Pertanian di Makassar.Nama A Habibie
(dicatat AA Habibie) menjadi penting karena saat pembentukan Dewan Beras
Internasional di Bangkok, sebuah unit dari Organisasi Pertanian Pangan (FAO) PBB,
AA Habibie termasuk salah satu anggota delegasi Indonesia (Belanda/NICA) ke
Bangkok (lihat Het dagblad : uitgave van
de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 22-02-1949).
Pada saat pengakuan Indonesia oleh Belanda (25
Desember 1949) dengan membentuk negara federal (RIS) keluarga Habibie masih
berada di Makassar. Ini terindikasi dari berita pengangkatan AA Habibie sebagai
kepala Dinas Pertanian Indonesia Timur di Makassar. Namun tidak lama kemudian,
pada tahun 1950 AA Habibie meninggal dunia. BJ Habibie dan saudaranya
kehilangan ayah yang pintar dan baik.
Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 10-01-1950: ‘Dengan keputusan Menteri Urusan Ekonomi
Indonesia Timur (Minister van Economische Zaken van Oost Inonesie), AA Habibie ditunjuk
sebagai: kepala Dinas Pertanian Negara Indonesia Timur (hoofd van de Negaradienst
voor de Landbouw van Oost Indonesie terhitung mulai 15 November 1949.
Berdasarkan informasi sumber lain AA Habibie meninggal
dunia di Makassar tanggal 3 September 1950. Ini setelah pengangkatan AA Habibie
sebagai kepala Dinas Pertanian Indonesia Timur dan dibubarkannya RIS secara
resmi pada tanggal 18 Agustus 1950. AA Habibie meninggalkan seorang istri dan
delapan orang anak. BJ Habibie adalah anak yang keempat.
Setelah meninggalnya sang ayah, keluarga BJ Habibie
diduga pindah langsung ke Bandoeng. Ini terindikasi adanya kabar berita
keluarga BJ Habibie bahwa AK Habibie (Winny) menikah di Bandoeng dengan Mr.
Soegondo (lihat Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 18-08-1952). Alwini Karsoem alias Winny
adalah kakak perempuan dari BJ Habibie alias Rudy. Sementara BJ Habibie di Bandoeng,
setelah lulus sekolah menengah, pada tahun 1954 diterima di Fakultas Teknik di Bandoeng
(bagian dari Universitas Indonesia)
Di berbagai Fakultas di Universitas Indonesia sejak 1950
sudah dibentuk organisasi mahasiswa. Pada tahun 1952 organisasi mahasiswa di
tingkat universitas di Djakarta dibentuk dengan nama Dewan Mahasiswa
(studentenraad) Universitas Indonesia Djakarta (De nieuwsgier, 22-12-1952).
Disebutkan dalam berita ini Presiden terpilih adalah Widjojo [Nitisastri] dari Fakultas Ekonomi. Dewan Mahasiswa
pimpinan Widjojo Nitisastro ini hanya mencakup empat fakultas Universitas
Indonesia di Djakarta. Periode kepengurusan Dewan Mahasiswa di Universitas
Indonesia berlangsung selama dua tahun. Di Bandoeng juga dibentuk Dewan
Mahasiswa Universitas Indonesia yang mencakup dua fakultas yakni Fakultas
Teknik dan Fakultas Matematika dan Ilmu Alam. Presiden Dewan Mahasiswa
Universitas Indonesia di Bandoeng (kelak menjadi ITB) adalah Januar Hakim
Harahap (lihat De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 03-06-1954). Januar
Hakim Harahap adalah anak Abdul Hakim Harahap (mantan Gubernur Sumatra Utara).
Belum lama kuliah di Fakultas Teknik di
Bandoeng. ketika mendapat beasiswa untuk studi ke Jerman, BJ Habibie melepaskan
studinya di Bandoeng dan berangkat ke Jerman pada tahun 1955. Tampaknya BJ
Habibie antusias studi ke Jerman, tetapi tampaknya berat bagi BJ Habibie untuk
meninggalkan Bandoeng karena seorang gadis pujaan hati.
Algemeen In. dagblad: de Preangerbode, 06-01-1955 |
Berdasarkan
informasi dari sumber lain, BJ Habibie diterima di sekolah tinggi teknik Technische
Hochschule di Jerman. Technische Hochschule adalah perguruan tinggi di Aken
(Jerman: Aachen), mulai dibuka pada tahun 1879 (lihat Algemeen Handelsblad, 16-08-1879).
Boleh jadi BJ Habibie adalah orang Indonesia pertama kuliah di kampus ini.
Pelajar-pelajar Indonesia setelah pengakuan
kedaulatan Indonesia oleh Belanda (1949) tidak lagi berorientasi hanya ke
Belanda tetapi sudah ada yang ke Jerman dan Amerika Serikat. Arifin M. Siregar
memulai tingkat sarjana di Economische Hoogeschool Rotterdam tahun 1953 (lihat
Het Parool, 18-06-1954) dan kemudian melanjutkan tingkat doktoral (Ph.D) di
Universität Münster, West Germany dan lulus tahun 1960. Sebelumnya di Rotterdam
sudah ada Lauw Chuan Tho, masuk 1949, mendapat gelar sarjana 1955 dan pada
tahun 1959 lulus kandidat Ph.D (lihat Algemeen Handelsblad, 16-01-1959). Lauw
Chuan Tho kelak dikenal dengan nama Dr. Junus Jahja. Lalu kemudian menyusul
Kwik Kian Gie tahun 1956 dan berhasil lulus tingkat persiapan tahun 1957 (lihat
Het vrije volk : democratisch-socialistisch dagblad, 28-09-1957). Kwik Kian Gie
adalah ketua Perhimpunan (Mahasiswa) Indonesia di Belanda (lihat Trouw, 14-10-1963). Kwik Kian Gie adalah
seorang Soekarnois. Sebelum pengakuan kedaulatan Indonesia (di masa peran
kemerdekaan Indonesia) tidak ada mahasiswa Indonesia ke Belanda, tetapi yang
masih kuliah tetap bisa melanjutkan hingga lulus tetapi tidak bisa pulang. Mereka
yang tertahan lama ini, kloter terakhir yang pulang pada tahun 1951 dipimpin
oleh FKN Harahap (pecatur handal dan pernah menjadi ketua Perhimpunan Indonesia
pada tahun 1945/1946).
Widjojo Nitisastro yang lulus sarjana dari Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia tahun 1955, pada tahun 1957 Widjojo Nitisastro adalah satu dari enam dosen muda FEUI yang berangkat studi ke Amerika Serikat (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 30-08-1957). Dalam rombongan lain tiga orang dari Medan melanjutkan studi ke Amerika salah satu diantaranya perempuan yakni Nurhasmi Hasibuan (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 20-09-1957). Nurhasmi Hasibuan adalah satu-satunya perempuan dalam rombongan Indonesia ke Amerika ini. Ini mengingatkan kita tentang Dr. Ida Loemongga Nasution, Ph.D. Studi ini dibiayai oleh Ford Foundation, setelah setahun sebelumnya Sumitro Djojohadikesoemo yang diutus pemerinh ke Amerika Serikat yang disana sempat memberikan kuliah umum di Universitas California di Berkeley. Drs. Widjojo Nitisastro lalu melanjutkan ke tingkat doktoral dan berhasil meraih gelar doktor (Ph.D) di University of California at Berkeley tahun 1961.
BJ
Habibie berhasil meraih sarjana teknik (insinyur) di Technische Hochschule pada
tahun 1960. Pada tahun yang sama (1960) Arifin M Siregar meraih gelah doktor
(Ph.D) pada bidang ekonomi di Universität Munster, West Germany. Setahun
kemudian pada tahun 1961 menyusul Widjojo Nitisastro berhasil meraih gelar
doktor (Ph.D) pada bidang ekonomi di University of California at Berkeley.
Keberhasilan Arifin
M Siregar dan Widjojo Nitisastro melengkapi doktor-doktor Indonesia di berbagai
bidang. Terakhir pelajar-pelajar Indonesia meraih gelar Ph.D di Belanda pada
era pendudukan Jepang. Mereka itu adalah Masdoelhak Hamonangan Nasution (hukum
di Utrecht, 1943) dan Soemitro Djojohadikoesoemo (ekonomi di Rotterdam, 1943).
Seperti disebutkan di atas, Soetan Goenoeng Moelia tahun 1933 adalah orang
pribumi (Indonesia) ke-26 yang meraih gelar Ph.D di Belanda. Ke-26 doktor tersebut
adalah: (1) Husein Djajdiningrat (sastra, 1913); (2) Dr. Sarwono (medis, 1919); (3) Mr.
Gondokoesoemo (hukum 1922); (4) RM Koesoema Atmadja (hukum 1922); (5) Dr.
Sardjito (medis, 1923); (5) Dr. Mohamad Sjaaf (medis, 1923); (7) R Soegondo
(hukum 1923); (8) JA Latumeten (medis, 1924); (9) Alinoedin Siregar gelar Radja Enda Boemi (hukum, 1925); (10) R. Soesilo (medis, 1925); (11) HJD Apituley
(medis, 1925); (12) Soebroto (hukum, 1925); (13) Samsi Sastrawidagda (ekonomi,
1925); (14) Poerbatjaraka (sastra, 1926); (15) Achmad Mochtar (medis, 1927); (16) Soepomo (hukum, 1927); (17) AB
Andu (medis, 1928); (18) T Mansoer (medis, 1928); (19) RM Saleh Mangoendihardjo
(medis, 1928); (20) MH Soeleiman (medis, 1929); (21) M. Antariksa (medis,
1930); (22) Sjoeib Proehoeman
(medis, 1930); (23) Aminoedin Pohan
(medis, 1931); (24) Seno Sastroamidjojo (medis, 1930); (25) Ida Loemongga Nasution (medis, 1931);
(26) Todoeng Harahap gelar Soetan
Goenoeng Moelia (sastra dan filsafat, 1933). Dari ke-26 doktor ini, jumlah
doktor terbanyak berasal dari (pulau) Djawa, yang kedua dari Residentie
Tapanoeli. Cetak tebal adalah doktor-doktor asal Afdeeling (kabupaten) Padang
Sidempoean, Residentie Tapanoeli.
Setelah
lulus, BJ Habibie pulang ke tanah air. BJ Habibie dan Hasri (Nuraini) Ainun
Besari menikah di Bandoeng pada tanggal 12 Mei 1962. Pujaan hati berhasil
dinikahi. Tidak pertama BJ Habibie mengeluarkan uang untuk memasang iklan di
surat kabar pada tahun 1955. Boleh jadi Nuraini alias Ainun berbisik di dalam
hati: ‘Habibie. Datanglah lekas pada saja atau berikan alasanmu, saja akan
sambut dengan sangat riang GEMBIRA. Nuraini’.
Tidak banyak
pribuni, orang Indonesia yang mengambil bidang teknik di Eropa. Pribumi pertama
yang mengambil bidang teknik adalah Raden Kartono di Delft tahun 1896, Raden
Kartono gagal di tahun kedua. Baru pada tahun 1915 Raden Soerachman berhasil di
Delft dengan meraih gelar insinuyur teknik kimia. Setelah itu menyusul dua
pribumi ke Delft, namun lagi-lagi gagal meraih insinur. Baru pada tahun 1938
kembali pribumi masuk di Delft yakni AFP Siregar gelar Mangaradja Onggang
Parlindoengan dan berhasil meraih gelar insinyur teknik kimia pada tahun 1943.
Ini berarti hingga pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda hanya dua orang
Indonesia berhasil di fakultas teknik di Eropa hingga menyusul BJ Habibie. Pada
tahun 1951, Ir. Mangaradja Onggang Parlindoengan diangkat Presiden Soekarno
untuk menggantikan orang Belanda menjadi direktur di Perusahaan Sendjata dan
Mesiu (PSM) di Bandoeng. PSM kelak menjadi cikal bakal PT Pindad. Ir.
Soerachman pernah diangkat Presiden Soekarno menjadi menteri. Terakhir Ir.
Soerachman adalah Presiden (rektor) Universitas Indonesia yang pertama (1950).
Ir. Soerachman adalah besan dari Mr. Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D.
Setelah
menikah, BJ Habibie beserta istri Hasri Ainun Besari berangkat ke Jerman.
Sambil bekerja, BJ Habibie melanjutkan studi doktoral di Technische Hochschule,
Aachen. BJ Habibie akhirnya berhasil mendapatkan gelar doktor (Ph.D) pada tahun
1965, Baru pada tahun 1973 BJ Habibie kembali ke tanah air untuk mengabdi pada
negara sebagai Kepala BPPT. Dua tahun sebelumnya tahun 1971 Arifin M Siregar,
Ph.D sudah kembali ke tanah air untuk menjabat sebagai Direktur Bank Indonesia.
Hasri Ainun Besari
adalah anak dari Mohamad Besari. Hasri Ainun Besari adalah anak keempat dari
delapan bersaudara (sama seperti BJ Habibie, anak keempat dari delapan
bersaudara. Hasri Ainun Besari adalah seorang dokter lulusan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1961.
Jalan Patra Kuninga XIII (Peta 1985) |
Setelah dua tahun di
Indonesia, pada tahun 1975 BJ Habibie dan keluarga menempati sebuah rumah di
Kuningan. Rumah tersebut terus ditempati oleh keluarga BJ Habibie hingga ini
hari. Rumah ini berada di jalan Patra Kuningan XIII, Kelurahan Kuningan Timur,
Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Jalan Patra Kuningan XIII menghadap ke
selatan; di sebelah utara adalah jalan Patra Kuningan XIV; di sebelah barat
adalah jalan Taman Patra Kuningan; dan di sebelah timur adalah kali Cideng.
Pada
masa ini, jalan Patra Kuningan-13 dan jalan Patra Kuningan-14 hingan batas kali
Cideng di kecamatan Setiabudi sangatlah penting karena di antara dua jalan dan sungai
ini terdapat rumah BJ Habibie. Sungai Cideng ini adalah batas kecamatan
Seteiabudi dan kecamatan Tebet di sisi (sebelah) timur kali.
Titik imajiner Jalan Patra Kuningan (Peta 1866) |
Pada
Peta 1866 area di sekitar titik belok sungai Tjideng ini belum ada kampong.
Kampong terdekat dari area ini adalah kampong Karet di sebelah barat area dan
kampong Menteng di sebelah utara. Pada Peta 1866 area belokan sungai Tjideng
ini tampak lahan persawahan yang luas. Di sebelah barat terlihat jalur dari
selatan ke utara, itu adalah jalan dari Pondok Laboe melalui Mampang Prapatan
terus ke Tanah Abang (sungai Tjideng juga mengalir ke arah Tanah Abang dan masuk
ke sungai Kroekoet); sedangkan jalan di sebelah timur dari selatan ke utara
adalah jalan dari Tandjong Barat ke Kwitang/Weltevreden melalui Pantjoran,
Pegangsaan dan Tjikini (jalan Saharjo yang sekarang).
Pada awalnya
pendidikan modern (aksara Latin) untuk anak pribumi hanya dapat diakses melalui
sekolah dasar bagi anak-anak Eropa/Belanda. Mereka yang bisa mengakses adalah
anak-anak bangsawan atau anak-anak pimpinan pribumi lainnya. Itu jumlahnya
sangat terbatas. Lalu pada tahun 1848 dibuat kursus untuk menghasilkan guru
pribumi. Sehubungan dengan kebutuhan yang semakin meningkat, Residen Soerakarta
mendirikan sekolah guru (kweekschool) di Soeracarta pada tahun 1951. Pada tahun
ini juga rumah sakit militer di Weltevreden (kini RSPAD) mendirikan sekolah
kedokteran bagi siswa pribumi (kemudian disebut Docter Djawa School). Pada
tahun 1856 Residen Padangsche Bovenlanden di Fort de Kock (kini Bukittinggi)
mendirikan sekolah guru (kweekschool). Pada tahun 1856 dua siswa (Si Asta dan
Si Angan) asal Afdeeling Mandailing en Angkola, Residentie Tapanoeli (kini Tapanuli
Bagian Selatan) baru kembali studi di Weltevreden dengan membawa gelar dokter
(dua dokter inilah yang pertama berasal dari luar pulau Jawa). Dr. Asta di
Onderfadeeling Mandailing (kini Panyabungan) dan Dr. Angan di Onderafdeeling
Angkola (kini Padang Sidempuan).
Titik imajiner Jalan Patra Kuningan (Peta 1897) |
Setelah 30 tahun kemudian (Peta 1897) area di
sekitar titik belok sungai Tjideng (titik imajiner jalan Patra Kuningan) teridentifikasi
masuk dalam wilayah kampong Pedoerenan. Di sebelah barat berbatasan dengan kampong
Karet; di sebelah utara berbatasan dengan kampong Doekoe; dan di sisi timur seberang
sungai Tjideng adalah kampong Menteng (Dalam). Dalam peta ini terlihat jalan sisi
timur dari selatan ke utara sudah ditingkatkan (jalan Saharjo yang sekarang).
Pada sisi sebelah timur sudah ada jalan kereta api Batavia-Buintenzorg di
kampong Manggarai.
Pada tahun 1896, Raden Kartono berangkat studi ke
Belanda. Raden Kartono lulus dari sekolah Eropa/Belanda di HBS Semarang
(setingkat sekolah menengah atas). Raden Kartono mengambil bidang teknik sipil
di Delft. Raden Kartono adalah abang dari Raden Ajeng Kartini merupakan pribumi
pertama yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi di Eropa/Belanda. Namun
sayang, sang de pionier ini gagal di tingkat dua. Raden Kartono tidak patah
arang lalu mengambil bidang Indologi (bidang terkait Hindia) di Universiteit
Leiden.
Pada tahun 1905 menyusul datang studi ke Belanda Radjioen
Harahap gelar Soetan Casajangan. Boleh dikatakan Soetan Casajangan adalah
pribumi yang datang dari tanah air untuk melanjutkan studi ke Eropa/Belanda. Sebelumnya
sudah ada tiga lulusan Docter Djawa School dan lulusan kweekschool yang berada
di Belanda untuk keperluan bekerja. Dr. Abdul Rivai dan guru Djamaloedin datang
tahun 1903 untuk bekerja sebagai jurnalis dan tahun berikutnya menyusul dua
bersaudara Tehepelori (yang bekerja dalam riset kedokteran penyakit tropis).
Sejak kedatangan Soetan Casajangan, dokter dan guru tadi juga melanjutkan
kuliah ke perguruan tinggi. Soetan Casajangan adalah guru di Padang Sidempoean
melanjutkan studi ke Belanda untuk mendapatkan akta kepala sekolah (guru
berlisensi Eropa/Belanda). Dalam edisi bulan Oktober 1905 majalah Bintang
Hindia (editor Dr. Abdul RivaI) menulis artikel yang isinya untuk mengajak
putra-putri pribumi dari Hindia Belanda untuk belajar di Belanda. Ajakan ini
tampaknya berhasil.
Nama kampong Koeningan (Peta 1914) |
.
Pada Peta 1904 situasi dan kondisi di area
belokan sungai Tjidang tidak banyak berubah jika dibandingkan dengan Peta 1897.
Pada Peta 1904 sudah diidentifikasi nama kampong Koeningan di dekat Mampang
Prapatan. Ini menunjukkan di sekitar area titik belok sungai Tjideng sudah
berkembang. Perkembangan ini semakin terlihat pada Peta 1914. Dalam hal ini, di
wilayah kampong Pedoerenan telah muncul nama Koeningan sebagai kampong baru.
Kampong Koeningan ini semakin meluas hingga ke area titik belok sungai Tjideng.
Di sisi timur seberang sungai Tjideng, di kampong Menteng juga muncul nama
kampong Poelo. Kampong Karet masih eksis.
Jalan di sisi barat dari dari Mampang Prapatan ke Tanah
Abang terlihat sudah dikembangkan. Jalan ini bersifat diagonal dari Mampang Prapatan
(Pangkal jalan Kuningan/Rasuna Said yang sekarang) ke Doekoe (memotong jalan
Sudirman yang sekarang). Tentu saja belum ada jalan Rasuna Said dan jalan
Sudirman. Satu hal yang penting pada Peta 1914 ini di kampong Menteng sudah
mulai dibangun perumahan elit yang pembangunannya baru dimulai dari arah
Gondangdia.
Sehubungan dengan pengembangan perumahan Menteng,
Pemerintah Gemeente Batavia membangun jalan poros (jalan utama) yang disebut
jalan Mampang (Mampangweg) pada tahun 1913 (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 20-05-1913). Jalan yang dibangun tahun 1913 ini merupakan
terusan jalan Gondangdia (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie,
05-08-1913). Jalan poros ini dapat dikatakan sebagai jalan paling besar dari
Koningsplein menuju selatan kota. Disebut jalan Mampang karena arahnya menuju
selatan di Land Mampang. Pembangunan jalan Mampang ini bersamaan dengan
pembangunan Orangeboelevard (kini jalan Diponegoro). Jalan Mampangweg ini dari
Gondangdia melalui perumahan Menteng (di jalan Madiun yang sekarang) lalu
memotong sungai Tjideng dan lalu melewati kampong Koeningan ke Mampang (jalan
Rasuna Said yang sekarang belum ada).
Pada tahun 1918, untuk mengurangi dampak
banjir di Istana Gubernur Jenderal di Weltevreden, dibangun kanal baru dengan
menyodet sungai Tjiliwongdi Manggarai melalui Menteng menuju sungai Kroekoet di
Pedjompongan. Kanal baru ini memotong rencana tata ruang perumahan Menteng.
Itulah mengapa perumahan Menteng seakan terpisah sebagian di area jalan Guntur
yang sekarang.
Kanal dan jalur rel kereta api di Menteng (Peta 1925) |
Dalam pembangunan kanal (Bandjir Kanaal) ini,
sungai Tjideng juga terpotong. Untuk mengatur agar tidak semua air jatuh ke
kanal lalu dibentuklah waduk besar (kini disebut waduk Setiabudi). Waduk ini
menjadi reservoir untuk mengatur air sungai Tjideng ke kanal Bandjir Kanaal.
Eks kali Tjideng di
perumahan Menteng divermak (diluruskan sesuai lanskap perumahan) menjadi kanal
drainase dengan mengikuti alur sungai Tjideng ke sungai Kroekoet di Tanah
Abang. Dalam hubungan ini satu kanal baru dibuat di perumahan Menteng yakni eks
jalur rel kereta api (jalan Sutan Syahrir yang sekarang) sebagai kanal drainase
yang dialirkan ke kanal drainase eks sungai Tjideng di Menteng di sekitar
bundaran HI yang sekarang. Sungai Kroekoet berhulu di sitoe Tjitajam melalui
Tanah Baroe, Pondok Laboe dan Pedjompongan, sedangkan sungai Tjideng berhulu di
sitoe Babakan (Lenteng Agoeng) melalui Tandjong Barat, Pasar Minggoe, Doerian
Tiga dan Tegalparang (dari Doerian Tiga hingga ke Lentegg Agoeng sejak 1830
sudah dibentuk kanal irigasi dan dari Doerian Tiga kanal ini hingga menuju Pegangsaan
(sungai Tjiliwong) melalui jalan Saharjo yang sekarang).
Waduk Setiabudi (googlemap) |
Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia
(1945), pada era pendudukan Belanda/NICA mulai dirintis pembangunan perumahan
baru dengan membentuk kota satelit di kampong Kebajoran, Untuk menghubungan
Koningsplein (kini lapangan Monas) dengan (perumahan) kota sateli Kebajoran
pada bulan Mei 1949 dibangun jalan baru dari Koningsplein ke Kebajoran (kini
jalan MH Thamrin dan jalan Sudirman) dengan membangun jembatan penghubung di
atas Bandjir Kanaal dan rel kereta api (kini Dukuh Atas). Jalan rintisan ini
memotong jalan lama dari Mampang Prapatan ke Tanah Abang. Jalan baru Kongsplein-Kebajoran
ini berpotongan dengan jalan dari Pantjoran via Mampang Prapatan ke Silipi di
titik dimana kini berada jembatan Semanggi. Lambat laun jalan lama diagonal
(Mampang Prapatan-Tanah Abang ini menghilang sehubungan dengan adanya jalan
baru.
Sementara itu dengan adanya jalan baru ini maka desa
Koeningan hingga sungai Tjideng mulai semakin terbuka dari isolasi. Sejumlah
jalan baru dari jalan Koningsplein-Kebajoran ini dibentuk. Salah satu jalan
baru tersebut adalah jalan Casablanca yang sekarang menuju Tebet yang
tersambung dengan jalan diagonal tersebut.
Setelah pengakuan kedaulatan
Indonesia oleh Belanda (1949), pemerintah RI mulai merintis jalan baru dari
Menteng melalui kampong Menteng ke Mampang Prapatan. Jalan diagonal dari Mampang
Prapatan dan jalan Casablanca yang sekarang terus ke jalan Sudirman yang
sekarang hingga ke Menteng dianggap terlalu jauh. Pada saat pembangunan gedung
olahraga Senayan menjelang Asian Games 1962
pembangunan jalan ini terkendala. Baru pada awal tahun 1970an, pada era Gubernur Ali Sadikin (1966-1977), pembangunan
jalan plus jembatan di atas kanal dan rel dapat direalisasikan. Jalan ini
kemudian disebut jalan Setiabudi. Dalam perkembangannya, nama jalan Setiabudi
diganti menjadi jalan Rasuna Said (paling tidak sudah ditabalkan sejak tahun
1981).
Kawasan Patra Kuningan |
Dengan adanya jalan baru (jalan Rasuna Said)
ini mulai muncul pembangunan yang sangat masif. Salah satu pembangunan yang
penting adalah pembangunan perumahan elit milik Pertamina yang kemudian dikenal
sebagai perumahan Patra Kuningan. Di salah satu rumah di kavling perumahan
Patra Kuningan inilah kemudian BJ Habibie bertempat tinggal.
Dalam perkembangannya desa Kuningan yang telah berubah
status menjadi kelurahan dimekarkan dengan terbentuknya dua kelurahan yakni
desa kelurahan Kuningan Barat dan Kuningan Timur (yang dibatasi oleh jalan
Rasuna Said). Perumahan Patra Kuningan tempat dimana BJ Habibie tinggal menjadi
wilayah kelurahan Kuningan Timur.
Gubernur Ali Sadikin mencanangkan area sepanjang
jalan baru ini sebagai kota baru. Selain perumahan Pertamina (Patra Kuningan) yang
sudah ada, area ini dijadikan sebagai kantor-kantor kedutaan besar negara
sahabat. Yang pertama menempati area ini adalah kedutaan besar Hongaria dan
Thailand. Pada tahun 1976 Gubernur Ali Sadikin juga menawarkan kedubes Belanda
di area ini seluas satu hektar (selesai dibangun tahun 1981). Lalu kedubes
Belanda pindah dari jalan Kebon Sirih dan Menteng (kini Erasmus Huis). Tiga
kedubes inilah yang pertama, lalu baru muncul sejumlah kedubes lainnya termasuk
Malaysia.
Pada saat itu Dubes Malaysia untuk Indonesia adalah Tan
Sri Dato’ Senu Abdurrahman Siregar, seorang bermarga Angkola dan kebetulan saat
itu Wakil Presiden (1978-1983) adalah Adam Malik (seorang bermarga Mandailing).
Jadi cocoklah. Sebelumnya Adam Malik yang telah menjadi Menteri Luar Negeri sejak
1966 (hingga 1977) hubungan Indonesia-Malaysia terus membaik dan menjadi lebih
baik. Pada saat Adam Malik menjadi Menteri Luar Negeri tahun 1966, Ketua Polis
Diraja Malaysia (di Indonesia disebut Kapolri) adalah Dato’ Kamaruddin bin
Idris Harahap. Pada Kabinet PM Mahathir Mohamad yang sekarang (sejak 2018) salah
satu orang yang berasal dari Angkola en Mandailing (kini Tapanuli Bagian
Selatan) adalah Saifuddin Nasution (Menteri Perdagangan Dalam Negeri).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar