*Untuk melihat semua artikel Sejarah Diaspora dalam blog ini Klik Disini
Pada saat ini Indonesia berpartisipasi dalam World Expo Osaka 2025, yang sedang berlangsung di Osaka, Jepang dari 13 April hingga 13 Oktober 2025. Pavilium Indonesia mendapat apresiasi cukup tinggi. Bagaimana dengan di masa lampau? Kesertaan Indonesia dalam pameran internasional kali pertama tahun 1883 di Amsterdam dan 1893 di Chicago.
World Expo Osaka 2025, yang juga dikenal sebagai Osaka–Kansai Banpaku, adalah pameran dunia yang sedang berlangsung di Osaka, Jepang dari 13 April hingga 13 Oktober 2025. Tema utama pameran ini adalah "Merancang Masyarakat Masa Depan untuk Kehidupan Kita". Expo ini akan menampilkan inovasi dan teknologi dari berbagai negara, serta menawarkan berbagai pengalaman budaya, seni, dan kuliner. Pameran diselenggarakan di pulau buatan Yumeshima, sekitar 10 kilometer dari pusat kota Osaka. Lebih dari 150 negara dan organisasi internasional berpartisipasi dengan menampilkan paviliun unik mereka. Expo 2025 bertujuan untuk berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan visi Masyarakat 5.0 Jepang. Indonesia berpartisipasi di Expo 2025 dengan paviliun yang menampilkan berbagai aspek budaya, alam, dan teknologi Indonesia. Selain pameran teknologi, Expo juga menawarkan berbagai pengalaman budaya, seni, dan kuliner dari seluruh dunia (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah Indonesia dalam pameran di berbagai negara? Seperti disebut di atas, yang pertama kesertaan Indonesia pada tahun 1883 di Amsterdam. Tentu saja yang terakhir terinformasikan dalam World Expo Osaka, Japan 2025 dimana pavilium Indonesia sangat diapresiasi. Lalu bagaimana sejarah Indonesia dalam pameran di berbagai negara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Sejarah Indonesia dalam Pameran di Berbagai Negara; Pavilium Indonesia di World Expo Osaka, Japan 2025
Pameran adalah suatu kegiatan yang sudah lama ada di berbagai negara. Namun pameran internasional yang akan diadakan di Amsterdam dan dibuka tanggal 1 Mei 1883 menjadi penting. Hal ini karena untuk pertama kali hadir pavilium Indonesia (baca: orang pribumi di Hindia). Panitia Pameran mempersiapkan sejumlah orang untuk dilibatkan dalam kegiatan pameran. Pameran di Amsterdam akan diselenggarakan selama delapan bulan. Dalam pameran ini dari Asia, juga akan ada pavilium Jepang dan pavilium China.
Bataviaasch handelsblad, 16-02-1883:
‘Semarang, 12 Februari. Hari ini diberangkatkan dengan kapal ke Batavia untuk selanjutnya
ke Amsterdam, seorang pria Jawa dan perempuan Jawa, keduanya dari Solo. Keduanya
direkrut oleh Komite Pameran selama delapan bulan untuk melayani di pameran,
pria itu akan menjadi sebagai penjaga rumah, tukang koeda dan pemain gamelan, sementara
wanita itu untuk mengenakan sarong dan membatik di sana. Tidak ada yang
disebutkan tentang penampilan atau pakaian mereka; mereka adalah orang Jawa
biasa’.
Pelayaran dari Batavia ke Belanda sekitar tiga minggu. Rombongan pertama yang awalnya menginap di hotel telah menempati pavilium Indonesia dan memulai aktivitas harian yang menjadi bagian dari pameran itu sendiri. Pameran dalam hal ini tidak hanya sekadar menunjukkan produk buatan Indonesia tetapi juga bagaimana masyarakatnya berperilaku. Di area pameran sudah ada 2 orang asal China dan delapan orang dari Jawa.
Algemeen Handelsblad, 20-03-1883: ‘Lihatlah Insulinde. Tempat pameran akan menampilkan desa Jawa yang dihuni oleh pria, wanita, dan anak-anak Jawa, yang akan melakukan pekerjaan sehari-hari seperti biasa dalam rangka memberikan dorongan bagi wilayah Insulinde. Menurut Conrad, delapan warga Jawa telah didatangkan dan mereka sementara tinggal di Annenhuis telah dibawa ke bangunan baru. Mereka cerdas dan memiliki sifat lembut. Kedua wanita itu khususnya tampak belajar. Begitu mereka melihat salah satu anak penjaga pintu sibuk dengan buku teks Spa-a, mereka sendiri mulai belajar dari buku tersebut. Salah satu wanita belajar merajut hanya dengan meniru seni merajut dari istri penjaga pintu. Dia sekarang sedang mengajar temannya. Tentu saja, adat istiadat orang Jawa cukup primitif dan asli. Ketika tukang cuci membawa pakaian bersih minggu lalu, orang Jawa ingin memberikan pakaian bekasnya juga. Dalam sekejap mata para lelaki itu telah menanggalkan kemeja mereka dan sambil tersenyum ramah, menyerahkannya kepada tukang cuci yang terkejut. Jarang sekali ada tukang cuci yang begitu terkejut! Perlu ditambahkan disini area pavilium Indonesia menggambarkan desa Jawa dan juga sebuah model masjid Atjeh, berukuran 1/20 dari ukuran sebenarnya, yang dibuat oleh insinyur lokal, akan diserahkan ke pameran. Sementara itu, pada hari Jumat, Tuan Tsien Tehpei, Sen Tienchung dan Guzujeng, sekretaris, penerjemah dan anggota komite dari Tiongkok untuk pameran, tiba di sini dari Berlin di Hotel Amerika. Kedatangan mereka terkait dengan kedatangan Stentor, yang membawa kiriman Cina yang sangat penting langsung dari Shanghai. Mereka adalah orang-orang yang beradab dan sangat maju; Sekretarisnya berbicara dalam bahasa Jerman dengan cukup cepat dan penerjemahnya berbicara dalam bahasa Prancis dengan lancar. Di bawah kepemimpinan mereka, pavilium Kekaisaran Cina akan dilaksanakan, dan untuk itu mereka telah memberikan perintah penting. Mereka cukup peka untuk bergerak bebas dan tanpa kendala di jalan-jalan, dan karena mereka akan berada di sini untuk waktu yang cukup lama, ini tentu merupakan cara terbaik untuk memberikan karakter yang sangat biasa pada keanehan penampilan mereka. Orang dapat menemuinya di semua tempat dan acara umum’.
Pameran sendiri akan dibuka
tanggal 1 Mei (lihat Algemeen Handelsblad, 11-04-1883). Disebutkan pameran akan
dibuka HM Raja dan Ratu. Saat ini ada 2.500 orang yang bekerja di lokasi
pameran dan di gedung-gedung, dan jumlah itu akan bertambah tidak kurang dari
seribu besok. Menurut perhitungan moderat, "ada seribu pelukis dan tukang
kayu Amsterdam yang sedang bekerja" Orang melihat tentara Belgia, pekerja
Belgia, orang Prancis, Jerman, Inggris, dan Jawa sedang bekerja. Orang Cina dan
Jepang tidak pernah absen datang setiap hari untuk memeriksa kemajuan pekerjaan
di departemen/pevilium mereka.
Profil kontingen pavilium Indonesia diberitakan surat kabar De Amsterdammer: dagblad voor Nederland, 12-04-1883. Ada beberapa pria yang berasal dari Padangsche Bovenlanden, satu dari Tegal, satu dari Banjoemas, dua dari Banten, satu dari Madioen, satu dari Tangerang, dua dari Buitenzorg, satu dari Aceh, dua dari Solo, dan delapan belas dari Preanger. Sementara yang Wanita dua dari Buitenzorg, lima dari Preanger, satu dari Batavia dan satu dari Solo. Total ada 30 pria dan 9 wanita. Di antara wanita-wanita ini ada tiga penenun, yang akan mengerjakan alat tenun selama beberapa jam sehari. Seluruh kelompok gamelan juga termasuk di antara yang disebutkan adalah perusahaan teh swasta Parakan Salak di Sukabumi yang disutradarai Sonto Taroeno, musisi De roep dan pemain lain yang bekerja di perusahaan teh tersebut untuk memainkan gong dan gambang dari gamelan yang kesemuanya lima belas pemain dan dua ronggèng atau gadis penari.
Opregte Haarlemsche Courant, 18-04-1883: ‘Pameran
Internasional di Amsterdam. Kepada surat kabar resmi pameran, dd. 15 April,
kami meminjam laporan berikut: Keajaiban kini terjadi di tempat pameran.
Pekerjaan yang diperlukan untuk dekorasi dan perlengkapan menara tinggi (yang
membentuk satu kesatuan dengan pintu masuk utama yang monumental) dilaksanakan
dengan kecepatan kilat. Setiap hari memberikan perspektif baru tentang kemajuan
pekerjaan. Tidak ada keraguan lagi: bangunan itu akan selesai, dengan kemungkinan
pengecualian galeri mesin, meskipun ini juga tidak dapat dikatakan dengan
pasti. Terserah kepada peserta untuk menyiapkan segalanya pada waktu pembukaan.
Banyak hal yang sudah ada di sana. Masih banyak lagi yang akan datang. Sebagian
besar siap dikirim di lokasi pengiriman. Selain jalur kereta api yang sudah
dibangun, jalur baru akan dibangun dari Amstel ke lokasi tersebut; semuanya
penuh kehidupan, penuh gerakan; semuanya sibuk, ribuan tangan bekerja. Prancis
dan Inggris, Belgia dan Belanda, Cina dan Jawa, Jerman dan Jepang, semuanya
bekerja dan berjerih lelah di medan yang sangat luas demi karya perdamaian yang
indah. Tidak diragukan lagi tentang kesuksesan yang luar biasa. Bangunan utama
harus diperluas dua kali; perluasan akhir sudah siap, dan masih banyak yang
kecewa. Keragaman menyenangkan yang ditawarkan oleh penempatan bangunan luar
menjanjikan akan menjadikannya suatu masa kejayaan. Salah satu tempat yang
paling menyenangkan mungkin adalah area melingkar yang di sekelilingnya
dibangun restoran-restoran Jerman, Prancis, dan Inggris yang rapi dan elegan,
serta terdapat panggung musik di bagian tengahnya. Paviliun besar Tunis sedang
dalam pembangunan; bangunan kontraktor Holzman sudah siap; paviliun kerajaan
hampir selesai; rumah untuk industri berlian sudah siap; struktur besar dan
tinggi untuk penyerahan kotamadya Amsterdam akan segera berada di bawah tenda;
dimulai dengan kota Paris. Galerie du travail, di mana pekerjaan juga akan
dilaksanakan di malam hari dengan lampu listrik oleh mereka yang telah memesan
kamar, sudah siap; Makanan ringan telah dibuka, dan hari demi hari kami semakin
dekat untuk menyelesaikan banyak bangunan dan struktur di luar pameran
sebenarnya, untuk pameran khusus, untuk pembelian satu atau lain hal, untuk
hiburan atau sesuatu yang layak dilihat. Di hampir semua kamar yang
berperabotan lengkap, bangunan Departemen Seni Rupa yang luas tempat lukisan
dan patung dapat ditempatkan; di dalam bangunan kolonial Belanda orang-orang
sibuk membongkar dan menata; rumah-rumah kampong telah dibangun, jembatan bambu
telah selesai; jembatannya sudah dibangun; Pipa-pipa untuk penyediaan air dan
penerangan gas hampir semuanya sudah terpasang. Tangan yang cepat menambahkan
sentuhan warna pada bagian luar galeri dan bangunan; Sentuhan akhir sedang
dilakukan pada bangunan yang indah untuk pameran bunga. Di galeri utama
sejumlah candi monumental, piramida, dll. telah didirikan; Semua departemen/pavilium
sedang menunggu pengirim’.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pavilium Indonesia di World Expo Osaka, Japan 2025: Tempo Doeloe Sangat Diapresiasi di Amsteram, Chicago dan Paris
Pada tahun 1893 pameran internasional akan diadakan di Chicago, Amerika. Panitia pameran tampaknya telah menyebarkan brosur ke seluruh penjuru dunia. Di Hindia Belanda paling tidak sudah terinformasi tentang peraturan untuk impor bebas barang yang ditujukan untuk Pameran Internasional di Chicago pada tahun 1893 (lihat De nieuwe vorstenlanden, 14-10-1891).
De nieuwe vorstenlanden, 25-07-1892: ‘Mengenai pameran di Chicago, orang
Belanda melaporkan sebagai berikut: Monumen Columbus di tepi danau akan menelan
biaya f50.000 dan akan dibuat oleh Howard Kretschmer dari Chicago. Di atas alas
setinggi 30 kaki, ia akan menjulang setinggi 20 kaki. Alasnya terbuat dari
granit, sedangkan patungnya sendiri terbuat dari perunggu. Sistem kereta api di
area pameran akan menggunakan tenaga listrik dan berada di atas tanah. Akan ada
empat jalur ganda dan satu stasiun setiap 1.000 kaki. Jalan yang ditandai
membawa penumpang dari satu ujung pameran ke ujung lainnya. Setiap perjalanan bagi
penumpang dengan cost 5 sen. Setiap jam dapat mengangkut 20.000 orang. Sebuah
firma besar, yang bergerak di bidang barang-barang yang digunakan oleh dokter,
bermaksud mendirikan tempat tinggal bagi para dokter di gedungnya selama
Pameran. Akan ada ruang baca, ruang merokok, dan ruang membaca, dengan daftar
hotel dan rumah kos. Akan ada juga kantor pos, telegraf, telepon, tempat kunci
dan kemudahan lainnya. Tuan-tuan dapat memanfaatkan semua ini dengan baik. "Tiga
menara, masing-masing setinggi 300 kaki, akan didirikan di bahtera. Satu akan
berada di Midway Plai sance, yang kedua di dermaga di danau, dan lokasi yang
ketiga belum diketahui. Diketahui bahwa rencana untuk mengukir 10.000.000
setengah dolar sedemikian rupa sehingga akan menghasilkan cincin hennue yang
layak di Pameran adalah rencana yang hebat, dan disukai oleh Kabinet dan di
Gedung Putih. Telah diputuskan untuk mengerahkan pasukan sebanyak 1.500 orang,
yang akan dikenal sebagai "Columbian Guard," yang ditugaskan untuk
melindungi para pengunjung Pameran’.
Pada tahun 1892 sudah terinformasikan bahwa orang Indonesia dari Jawa akan disertakan dalam mengikuti pameran di Amerika Serikat di Chicago. Sudah terbentuk dewan (semacam konsorsium) yang akan menyiapkan kesertaan dan persiapan yang diperlukan untuk mengikuti pameran nun jauh di Amerika.
De nieuwe vorstenlanden, 08-08-1892: ‘Kami yakin kami harus menarik
perhatian para arsitek kepada iklan di atas dari dewan (bestuur) Java Chicago
Exhibition Syndicate, yang menawarkan hadiah sebesar 250 gulden kepada siapa
saja yang, sebelum 1 September berikutnya, menyerahkan rencana yang paling
berselera dan praktis untuk sebuah bangunan yang akan berfungsi sebagai teater
di kampung Jawa yang ingin mereka bangun di Chicago. Informasi lebih lanjut
dapat diperoleh dari Bapak EJ Keikhoven di Sinagar, halte Tjibadak, Soekaboemi’.
Partisipasi orang Indonesia di pameran internasional di Chicago dikoordinasikan oleh seorang pengusaha perkebunan teh EJ Keikhoven di onderneming Sinagar di Tjibadak, Soekaboemi. Ini mengingatkan kembali peran pengusahaan asal Soekaboemi yang mana dalam pemeran internasional di Amsterdam tahun 1883 peran pengusaha perkebenun (onderneming) teh Parakan Salak, di Paroeng Koeda, Soekaboemi.
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 08-10-1892:
‘Berdasarkan keputusan tanggal 5 bulan ini, No. 7, Tuan EJ Kerkhoven dari Java
Chicago Exhibition Syndicale diberikan izin untuk merekrut 120 orang Jawa,
dengan tujuan memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan dan pekerjaan di
kampung Jawa pada pameran di Chicago, dengan ketentuan bahwa: (1) ia dengan
menyampaikan petikan keputusan tersebut untuk disampaikan kepadanya, akan
menghadap Kepala Daerah yang bersangkutan untuk memperoleh persetujuannya atas perjanjian-perjanjian
tertentu yang akan dibuat, yang di dalamnya harus dijabarkan dengan semestinya
hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pihak yang bersangkutan, persetujuan mana
tidak akan diberikan sebelum ada bukti yang meyakinkan bahwa para pihak yang
bersangkutan sepenuhnya menyadari syarat-syarat yang mengikatkan diri dan
merasa puas terhadap syarat-syarat tersebut; (b) uang muka yang akan diberikan
kepada yang bersangkutan dibayarkan kepada yang bersangkutan dihadapan Kepala Daerah
yang bersangkutan; (c) ia berjanji untuk memulangkan orang-orang yang
bersangkutan ke tempat asal mereka tanpa dipungut biaya setelah berakhirnya
kontrak, kecuali jika diberikan bukti yang meyakinkan pihak berwenang tersebut
bahwa mereka tidak ingin kembali ke Jawa’.
Dalam perkembangannya, jumlah partisipan pameran internasional di Chicago jauh lebih banyak dibandingkan dengan rencana semula. Para partisipan ke Chicago ini tampaknya hanya orang Indonesia yang berasal dari daerah Soenda dan daerah Jawa. Kontingen Indonesia ke Chicago akan berangkat dari pelabuhan Tandjoeng Priok pada tanggal 12 Februari 1893.
Bataviaasch nieuwsblad, 11-02-1893: ‘Dari Preanger, sekitar 150 pria dan
wanita akan berangkat ke Tandjong Priok pada tanggal 12 bulan ini untuk
beremigrasi. Tujuan mereka adalah pameran di Chicago. Java-bode: nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 14-02-1893: ‘Tuan Mundt,
Kerkhoven (putra) dan Kalff, yang akan ke Chicago dengan membawa koleksi
barang-barang yang dibawa bersama oleh Java Chicago Exhibition Syndicate dan
sejumlah besar pria dan wanita Sunda dan Jawa, juga membawa serta rumah-rumah
yang diperlukan untuk tempat tinggal semua orang di lokasi pameran. Dengan
mementaskan pertunjukan gadis-gadis penari dan kampung dengan biaya masuk
tertentu, sindikat yang berhasil mengumpulkan dana sebesar 150.000 gulden itu
berharap dapat menutupi biaya tersebut sampai batas tertentu’.
Perjalanan dengan laut dari Batavia ke Chicago melalui Afrika Selatan diperkiran sekitar satu bulan. Pameran Chicago sendiri akan berlangsung selama empat bulan. Kontingen pemeran asal Indonesia ke Chicago dalam satu rombongan sekaligus dan telah tiba di Chicago pada tanggal 22 Maret 1893. Pameran sendiri baru akan dibuka tanggal 1 Mei. Ini berarti para partisipan cukup waktu di Chicago untuk mempersiapkan diri termasuk aklimatisasi.
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 01-05-1893:
‘Dari Vancouver kami menerima sejumlah edisi San Francisco Chronicle, yang di
dalamnya diberikan beberapa informasi mengenai pameran Jawa di pameran Chicago,
yang telah tiba dengan selamat di tempat pertama yang disebutkan pada tanggal
22 Maret, dan akan mencapai Chicago dalam lima hari dengan kereta tambahan.
Salju turun di perjalanan dan orang-orang Jawa sangat menderita karena
kedinginan, tetapi itu tidak membahayakan mereka, seperti dikatakan Tn. Mundt.
Rincian mengenai Jawa dan pameran cukup akurat; Disebutkan juga tentang gigitan
orang utan yang dilakukan kepada Tn. Mundt. Tulisan ini diperkaya dengan potret
sejumlah perempuan yang tampak agak tersanjung, dan potret "pangeran
Jawa" yang menjadi ketua pasukan. Orangutan juga digambarkan sedang
diangkat keluar dari kapal. Penulis rupanya mengira bahwa orang Jawa di negeri
ini juga mengenakan sepatu, kaos kaki, dan pakaian hangat yang diberikan kepada
mereka untuk melawan dingin’.
Pameran internasional Chicago secara resmi dibuka pada tanggal 1 Mei 1893. Tampaknya cukup meriah dihadiri banyak orang meski situasi dan kondisi cuaca kurang baik. Sebagai pameran internasional yang terbilang besar selama ini, jurnalis yang hadir juga begitu banyak yang datang dari berbagai negara. Pameran Chicago tidak hanya dikunjungi banyak orang Amerika, juga pameran ini tersiarkan secara luas di banyak negara, tentu saja termasuk di Indonesia (baca: Hindia Belanda).
Algemeen Handelsblad, 03-05-1893: ‘Pembukaan Pameran Chicago. Kami
menerima telegram berikut dari RO (layanan luar biasa), yang tertunda
pengirimannya. Chicago 1 Mei. Itu adalah tontonan yang mengesankan ketika
Cleveland menyatakan pameran tersebut dibuka di hadapan pertemuan 300.000
orang. Hujan turun sepanjang pagi, tetapi saat Cleveland menekan tombol yang
menggerakkan semua mesin, sinar matahari menerobos awan. Tindakan yang
dilakukan aparat untuk mengendalikan massa yang berkumpul di alun-alun besar di
depan istana penyelenggara pameran ternyata sangat tidak memadai. Polisi luar
biasa "Colombian Guard" tidak berdaya menghentikan orang-orang. Di
jalan-jalan yang berbatasan dengan tempat pameran, lumpur setebal enam inci,
sehingga pejalan kaki, kereta kuda, dan trem hanya bisa bergerak dengan susah
payah. Pintu-pintu berbagai bagian pameran dikepung oleh kerumunan besar orang,
yang berebut satu sama lain untuk masuk. Sekilas terlihat bahwa kesehatan
internal seseorang telah membaik secara signifikan dalam seminggu terakhir.
Bagian asingnya hampir siap; Pavilium Amerika belum sejauh itu, kecuali pavilium
pertanian. Pada sektor industri manufaktur, Jerman dengan mudah meraih
kemenangan, disusul Inggris. Lebih dari 300 koresponden surat kabar asing
menghadiri upacara pembukaan; setengah dari populasi mewakili surat kabar
berbahasa Inggris dan Jerman. Saat Cleveland menyampaikan pidatonya, kerumunan
besar berdesakan di panggung, tempat kursi telah disediakan bagi perwakilan
pers. Pada satu titik, koresponden Jerman dan Italia, yang mungkin takut akan
diserbu, mencoba menyerbu peron; Namun, mereka ditolak oleh polisi. Hal ini
menyebabkan keributan, di mana dua atau tiga penulis surat kabar ditangkap’.
Berdasarkan berita yang dikutip dari pers Amerika, kontingen dari Jawa dan Jepang dapat dianggap kiontingen/pavilium yang tampak lebih tenang. Di dua pavilium Asia tersebut para partisipasi tidak begitu terganggu dengan hiruk pikuk alam Amerika, tetapi tetap dengan tenang menunjukkan penampilan yang baik dan bersahaja di keguatan pameran. Pavilium Jawa dan Jepang tampaknya telah mewakili keanggunan Asia di Amerika.
De avondpost, 04-05-1893: ‘Barangkali tidak ada tempat di planet kita ini
yang memiliki populasi dari begitu banyak bangsa, dan kini muncullah
orang-orang Turki, Arab, Jawa, Eskimo, dan lain sebagainya, yang semuanya
mengenakan kostum khas dan adat istiadat serta kebiasaan mereka yang khas.
Orang Mesir sudah cukup betah di bar-bar. “Amerika, negara yang bagus” kata
mereka dalam bahasa mereka yang fasih, “banyak wiski”. Orang Jawa dan Jepang
adalah satu-satunya orang Timur yang tidak membiarkan diri mereka diganggu:
mereka menyelesaikan tugas mereka, tinggal di area pavilium sendiri dan memberi
bukti peradaban yang lebih besar dan keseriusan’.
Pameran Chicago tampaknya sukses. Setelah penyelenggaraan pameran itu cukup lama berlangsung, selama empat bulan, akhirnya pameran ditutup pada tanggal 29 Agustus 1893. Para partisipan dari berbagai negara kembali ke negaranya masing-masing.
Bataviaasch nieuwsblad, 25-10-1893: ‘Kontingen dari Jawa sangat sukses.
Mereka diapresiasi oleh pengunjung pameran. Hari terendah mereka adalah 4.000
pengunjung; 16.000 terbaiknya, rata-ratanya sekitar 8.000 pengunjung per hari.
Direktur GLJ de Bruijn mengatakan bahwa mereka mungkin akan berangkat ke
Antwerp (Belgia) dalam beberapa hari untuk mengambil bagian dalam pameran tahun
depan. Mereka akan meninggalkan Chicago dalam waktu 3 atau 4 hari ini. Wakil
presiden pertama pameran di Antwerp telah mengundang mereka ke pameran Belgia
dan menjanjikan perlakuan yang layak’.
Tempo Doeloe Sangat Diapresiasi di Amsteram, Chicago dan Paris: Orang Indonesia dalam Pemeran di Jepang pada Tahun 1939
Orang Indonesia, orang Cina dan orang Jepang adalah yang terbilang kerap mengikuti pameran internasional seperti di Amsterdam tahun 1883 dan di Chicago tahun 1893. Di Indonesia (baca: Hindia Belanda) pameran nasional juga diadakan namun umumnya diadakan di Jawa. Di Jepang juga diadakan pamaran nasional seperti yang diadakan pada tahun 1897 (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 11-03-1897). Untuk pameran nasional Jepang yang kelima yang akan diadakan pada tahun 1903 akan mengundang pertama kali negara-negara asing.
De locomotief: Samarangsch handels- en
advertentie-blad, 16-09-1897: ‘Pameran Jepang. Pemerintah Jepang bermaksud
menyelenggarakan pameran industri nasional yang besar di Osaka pada tahun 1903.
Salah satu keistimewaannya adalah adanya bagian khusus untuk pameran
barang-barang yang diproduksi atau diolah di luar negeri, yang dapat mengarah
pada perbandingan dan peningkatan industri. Tujuan utamanya adalah untuk
memberikan kesempatan kepada para industrialis untuk mempelajari produk-produk
terkini penemuan Barat dengan tujuan untuk meningkatkan industri Jepang’.
Panitia Pameran Jepang di Osaka tahun 1903 telah memulai kegiatannya. Brosur telah dikirim ke berbagai negara, termasuk ke Indonesia (baca: Hindia Belanda) melalui konsulnya. Di Batavia sudah ada konsul Jepang.
De nieuwe vorstenlanden, 07-05-1902: ‘Menurut apa
yang dilaporkan surat kabar, Pemerintah Jepang akan menyampaikan surat edaran
berikut kepada produsen di luar negeri melalui persetujuan konsulnya; Sensus
industri nasional besar yang direncanakan oleh pemerintah Kekaisaran Jepang!
yang akan diselenggarakan di Osaka pada tahun 1903, akan memberikan ciri baru
dan menarik yang belum pernah ada pada pameran-pameran nasional Jepang, dan
Pemerintah Kekaisaran ingin menarik perhatian para produsen asing dan dunia
industri pada umumnya. Itulah yang dimaksud dengan penyediaan "gedung
khusus" untuk sampel dan spesimen barang-barang tersebut, yang diproduksi
atau dibuat di luar negeri, dan yang mungkin berharga untuk perbandingan atau
referensi’.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar