*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini
Pantai Senggigi dan (pulau) Gili Trawangan memiliki sejarah sendiri-sendiri. Namun kedua area ini dapat disatukan karena sama-sama menjadi tujuan wisata di pantai barat pulau Lombok. Dua area wisata ini yang secara geografis berdekatan, juga dijadikan sebagai satu paket perjalanan wisata yang saling melengakapi: pantai Senggigi adalah wisata pantai; Gili Trawangan adalah wisata pulau. Gili dalam bahasa Sasak adalah pulau yang lebih kecil (pulau besarnya adalah Lombok).
Pantai Senggigi dan (pulau) Gili Trawangan memiliki sejarah sendiri-sendiri. Namun kedua area ini dapat disatukan karena sama-sama menjadi tujuan wisata di pantai barat pulau Lombok. Dua area wisata ini yang secara geografis berdekatan, juga dijadikan sebagai satu paket perjalanan wisata yang saling melengakapi: pantai Senggigi adalah wisata pantai; Gili Trawangan adalah wisata pulau. Gili dalam bahasa Sasak adalah pulau yang lebih kecil (pulau besarnya adalah Lombok).
Pulau Gili Trawangan (Peta-peta tempo doeloe) |
Lalu seperti apa sejarah pantai Senggigi dan
pulau Gili Trawangan? Itulah yang menjadi
tugas kita untuk membacanya. Untuk itu kita harus memutar jarum jam kembali ke
masa lampau yakni sejak ekspedisi pertama Belanda yang dipimpin oleh Cornelis
de Houtman (1597). Dari titik waktu inilah kita mulai mempelajari sejarah
pantai Sengigigi dan pulau Gili Trawangan. Nah, untuk itu, agat menambah
pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Pantai Senggigi di Lombok (Now) |
Pulau Gili Trawangan dan Pantai Senggigi
Boleh jadi orang Belanda pertama yang menemukan
pulau Gili Trawangan adalah Cornelis de Houtman pada tahun 1597. Ketika dalam
perjalanan pulang (kembali ke Belanda) setelah singgah di pelabuhan Lombok
(pantai timur pulau Lombok) dan pelabuhan Kloengkoeng (pantai timur Bali) kapal
begerak ke arah pulau Gili Trawangan karena lebih aman (pantai timur Bali di
sekitar Karangasem banyak karang yang berbahaya). Tentu saja yang memegang
teropong terbaik adalah Cornelis de Houtman karena dia adalah pimpinan
ekspedisi. Baru pada ekspedisi kedualah pulau Gili Trawangan dipetakan tahun
1599. Cornelis de Houtman tidak sempat lagi melihat pulau Gili Trawangan untuk
kali kedua, sebab dalam pelayaran ke Lombok, Cornelis de Houtman tewas dalam
pertempuran di Atjeh. Itulah sejarah terawal tentang pulau Gili Trawangan.
Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 24-05-1956 |
Satu yang penting tentang sejarah Senggigi adalah
salah satu dari tiga benteng kerajaan Bali Selaparang di Lombok Utara yang
direbut oleh penduduk Sasak dalam pemberontakan penduduk Sasak melawan pasukan
kerajaan Bali Selaparang pada tahun 1892 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 19-09-1892). Disebutkan pasukan Sasak
yang bersenjata alakadarnya (parang, tombak dan tameng termasuk termasuk potongan-potongan
besi, batu dan rantai) berhasil menduduki benteng Senggigi yang menjadi salah
satu pertahanan pasukan Bali Selaparang yang telah menggunakan senjata modern
(diimpor dari Singapoera). Benteng Senggigi dan dua benteng lainnya kemudian
pasukan Sasak membakarnya. Para pasukan Sasak berhasil mendapatkan tiga meriam.
Java-bode: nieuws, handels..blad voor NI, 19-09-1892 |
Penduduk Sasak,penduduk asli pulau Lombok mulai
sangat menderita ketika pangeran Made semakin merajalela di kerajaan Bali
Selaparang dimana puri berada di Mataram. Para pemimpin Sasak mulai melakukan
pemberontakan pada tahun 188oan, Pemberontakan penduduk Sasak ini tidak kunjung
padam. Pendudukan benteng Sengigi salah satu keuletan penduduk Sasak berperang,
Namun karena persenjataanya yang sangat terbatas akhirnya para pasukan Sasak
kewalahan. Dalam satu pertempuran (tidak disebutkan dimana) dilaporkan bahwa
sebanyak 300 pasukan Sasak berhasil ditawan (Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 28-10-1892). Tawanan tersebut telah
diisolasi di pulau Gili Trawangan. Kerajaan Bali Selaparang yang memiliki empat
kapal modern diduga alat yang digunakan untuk menginternir tawanan ke pulau
Gili Trawangan. Mereka dibiarkan di pulau itu tanpa suplai makan dan banyak yang
sakit dan menemui kematian. Penyekapan tawanan ini akhirnya bocor dan Residen
Bali en Lombok yang berkedudukan di Boeleleng melakukan penyelidikan. Berita
itu benar adanya yang kemudian atas inisiatif Residen tawanan yang tersisa dan
masih hidup dibebaskan. Maalahan kemanusiaan inilah yang menjadi faktor penting
ketika para pemimpin Sasak yang sudah trerdesak di pedalaman Lombok meminta
Pemerintah Hindia Belanda di Boeleleng melakukan intervensi. Lalu dikirim
ekspedisi militer dari Batavia dan memasuki pelabuhan Ampenan pada tangga 11
Juli 1894. Akhirnya kerajaan Bali Selaparang dapat ditaklukkan pada tanggal 18
November 1894. Pasukan Bali yang melakukan aneksasi ke pulau Lombok tahun 1740
yang kemudian membentukan kerajaan di Lombok berakhir sudah. Kerajaan Bali
Selaparang, kerajaan yang terakhir, tamat. Pasukan Sasak lega, penduduk Sasak
mendapat kemerdekaannya dari orang-orang Bali di Lombok.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pantai Senggigi dan Gili Trawangan Masa Kini
Senggigi dan Trawangan (Peta 1894) |
Destinasi wisata pantai Senggigi dan pulau Gili
Trawangan di Lombok bukan substitusi atau luberan dunia pariwisata di pantai Kuta-Sanur
dan pulau Penida di Bali tetapi lebih pada komplemennya (saling memperkuat di
satu kawasan Bali en Lombok).
Dua
pulau ini sejak 1846 (saat berlangsungnya Perang Bali) Pemerintah Hindia
Belanda menyatukannya sebagai satu wilayah administratif dengan nama Residentie
Bali en Lombok dimana ibu kota ditetapkan di Boeleleng. Saat itu cabang Pemerintah
Hindia Belanda yang sudah dibentuk baru dua afdeeling yakni Afdeeling Boeleleng
dan Afdeeeling Djembrana. Sementara kerajaan-kerajaan lainnya termasuk kerajaan
di Lombok hanya diikat dalam bentuk perjanjian. Pada saat dimulainya Perang
Lombok 1894 Pemerintah Hindia Belanda membentuk cabang pemerintahan di pulau
Lombok dengan nama Afdeeeling Lombok (terdiri dari tiga onderafdeeling yakni
West Lombok ibu kota di Mataram, Oost Lombok ibu kota di Sisik kemudian
dipindahkan ke Selong dan Midden Lombok dengan ibu kota Praja). Perseteruan
Pemerintah Hindia Belanda dengan kerajaan-kerajaan di Bali baru berakhir tahun
1906 (Perang Badoeng) dan tahun 1908 (Perang Kloengkong). Sejak 1908 Pemerintah
Hindia Belanda membentuk cabang pemerintahan baru dengan membentuk Afdeeling
Zuid Bali dengan ibu kota Denpasar. Pada era Republik Indonesia setelah
pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Indonesia (1949) wilayah Bali dan Lombok
dipisahkan di dalam provinsi Kepulauan Sunda Ketjil yang lalu kemudian pada
tahun 1958 provinsi Soenda Ketjil dimekarkan yang mana pulau Bali menjadi
provinsi tersendiri dan pulau Lombok digabungkan dengan pulau Sumbawa untuk
membentuk provinsi Nusa Tenggara Barat serta sisanya menjadi provinsi Nusa
Tenggara Timur. Di pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara dibentuk tiga
kabupaten yakni mengikikuti bentuk dan wilayah administrasi tiga onderafdeeling
tempo doeloe.
Pembangunan Hotel Sheraton cabang Senggigi
menjadi tonggak awal pariwisata dunia di pulau Lombok khususnya di pantai Senggigi
dan pulau Gili Trawangan. Pemerintah Nusa Tenggara Barat mulai merasakan aura
positif ini. Ibarat kata, pulau Lombok dipromosikan untuk mulai menatanya agar
bisa bersaing dengan pariwisata di pulau Bali. Namun celakanya ambisi untuk
meningkatkan pamor pariwisata Lombok khususnya pantai Senggigi dan pulau Gili
Trawangan, bungalow-bungalow yang sudah marak untuk wisatawan backpacker di
pulau Trawangan menjadi korban.
Pada
tahun 1992 bungalow-bungalow yang dibangun dari bangunan kayu yang menjadi
surga bagi wisatawan mencanegara backpacker di pulau Gili Trawangan dibongkar
oleh pemerintah. Ada sekitar 300 unit bungalow yang digusur demi alasan untuk
penataan kawasan pariwisata, Bungalow-bungalow yang dimiliki oleh warga itu
menjadi korban pertama menjadikan pantai Senggigi dan pulau Gili Trawangan
sebagai destinasi wisata dunia. Tuduhan masyarakat atas penggusuran itu bermacam-macam
seperti pemerintah akan menginzinkan pembangunan lapangan golf dan juga adanya
desakan para pemilik hotel kepada pemerintah karena bungalow yang sewa murah
menyebabkan okupasi hotel tidak optimal. Yang jelas atas kebijakan baru ini
(pembongkaran) telah merugikan warga lokal dan usaha bungalow adalah
ketergantungan hidup sebagian masyarakat. Dan banyak cluster bungalow juga
menjadi tempat tinggal para pemilik. Namun itulah strategi pembangunan
(pariwisata) ada plus minusnya dalam hal mana pemerintah mengambil kebijakan.
Kini, jika dilihat pada peta satelit, pantai
Senggigi dan pulau Gili Trawangan tetap terlihat indah dan eksotik dengan
sarana dan prasana pariwista yang terus berkembang. Semua itu, sejarahnya
berawal dari era Cornelis de Houtman (1597) di pulau Gili Trawangan dan tiga
supporter olahraga asal Jerman pada tahun 1956.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar