Sekurang-kurangnya terdapat sebanyak 260 etnik yang bertempat tinggal di Kota Depok. Lima etnik yang
terbilang signifikan (persentasenya di atas dua persen) adalah Betawi, Jawa,
Sunda, Batak dan Minangkabau. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa
persentase etnik terbanyak adalah Betawi sebanyak 36.70 persen, kemudian
disusul etnik Jawa dengan persentase sebanyak 33.07 persen. Sementara etnik Sunda di posisi ketiga persentase
sebanyak 16.50 persen. Sedangkan dua etnik lainnya yang persentasenya di atas
dua persen adalah etnik Batak (2.91 persen) dan etnik Minangkabau (2.66
persen). Pertanyaannya, etnik mana yang menjadi penduduk ‘asli’? Betawi or
Sunda?
Mengenal Sejarah Tata Ruang Sosial Ekonomi Depok, Bogor (Buitenzorg), Jakarta (Batavia) dan Bandung (Preanger) serta Wilayah Lainnya di Indonesia (Nederlandsch Indie)
Kamis, 18 Oktober 2012
Minggu, 14 Oktober 2012
Bahasa Sehari-hari di Kota Depok: Promosi Bahasa Indonesia, Degradasi Bahasa Sunda
Kota
Depok adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada umumnya masyarakat Jawa
Barat menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari di rumah.
Akan tetapi tidak demikian di sejumlah kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi
Jawa Barat. Di Kota Depok sendiri ada sebanyak 82.63 persen warganya yang menggunakan
bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari di rumah. Ini sangat kontras dengan yang menggunakan bahasa Sunda yang hanya tersisa sebanyak 2.80 persen saja. Anehnya, penggunaan bahasa Betawi dan bahasa Jawa
justru lebih menonjol di Kota Depok jika dibandingkan dengan bahasa Sunda
sendiri. Ini mengindikasikan bahwa bahasa sehari-hari di Kota Depok semakin
Indonesia dan sebaliknya bahasa Sunda semakin terdegradasi. Lantas bagaimana di kabupaten/kota lainnya di Indonesia, khususnya
di Provinsi Jawa Barat?
Sabtu, 13 Oktober 2012
Perumahan di Kota Depok: Where Do You Live?
Jumlah
rumah tangga di Kota Depok berdasarkan Sensus Penduduk 2010 adalah sebanyak
440.475 unit rumah tangga. Dari jumlah tersebut terdapat sebanyak 64.62 persen
rumah yang ditempati berstatus milik sendiri. Sebanyak 96.25 persen dari mereka
yang memiliki rumah sendiri dapat menunjukkan ada bukti kepemilikan tanah dari
rumah tersebut. Jenis bukti kepemilikan tanah sebagian besar adalah sertifikat
hak milik (SHM). Namun demikian, kepemilikan SHM tampaknya tidak distribusi
merata di sebelas kecamatan. Kepemilikan SHM yang terbilang sedikit terdapat di
Kecamatan Limo, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Bojongsari dan Kecamatan
Cipayung. Sementara kepemilikan SHM yang terbilang tinggi terdapat di Kecamatan
Beji, Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Pancoranmas.
Penduduk Kota Depok: Where Are You From?
Penduduk
Kota Depok pada tahun 2010 berjumlah sebanyak 1.736.565 jiwa. Dalam kurun
waktu 10 tahun (2000-2010), penduduk Kota Depok naik sebesar 66,84 persen. Hasil
Sensus Penduduk 2000 jumlah penduduk Kota Depok sebesar 1.160.791 jiwa. Hasil
Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa 49,91 persen lahir di Provinsi Jawa
Barat, 23,68 persen di DKI Jakarta, 12,09 persen di Jawa Tengah, 3,70 di Jawa
Timur dan 2,16 di Sumatera Utara. Total lima provinsi ini adalah 91.53
persen. Sementara 8,47 persen lagi lahir
di provinsi lainnya. Penduduk yang lahir di Jawa Barat, sebagian besar lahir di Kota Depok (72.50 persen) dan sebanyak 9.77 persen lahir di Kabupaten Bogor serta 3.70 lahir di Kota Bogor. Sementara penduduk yang lahir di Provinsi DKI Jakarta, persentase tertinggi lahir di Jakarta Seatan (45.47 persen) disusul Jakarta Timur (22.63 persen) dan Jakarta Pusat (21.26 persen). Catatan: Dari 1,7 juta penduduk Kota Depok tahun 2010, sebanyak 5.21
persen bertempat tinggal di Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2005.
Selasa, 18 September 2012
Universitas Indonesia: Sebuah Otonomi Perguruan Tinggi yang Berlokasi di Daerah Otonomi Kota Depok yang Mengikuti Kebijakan Provinsi DKI Jakarta
Kampus UI dari sisi Kota Depok |
Menurut
pemahaman umum, Universitas Indonesia berada
di Kota Depok. Namun tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya alamat Universitas
Indonesia di dalam kop surat resmi dicantumkan dua alamat: (1) Kampus Salemba,
Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta 10430 (2) Kampus Depok, Depok 16424. Adanya
dua alamat ini karena Universitas
Indonesia yang sebelumnya berlokasi di Jakarta, tahun 1987 memilih pindah ke
Depok. Akan tetapi hingga sekarang belum semua fakultas pindah karena masih ada
dua fakultas lagi yang masih di Jakarta yakni Fakultas Kedokteran dan Fakultas
Kedokteran Gigi. Pertanyaannya, apakah karena dua fakultas yang tersisa di
Jakarta itu yang menyebabkan Universitas Indonesia memiliki dua alamat? Namun
yang membingungkan, bukankah gedung rektorat (kantor rektor UI) sudah sejak
lama berada di Kota Depok? Lantas mengapa UI tetap merujuk ke Jakarta?
Minggu, 09 September 2012
Kampung Orang Asli di Metropolitan Depok: Cikal Bakal Pemukiman Urban di Kota Depok
Peta Depok Sekitar, 1850 |
Pada
masa ini Kota Depok terdiri dari 63 kelurahan yang tersebar di 11 kecamatan. Lima
tahun yang lalu, di Kota Depok masih ada yang berstatus desa Dalam terminilogi
sekarang, desa/kelurahan adalah suatu wilayah administratif pemerintahan yang mana kelurahan berciri urban (perkotaan)
dan desa berciri rural (perdesaan). Desa-desa yang kini telah menjadi
kelurahan-kelurahan di Kota Depok pada masa lalu terdiri dari kampung-kampung.
Dengan kata lain satu atau beberapa kampung dibentuk menjadi desa. Namun
seiring dengan terbentuknya desa-desa dan berubah menjadi kelurahan, nama-nama kampung
lambat laun mulai kurang populer dan menghilang. Dengan semakin banyaknya warga
pendatang, maka yang muncul ke permukaan adalah nama perumahan, nama kawasan
atau pusat-pusat bisnis, serta nama-nama lainnya. Kini warga Depok lebih
mengenal Margocity daripada Kampung Gedong; Perumnas Depok I atau II daripada
Kampung Sugutamu; Depok Baru daripada Kampung Lio dan sebagainya. Berikut
adalah nama-nama kampung orang asli di Depok.
Langganan:
Postingan (Atom)