*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini
Pendidikan modern (aksara Latin) pada dasarnya baru dimulai pada era kolonial Belanda. Seperti di berbagai tempat, pemerintah kolonial Belanda juga menintroduksi pendidikan modern di Soekaboemi. Dalam hal ini, pemerintah selain menyediakan fasilitas pendidikan bagi orang Eropa/Belanda, pemerintah juga menyelenggarakan pendidikan bagi penduduk (pribumi). Pemerintah mendatangkan guru-guru dan juga membangun prasarana pendidikan seperti bangunan sekolah.
Pendidikan modern (aksara Latin) pada dasarnya baru dimulai pada era kolonial Belanda. Seperti di berbagai tempat, pemerintah kolonial Belanda juga menintroduksi pendidikan modern di Soekaboemi. Dalam hal ini, pemerintah selain menyediakan fasilitas pendidikan bagi orang Eropa/Belanda, pemerintah juga menyelenggarakan pendidikan bagi penduduk (pribumi). Pemerintah mendatangkan guru-guru dan juga membangun prasarana pendidikan seperti bangunan sekolah.
Sekolah Polisi di Soekaboemi (1927) |
Lantas
sejak kapan introduksi pendidikan modern dimulai di Sukabumi? Lalu seperti apa
perkembangan selanjutnya hingga menemukan wujudnya seperti yang sekarang. Lalu
mengapa di Soekaboemi diadakan sekolah pertanian dan sekolah polisi? Meski pertanyaan-pertanyaan
ini tentu saja tidaklah terlalu penting, tetapi untuk mengetahuinya tentu saja
tidak ada salahnya. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini
adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku
hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Introduksi Pendidikan di
Soekaboemi
Pada
tahun 1870 pemerintah pusat mendirikan sekolah pemerintah untuk penduduk di
sejumlah tempat utama di Jawa dan Madura termasuk di Soekaboemi (lihat Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 22-10-1870). Sekolah di Soekaboemi
tersebut merupakan satu-satunya sekolah di Afdeeling Soekaboemi, Pendirian
sekolah pemerintah untuk pribumi juga untuk kali pertama di Tangerang dan
Buirenzorg.
Java-bode, voor Nederlandsch-Indie, 22-10-1870 |
Satu
faktor kesulitan dalam mendirikan sekolah pemerintah untuk penduduk adalah
ketersediaan guru. Sebagaimana diketahui sekolah guru (kweekschool) di Bandoeng
baru dibuka pada tahun 1866. Boleh jadi pembukaan sekolah pemerintah di
Soekaboemi, gurunya adalah lulusan pertama Kweekschool Bandoeng yang diangkat
pemerintah sebagai guru pemerintah (semacam ONS). Faktor kesulitan lainnya
adalah ketersediaan sarana sekolah, kemauan penduduk usia sekolah untuk
bersekolah, dukungan orangtua dan goodwill pemerintah daerah (controleur atau
Asisten Residen).
Sebagai perbandingan, di Afdeeling Mandailing en Angkola, Residentie
Tapanoeli pada tahun 1860 sudah terdapat enam buah sekolah pemerintah dimana
dua diantaranya berada di kota Padang Sidempoean (onderafdeeling Angkola).
Kweekschool pertama didirikan di Soerakarta pada tahun 1851 (di wilayah Jawa)
dan yang kedua didirikan di Fort de Kock tahun 1856 (di wilayah Sumatra), Pada
tahun 1857 seorang lulusan sekolah dasar di Afdeeling Mandailing en Angkola
melanjutkan studi ke Belanda untuk mendapatkan akta guru. Setelah lulus tahun
1860 dan kembali ke kampongnya, pada tahun 1862, guru tersebut Sati Nasution
alias Willem Iskander mendirikan sekolah guru di Tanobato (Afdeeling Mandailing
en Angkola). Keberhasilan Kweekschool Tanobato diapresiasi pemerintah dan
dinegerikan pada tahun 1865. Bersamaan dengan penegerian Kweekschool Tanobato,
pegiat pendidikan di Preanger seperti KF Holle menginisiasi pendirian sekolah
guru di Bandoeng yang kemudian dibuka pada tahun 1866. Dalam hubungan ini ada
persamaan antara Afdeeling Tjiandjoer dan Afdeeling Mandailing en Angkola yang
sama-sama wilayah dimana kebijakan koffiestelsel diterapkan. Perbedaannya
adalah di Afdeeling Tjiandjoer ada bupati (regent) yang bersedia diangkat,
sedangkan di Afdeeling Mandailing en Angkola tidak ada yang bersedia (terjadi
solidaritas diantara para pemimpin lokal). Para pemimpin lokal di Afdeeling
Mandailing en Angkola terus berjuang menekan pemerintah sehingga salah satu
wujudnya adalah penyediaan fasilitas kesehatan dan pendidikan oleh pemerintah.
Sebaliknya Bupati Tjiandjoer (seperti bupati-bupati lainnya di Regentschappen
Preanger) terkesan lebih menekan penduduk daripada memperjuangkan kesejahteraan
penduduknya. Yang memperjuangkan adanya sekolah dan sekolah guru di Regentschappen
Preanger pada dasarnya bukan pemerintah pusat (dan pemerintah lokal) melainkan para
pengusaha swasta (para planter) seperti KF Holle cs yang melihat penderitaan
penduduk (akibat koffiestelsel). Inilah sebab mengapa perluasan jangkaun
pendidikan di Preanger terutama di Afdeeling Soekaboemi agak telat (dan di
Soekaboemi baru dimulai tahun 1870). Pada tahun 1870 Afdeeling Mandailing dan
Angkola sudah surplus guru dan dokter dan banyak yang dikirim ke wilayah lain,
sebaliknya di Afdeeling Soekaboemi justru masih kekurangan guru dalam jumlah
banyak (dan belum ada terdeteksi dokter lokal).
Pembukaan
sekolah pemerintah untuk penduduk di Soekaboemi pada tahun 1870 merupakan
langkah baru dalam pengembangan sosial di Afdeeling Soekaboemi. Selama ini
pemerintah di Afdeeling Soekaboemi masih terfokus dalam hal kebutuhan kolonial antara
lain pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan dan irigasi. Disamping
para investor swasta mulai berdatangan, pemerintah juga masih intens dalam pengembangan
perdagangan dan perekonomian dalam mendukung penerimanan pemerintah, bahkan
kebijakan koffiestelsel (yang dimulai sejak era van den Bosch, 1830-1833) masih
dpertahankan di sejumlah wilayah seperti di district Djampang Tengah, district
Djampang Koelon dan district Palaboehan.
De locomotief, 31-05-1871 |
Era baru (pemerintahan baru) Asisten Residen Soekaboemi (sejak 1871) adalah
lembaran baru dalam upaya pemerintah untuk pengembangan sosial di Afdeeling
Soekaboemi. Asisten Residen pertama Soekaboemi adalah Mr. AM Oudemans (lihat Java-bode:
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-04-1871).
Diharapkan dengan peningkatan status pemerintahan di Afdeeling Soekaboemi ini,
dari Controleur menjadi Asisten Residen dapat segera masalah-masalah sosial
(kesehatan dan pendidikan) lebih terperhatikan. Untuk mendampingin Asisten
Residen diangkat patih (lihat De locomotief, 23-12-1871). Patih ini sebelumnya
adalah wakil Bupati (hak Bupati semakin menyempit),
Dalam
reorganisasi pemerintahan yang dilakukan pada tahun 1870, di Afdeeling
Mandailing en Angkola yang terjadi hanya perubahan ibu kota yang seelumnya di
Panjaboengan (onderfadeeling Mandailing) ke Padang Sidempoean (onderafdeeling
Angkola). Yang sebelumnya Asisten Residen berkedudukan di Panjaboengan dan
Controleur di Padang Sidempoean, pada tahun 1870 dirokade Asisten Residen di
Padang Sidempoean dan Controleur di Panjaboengan (tukar tempat). Afdeeling
Mandailing en Angkola sendiri sudah berstatus Asisten Residen sejak permulaan
adanya pemerintahan pada tahun 1840.
Pembukaan sekolah untuk pribumi, meski terbilang
terlambat, sesungguhnya bukanlah yang terakhir. Masih banyak kota-kota di Jawa
yang belum memiliki sekolah. Di kota Madioen sekolah untuk pribumi baru dibuka
pada tahun 1874 (lihat Java-bode :
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 11-05-1874).
Pada
tahun 1874 Pemerintah merealisasikan untuk peningkatan mutu sekolah pribumi
dengan mengirim sejumlah guru muda studi ke Belanda dan akan ditempatkan di
sekolah guru (kweekschool). Tiga yang dikirim adalah Banas Lubis dari
Residentie Tapanoeli, Raden Adi Sasmita dari Residentie Preanger dan Raden
Soerono dari Residentie Soeracarta. Untuk membimbing tiga guru muda ini selama
belajar di Belanda, pemerintah menunjuk Willem Iskander yang juga diberi
beasiswa untuk studi di Belanda untuk mendapat akta kepala sekolah. Selama
Willem Iskander studi ke Belanda, Kweekschool Tanobato ditutup dan Willem
Iskander direncanakan sepulang studi dari Belanda akan diangkat menjadi
direktur sekolah guru yang lebih besar di Padang Sidempoean yang akan dibuka
pada tahun 1879. Keempat guru pribumi ke Belanda pada bulan Mei tahun 1874.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar