*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
Pada masa ini, wilayah Tangerang terbagi tiga: Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Jika kelak, Kabupaten Tangerang menjadi Kota, maka namanya menjadi Kota Tangerang Utara. Namun bukan itu yang ingin kita kaji, tetapi bagaimana pemerintahan di (wilayah) Tangerang pada masa lampau. Tentu saja itu, tidak ditemukan di dalam sejarah pemerintahan Tangerang masa ini. Padahal sejarah pemerintahan di (wilayah) Tangerang bukan muncul kemarin sore, tetapi jauh di masa lampau. suatu titik mula yang menjadi awal dari tiga pemerintahan yang ada sekarang.
Pada masa ini, wilayah Tangerang terbagi tiga: Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Jika kelak, Kabupaten Tangerang menjadi Kota, maka namanya menjadi Kota Tangerang Utara. Namun bukan itu yang ingin kita kaji, tetapi bagaimana pemerintahan di (wilayah) Tangerang pada masa lampau. Tentu saja itu, tidak ditemukan di dalam sejarah pemerintahan Tangerang masa ini. Padahal sejarah pemerintahan di (wilayah) Tangerang bukan muncul kemarin sore, tetapi jauh di masa lampau. suatu titik mula yang menjadi awal dari tiga pemerintahan yang ada sekarang.
Wilayah Tangerang (Peta 1695) |
Lantas bagaimana semua ini bermula? Itulah
pertanyaannya dan tetap akan menjadi pertanyaan serta terus ditanyakan. Untuk
mencari jawaban, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Wilayah
Tangerang bukan hanya milik penduduk masa kini, tetapi juga penduduk masa
lampau. Mereka memiliki pemerintahan yang berbeda dengan kita pada masa ini.
Oleh karena itulah jawaban pertanyaan ini menjadi penting. Mereka berhak
sejarah mereka dicatat dalam sejarah Tanah Tangerang.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Schout Tangerang: Pemerintahan Sipil Pertama di Tangerang
Meski VOC sudah dibubarkan 31 Desember 1799 dan
diambil alih Kerajaan Belanda dengan membentuk Pemerintah Hindia Belanda,
sistem pemerintahan masih mirip sistem pemerintahan VOC. Di setiap wilayah
masih dipimpin oleh Koopman atau Hoofdkoopman sebagai Resident. Yang membedakan
Gubernur Jenderal diangkat oleh Pemerintah Kerajaan Belanda. Pada fase transisi
ini, sistem yang lama masih digunakan tetapi sistem yang baru mulai diterapkan.
Pada era Gubernur Genderal Daendels (1808-1811) diperkenalkan pemerintahan di Stad
(ibukota) Batavia dan Bataviasche Ommelanden.
Di Residentie Batavia, di Stad Batavia dipimpin oleh President dan
Schepenen. Sementara untuk Batavia Ommelanden dipimpin oleh Schout dan
secretaries. Bentuk pemerintah tampak berbeda-beda. Penerapan President dan
Schepenen di Batavia mengindikasikan bahwa Presiden menjalankan fungsi
pemerintahan semacam wali kota sedangkan Schepenen sebagai fungsi dewan.
Keduanya membentuk dewan kota. Sementara itu di Batavia Ommelanden di Meester
Cornelis berkedudkan Asisten Residen. Demikian juga di Buitenzorg dipimpin oleh
seorang Asisten Residen. Sedangkan di Tangerang dipimpin oleh Schout yang
dibantu seorang sekretaris. Residen membawahi Presiden dan Schepenen di stad
Batavia, Asisten Residen di Meester Cornelis dan Buitenzorg dan Schout di
Tangerang. Sehubungan dengan kebutuhan uang tunai, Gubernur Jenderal Daendels
menjual sejumlah lahan di Afdeeling Crawang di sisi barat sungai Tjitaroem
seperti Tjabangboengin, Tjikarang dan Tjibaroesa dan memasukkannnya ke wilayah
Bekasi. Penjualan ini dilakukan tahun 1810 dan lahan-lahan tersebut kemudian
menjadi land partikelir. Sisa Afdeeling Krawang kemudian dipimpin oleh seorang
Asisten Residen.
Schout Tangerang yang pertama diangkat JF Carels. Dalam perkembangannya
JF Carels dipindahkan ke Tjikao sebagai Opziener (lihat Bataviasche koloniale
courant, 16-03-1810). Namun sebulan kemudian JF Carels ditunjuk menjadi Schout
di Stad Batavia (lihat Bataviasche koloniale courant, 13-04-1810).
Nama JF Carels kali pertama diberitakan tahun
1801. Disebutkan JF Carels diangkat menjadi tweede Deurwaarder'by den Hoogen
Raad van-Justitiƫ aangesteld den Wachtmeester (lihat Leydse courant, 21-10-1801).
Jabatan ini adalah sebagai petugas pengadilan kedua di Dewan Tinggi Kehakiman.
Untuk schout di Batavia Ommelanden (Tangerang) adalah N. Arends. Lalu kemudian N Arends di Tangerang (Schout van Noord-Weser Kwartier) digantikan oleh Johan Frederik Neef (lihat Bataviasche koloniale courant, 11-01-1811).
Dalam struktur pemerintahan di Residentie Batavia
fungsi Schout kemudian ditambahkan di Stad Batavia yang dalam hal ini dijabat
oleh JF Carels. Ada perbedaan Schout di Stad Batavia dengan Schout di
Tangerang. Di Stad Batavia hanya memiliki tupoksi semacam polisi (jaksa).
Sedangkan Schout di Tangerang tidak hanya fungsi polisi, juga fungsi
administrasi dan sekaligus hakim. Sementara fungsi hakim di stad Batavia dijalankan
oleh Schepenen.
Dalam
perkembangannya jabatan President dan Schepenen digabungkan dengan nama baru
Algemeenen Ontvanger. Ini sehubungan dengan penetapan wilayah Residentie
Batavia menjadi terdiri dari lima Afdeeling: Stad Batavia en Weltevteden,
Meester Cornelis, Buitenzorg, Tangerang dan Bekasi. Untuk Afdeeling Meester
Cornelis dan Afdeeling Buitenzorg tetap dipimpin oleh masing-masing Asisten
Residen. Seementara Afdeeling Tangerang ditingkatkan yang dipimpin oleh
Hoofdschout, sedangkan Afdeeling Bekasi dipimpin oleh Schout. Dalam hal ini, Hoofdschout
berada di bawah Algemeenen Ontvanger Stad Batavia en Weltevreden dan Schout
Bekasi berada di bawah Asisten Residen Meester Cornelis. Dalam hal pengadilan
untuk kasus kecil cukup diselesaikan di Tangerang atau Bekasi, tetapi untuk
kasus yang lebih besar dilakukan di Weltevreden atau di Meester Cornelis.
Pada era VOC, fungsi pemerintahan berada di
tangan Resident yang dibantu oleh sejumlah aparatur. Tidak ada pemerintahan
yang lebih rendah. Yang ada adalah pemerintahan lokal dengan mengangkat
beberapa regent (bupati) atau demang. Bupati ini pada dasarnya hanya sekedar
perpanjangan tangan dari Residen. Para bupati ini mendapat hak pendapatan dan
juga memiliki kewajiban untuk menggerakkan penduduk untuk tujuan VOC. Di
wilayah tanah-tanah partikelir persoalannya berbeda.
Di
wilayah yang memiliki tanah-tanah partikelir seperti di Residentie Batavia,
penduduk justru bertuan kepada pemilik tanah (land). Pemerintah VOC atau Bupati
tidak bisa mengintervensi para pemilik land. Pemerintah VOC dalam hal ini
memberikan layanan keamanan dan para pemilik land memberi kontribusi kepada
pemerintah dalam bentuk pajak (verponding). Para pemilik land mengutip sewa
dari para penggarap dan pada waktu tertentu penduduk diwajibkan untuk pekerjaan
rodi untuk pemilik land. Yang melanggar akan terkena sanksi. Pembangkangan dan
pemberontakan diatasi oleh pemerintah VOC.
Wilayah (district) Tangerang terbagi habis ke
dalam sejumlah land. Tidak ada bupati atau demang. Yang ada adalah pemilik land
(landheer). Pemerintah VOC di Batavia hanya mengawasi dan memberikan layanan
keamanan jika diperlukan. Dalam hal ini pemilik land dapat meminta bantuan
militer. Untuk urusan pengadilan dilaksanakan oleh Schout. Oleh karena itu
jabatan Schout di Tangerang (dan juga Bekasi) juga disebut Schout van den
Landrost der Bataviasche Ommelanden.
Pada
era pendudukan Inggris (1811-1816), Schout van Noord-Wester Kwartier ini masih
terus dilanjutkan, tetapi tidak lagi berkedudukan di Tangerang tetapi di
Batoetjeper (lihat Java government gazette, 06-08-1814). Untuk jabatan
Onderschout berada di Katapang. Ketika Pemerintahan Hindia Belanda kembali,
Schout kembali berkedudukan di Tangerang, tetapi onderschout tetap berada di
Katapang.
Satu hal yang baru pasca pendudukan Inggris ini
di Tangerang sudah dibentuk Landraad. Itu berarti schout tidak bertindak
sendiri lagi, tetapi pengadilan dilakukan di mahkamah (landraad). Ketua
landraad ini dijabat oleh orang Eropa/Belanda (bukan schout). Perubahan lainnya
adalah bahwa land-land yang berada di sisi barat sungai Tjitaroem dimasukkan ke
district Bekasi seperti Tjabangboengin dan Tjikarang. Sementara di Krawang
dipimpin oleh seorang Asisten Residen.
Sementara jabatan Hoofdschout di Tangerang (dan
juga schout di Bekasi) tetap berlaku, di wilayah lain yang baru, jabatan yang selevel
disebut Controleur. Residen atau Asisten residen membawahi Controleur. Fungsi
para Controleur ni tidak hanya sebagai fungsi pengendali seperti Schout,
Controleur juga memiliki fungsi pembangunan seperti pembangunan pertanian dan
pengembangan sosial penduduk. Di wilayah Tangerang dan Bekasi, seperti umumnya
di wilayah tanah partikelir, pembangunan dan pengembangan pertanian dikaitkan
dengan keberadaan dan kekuasaan para pemilik land.
Pemerintahan Hindia Belanda yang beribukota di
Batavia awalnya hanya terdapat di tiga Afdeeling: Batavia, Semarang dan
Soerabaja. Struktur Pemerintah Hindia Belanda saat permulaan masih tampak
sederhana. Pada era pendudukan Inggris sejak 1815 dua orang Residen ditempatkan
di luar Jawa yakni di Palembang en Banca dan Banjermasin dan satu Asisten
Residen di Macassar (Almanak 1815). Pada tahun 1822 pemerintah memperluas pemerintahan
dan membentuk pemerintahan baru di wilayah Sumatra’s Westkust (Pantai Barat
Sumatra) yang dikepalai oleh seorang Residen dengan dibantu tiga asisten
residen. Pada tahun 1834 status Sumatra’s Westkust ditingkatkan menjadi province
yang dikepalai oleh seorang gubernur (Colonel AV Michiels).
Sementara
itu di Jawa pada era pendudukan Inggris dibentuk 16 Residentie yang
masing-masing dikepalai oleh Residen. Jumlah ini bertambah pada Pemerintahan
Hindia Belanda berikutnya (setelah tahun 1816). Tidak ada gubernur di (pulau)
Jawa, dan hanya satu-satunya gubernur di Sumatra’s Westkust.
Pada tahun 1848 pemerintah menata kembali pengadilan
bagi pribumi dengan dikeluarkannya beslit Gubernur Jenderal tentang Nieuwe
zamenstelling der inlandsche regtbanken en geregten op Java en Madura en eenige
daarmede in verband staande ondertterpen (lihat Nieuwe Rotterdamsche courant :
staats-, handels-, nieuws- en advertentieblad, 27-05-1848). Pengadilan pribumi
ini terdiri dari empat tingkatan.
Dalam
beslit ini pengadilan tingkat pertama (eerste afdeeling) terdapat di Residentien
Batavia, Bantam, de adsistent-residentiƫn Buitenzorg, Krawang en de residentiƫn
Preanger-Regentschappen en Cheribon. Tingkat dua (tweede afdeeling) meliputi
Resideutien Samarang, Pekalongan, Kedoe, Tagal, Banjoemaas en Baglen. Tingkat
tiga (derde afdeeling) meliputi Residentien Japara, Rembang, Madion, Kediri en
de adsistent-residentie Patjitan. Tingkat empat (vierde afdeeling) meliputi
Residentien Soerabaija, Pasaroean en Bezoeki. Tingkat lima (vier afdeelingen)
di Batavia , Samarang, Madion en Soerabaija. Selain tersebut tingkat dua juga
termasuk Residentien Soerakarta en Djokjokarta.
Khusus
untuk di tingkat satu juga diadakan di Serang, Tjiringien, Warong-goenong,
Batavia Meester-Cornelis, Tangerang, Bekassi. Poerwakarta, Buitenzorg, Tjiandjor,
Bandong, Soemadang, Garoet, Manondjaja en Cheribon. Untuk tingkat dua di Tagal,
Pekalongan, Magelang, Samarang, Salatiga, Demak dan Grobogan. Untuk tingkat
tiga di Pattie, Rembang, Toeban en Bodjonegoro. Tingkat empat di Soerabaija,
Grissee, Modjokerto, Madura, Sumanap, Pamakassan, Pasoeroewan, Malang, Bezoeki,
Probolingo en Banjoewangie.
Pada tahun 1848 diperkenalkan jabatan Demang di Tangerang.
Jabatan demang ini dijabat oleh seorang pribumi yang mendapat gaji dari
pemerintah. Fungsi dan tugas demang ini untuk membantu Hoofdschout. Tugas-tugas
yang terkait langsung penduduk pribumi yang sebelumnya ditangani schout
didelegasikan kepada para demang. Dengan kata lain, demang adalah perpanjangan
tangan dari Hoofdschout. Pada tahun 1854 status (district) Tangerang
ditingkatkan menjadi Asisten Residen. Sementara di Bekasi masih setingkat
Schout.
Rotterdamsche courant, 29-04-1854 |
Dengan demikian di Residentie Batavia terdapat
empat Asisten Residen yakni di Meester Cornelis en Bekasi, Buitenzorg, Krawang
dan Tangerang. Pada tahun 1905 jabatan Demang digantikan dengan Wedana. Wedana
juga pejabat pemerintah yang berasal dari pribumi. Wedana dibantu oleh Asisten
Wedana. Wedana berkedudukan di Tangerang. Salah satu Asisten Wedana
berkedudukan di Teloknaga.
Afdeeling Tangerang, Residentie Batavia, 1880 |
Pada tahun 1924 status Tangerang diturunkan dari
Asisten Residen menjadi Controleur (lihat Nieuwe Apeldoornsche courant, 11-02-1924).
Jabatan ini tidak berubah hingga berakhirnya Pemerintah Hindia Belanda (dan
digantikan oleh Pemerintah pendudukan militer Jepang tahun 1942).
Pada
awalnya Afdeeling Tangerang dibagi ke dalam tiga district (onderfadeeling)
yakni Tangerang, Maoek dan Balaradja.
Dalam perkembangannya district Tangerang dimekarkan dengan membentuk district
Tjoeroeg. Sementara Afdeeling Meester Cornelis en Bekasi terdiri dari empat district
yakni Meester Cornelis, Kebajoran, Bekasi dan Tjabangboengin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar