*Untuk melihat semua artikel
Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini
Teluk Cendrawasih tempo doeloe disebut Geelvink Baay. Teluk besar ini dikawal oleh beberap pulau besar Pulau Biak (Misore atau Schouten), Pulau Japen (Langland atau Jobie) dan Pulau Numfor (Bultig). Salah satu pulau kecil di teluk bagian dalam bernama Pulau Moor (masuk kabupaten Nabire). Pada masa kini di kawasan teluk ini dijadikan sebagai taman laut terbesar yang diberi nama Taman Nasional Cenderawasih.
Lantas bagaimana sejarah awal Teluk Cenderawasih? Seperti disebut di atas, teluk ini sungguh besar sehingga pada masa ini terbentuk banyak kabupaten. Kota Manokwari yang menjadi ibu kota Provinsi Papua Barat juga menjadi bagian dari kawasan teluk ini. Teluk besar ini ditemukan orang-orang Belanda (Hollander) pada tahun 1701. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Teluk Cenderawasih, Tempo Doeloe Geelvink Baay: Kapal Fregat Geelvink
Surat kabar di Asterdam, Amsterdamse courant, 25-03-1702 memberitakan bahwa kapal Geelvink tiba dari Oost Indische (Hindia Timur). Pada Peta 1835 teluk Cenderawasih diidentifikasi sebagai Geelvink Baay. Dalam peta ini di bawah nama teluk diberi catatan ‘ditemukan oleh orang-orang Belanda (Hollander) pada tahun 1701. Besar dugaan orang-orang Belanda yang menemukan teluk Cenderawasih tersebut menggunakan kapal Geelvink yang tiba di pelabuhan Amsterdam pada bulan Maret 1702. Itulah asal-usul nama yang diberikan kepada teluk besar itu Geelvink Baay.
Berdasarkan catatan Kasteel Batavia (Daghregister) dicatat nama kapl Geelvink pada tahun 1697. Kapal ini diidentifikasi sejenis freguat. Daghregister, 18 Januari 1698 kapal Geelvink tiba di Amboina dengan surat kepada Tuan Willem van Wijngaarden. Kapali ini kembali di Batavia (Daghregister, 1 Juni 1698). Daghregister, 17 Juni 1700 mencatat penampakan kapal Inggris di Nova Guinea. Kapal Geelven berangkat ke Amsterdam (Dagregister, 29 Desember 1701). Daghregister 28 Juli 1702 mencatat kedatangan kapal Geelvink. Kapal ini kembali ke Belanda dan Daghregister 6 November 1704 mencatat kedatangan kapal Geelvink dari Patria (ibu kota VOC di Belanda). Daghregister, 19 Desember 1704 mencatat bahwa Dewan Hindia (Rade van India), berdasarkan adanya pelanggaran, kapal Geelvink dikirim ke Nova Guinea untuk melakukan tindakan yang diperlukan.
Teluk Geelvink di Papua tampanya menjadi penting bagi Pemerintah VOC di Batavia. Setelah mengklaim penemuannya terhadap teluk pada tahun 1701 dan adanya gangguan (pelaut) asing di Papua (Nova Guinea) pada tahun 1704 oleh Dewan Hindia mengirim kapal Geelvink ke Nova Guinea (karena diduga kapal ini berpengalaman di Papua). Namun gangguan asing si Papua ini tidak disebutkan pakah di teluk Geelvink atau bagian lain pulau. Sebagaimana diketahuii bahwa VOC membuka pabrik kali pertama di Papua (pantai barat Papua) atas persetujuan Soeltan Tidore di Roembati (Tanjung Onim) pada tahun 1678. Teluk Geelvink sendiri berada di pantai utara Papua.
Tampaknya kapal Geelvink berhasil di Nova Guinea dan mendapat hak pembelian di pantai-pantai Papua. Berdasarkan Daghregister, 20 Oktober 1705 kapal Geelvink dan perahu layar orang Papua tiba dari Banda, membawa lima orang penduduk asli dari tanah Nova Guinea. Lima orang ini diduga adalah pemimpin lokal di kota-kota pantai Papua yang datang ke Batavia untuk penandatangan kontrak atau sejenisnya (dengan Gubernur Jenderal). Ini seakan mengindikasikan ada peningkatan status ikatan jika dibandingkan pada tahun 1678 (yang hanya sebatas Soeltan Tidore dan Gubernur Ternate). Berdasarkan Daghregister, 31 Oktober 1705 perahu layar orang Papua (Nova Guinea) membawa sebuah surat kepada Komandan Knol dan dewan serta situs Residen di sepanjang Pantai Timur Jawa. Untuk sekadar catatan: Mayor Govert Knol adalah komandan militer VOC yang melakukan penaklukan di Jawa. Ini bermula setelah ekspedisi dari benteng Missier (Tergal) dilanjutkan dengan ekspedisi dari (benteng) Semarang ke Cartosoera. Ekspedisi ke Cartosoera ini dimulai tanggal 24 Oktober 1705 dibawah pimpinan Herman de Wilde yang mengikuti rute Semarang, Oengaran, Toentang, Salatiga, Cartosoera. Selanjutnya, Govert Knol pada yang berbasis di benteng Semarang, melakukan ekspedisi dari benteng Semarang untuk menaklukkan Soerabaja ke pedalaman dengan memulai ekspedisi dari Soerabaja pada tahun 1706. Mayor adalah pangkat tertinggi militer VOC pada saat itu.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Keindahan Alam Teluk dan Taman Nasional
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar