Soekarno dan Hatta (Java-bode, 16-09-1957) |
Mengenal Sejarah Tata Ruang Sosial Ekonomi Depok, Bogor (Buitenzorg), Jakarta (Batavia) dan Bandung (Preanger) serta Wilayah Lainnya di Indonesia (Nederlandsch Indie)
Senin, 01 Mei 2017
Sejarah Kota Padang (23): PRRI, ‘Pertarungan Pemimpin Republik Indonesia’; Soekarno vs Hatta, Nasution vs Lubis
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disin
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI) vs Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah sepenggal
kisah buruk dalam perjalanan RI. PRRI boleh jadi mungkin tidak sungguh-sungguh
ingin berperang secara revolusioner, karena bukan itu tujuannya. NKRI juga boleh jadi
mungkin tidak sungguh-sungguh ingin menyerang kubu PRRI secara membabi buta, karena
bukan itu misinya. Pemerintah RI mengutus tiga delegasi: Delegasi pertama dipimpin oleh Abdoel Haris Nasution. Delegasi kedua dipimpin oleh Eny Karim. Delegasi ketiga oleh Djoeanda dan Sanusi. Pemimpin PRRI 'kurang sepakat' dengan hasil perundingan tiga delegasi. Ultimatum RI juga tidak digubris PRRI. Presiden Soekarno ingin melakukan penyerangan. Pertama, Soekarno meminta M. Hatta persetujuan, M. Hatta menolak. Kedua, Soekarno memerintah Abdoel Haris Nasoetion menyerang, Abdoel Haris Nasoetion mendelegasikan kepada Achmad Yani. Foto Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 16-09-1957
Jumat, 28 April 2017
Sejarah Kota Padang (22): Eny Karim, Tokoh Berasal dari Tapanuli? Lika Liku Menelusuri Sejarah Masa Lampau
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disin
Menelusuri data
dan informasi tentang Eny Karim sangat melelahkan. Petunjuk bahwa Eny Karim
berasal dari Tapanuli sudah saya temukan beberapa tahun yang lalu ketika
menulis serial artikel Kota Medan. Petunjuk ini juga muncul ketika menulis
serial artikel Kota Bandung. Lantas apakah dalam serial artikel Kota Padang ini
dapat menambah keterangan siapa dan bagaimana Eny Karim? Eny, juga ditulis Eni
dan Enie.
Eny
Karim adalah tokoh penting di Sumatera Barat maupun di Sumatera Utara. Namun, sejauh
ini sangat sulit mendapatkan data dan informasi tentang Eny Karim. Informasi
tentang Eny Karim yang ada di Wikipedia terbilang minim jika dibandingkan
dengan kiprahnya. Adakah data dan informasi tentang Eny Karim terjadi missing
link? Peran penting Eny
Karim adalah pimpinan delegasi pemerintah (pusat) ke Kota Padang dalam upaya
normalisasi di Sumatera Tengah (daerah) pada peristiwa PRRI (1957).
Eny Karim (wikipedia_ |
Di
dalam Wikipedia, dengan melihat sepintas namanya, Eny Karim disebut seorang putri
padahal Eny Karim adalah putra. Ini menunjukkan bahwa mengidentifikasi siapa
Eny Karim memang tidak mudah. Suatu teka-teki. Untuk kelengkapan sejarah
nasional, tantangan untuk menjawab teka-teki tersebut masih menggoda meski
penelusurannya terbilang cukup berlika-liku.
Senin, 24 April 2017
Sejarah Kota Padang (21): Abdoel Hakim, Satu-Satunya Orang Pribumi yang Menjadi Wakil Wali Kota di Era Belanda (1931-1942)
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disin
Kota Padang diubah statusnya menjadi kota (gemeente) pada
tanggal 1 April 1906 (Kota Medan pada tahun 1909). Suatu kota dibentuk menjadi
gemeente karena hal khusus: kepadatan penduduk yang tinggi dan keragaman suku
bangsa, dan yang lebih penting kota dinominasikan untuk mampu membiayai sendiri
(dalam arti ekstensifikasi dan intensifikasi pajak). Untuk perencanaan dan
pengawasan dibentuk dewan kota (gemeenteraad) yang melibatkan orang-orang non
Eropa/Belanda untuk fungsi legislatif. Pimpinan dewan berada di tangan Asistem
Residen. Setelah adanya wali kota (Burgemeester) fungsi eksekutif dan legislatif
berada di tangan wali kota.
Jabatan wali kota (Burgemeester) sesungguhnya
baru diadakan pada tahun1916 di Kota Batavia dan Kota Soerabaja. Kemudian
menyusul di Kota Medan (1918) dan Kota Bandung (1920). Di Kota Padang sendiri
jabatan wali kota kali pertama diadakan tahun 1928. Tidak semua kota di Hindia
Belanda memiliki walikota. Fungsi pemerintahan di kota-kota lainnya
dilaksanakan oleh Asisten Residen. Namun tidak semua wali kota didampingi oleh
wakil wali kota (Loco Burgemeester).
Dr. Abdoel Hakim (1949) |
Dalam sejarah Hindia Belanda (baca: Indonesia), hanya ada dua kota (gemeente) yang pernah
memiliki wakil wali kota (loco burgemeester) yang berasal dari orang pribumi.
Dua wakil wali kota tersebut adalah M. Husni Thamrin di Kota Batavia dan Abdoel
Hakim di Kota Padang. Menariknya, jabatan wakil wali kota Kota Padang ini
dipegang Abdoel Hakim selama 11 tahun (1931-1942). Suatu waktu yang terbilang
sangat lama bagi seorang wakil wali kota, apalagi pribumi.
Sabtu, 22 April 2017
Sejarah Kota Padang (20): Sejarah Sepakbola Kota Padang, Ini Faktanya; Bermula di Plein van Rome
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disin
Sepakbola bermula dari orang-orang Eropa. Itu yang ditemukan di berbagai kota seperti di Medan (1891), Batavia (1894), Soerabaja (1889), Semarang dan Bandoeng (1903). Ini berarti sepakbola kali pertama ditemukan di Medan. Meski demikian adanya, namun kompetisi sepakbola kali pertama dilaksanakan di Batavia (1904). Lapangan yang digunakan untuk sepakbola di Medan adalah Esplanade (aloon-aloon), di Batavia adalah Koningsplein (kini lapangan Monas) dan di Bandoeng adalah Pieters Park (kini taman Balai Kota). Sementara di Kota Padang adalah Plein van Rome (kini Lapangan Imam Bonjol).
Salah satu klub
yang berkompetisi di Batavia (Bataviasch Voetbal Bond) adalah Docter Djawa
Voetbalclub. Klub ini pemainnya adalah mahasiswa Docter Djawa School/STOVIA.
Secara teknis klub ini adalah klub orang-orang pribumi. Di Medan sudah ada klub
orang-orang pribumi, seperti Sultan dan Tapanoeli Voetbalclub. Pada tahun 1907
Docter Djawa VC melakukan pertandingan persahabatan dengan Tapanoeli VC di
Medan. Salah satu pemainnya adalah Radjamin Nasoetion. (kelak diketahui
Radjamin Nasution adalah pendiri perserikatan Medan dan perserikatan
Soerabaja).
Sepakbola bermula dari orang-orang Eropa. Itu yang ditemukan di berbagai kota seperti di Medan (1891), Batavia (1894), Soerabaja (1889), Semarang dan Bandoeng (1903). Ini berarti sepakbola kali pertama ditemukan di Medan. Meski demikian adanya, namun kompetisi sepakbola kali pertama dilaksanakan di Batavia (1904). Lapangan yang digunakan untuk sepakbola di Medan adalah Esplanade (aloon-aloon), di Batavia adalah Koningsplein (kini lapangan Monas) dan di Bandoeng adalah Pieters Park (kini taman Balai Kota). Sementara di Kota Padang adalah Plein van Rome (kini Lapangan Imam Bonjol).
Plein van Rome, Alang Lawas Padang (1930) |
Sepakbola di
Padang
Sepakbola
sendiri di Kota Padang tentu saja sudah dikenal. Siapa yang memperkenalkan
sepakbola sudah barang tentu orang-orang Eropa sebagaimana di kota-kota lain.
Pada tahun 1908 di Padang dilaporkan terdapat sebanyak 17 klub sepakbola
(Soerabaijasch handelsblad, 04-01-1908). Jumlah ini bukan sedikit. Klub-klub
tersebut terdiri dari klub orang-orang Eropa/Belanda (sipil dan militer) dan
klub-klub orang Melayu, Kling, Arab dan Tionghoa. Klub-klub itu menggunakan
lapangan Plein van Rome (Gereja Katolik Roma) yang memiliki empat lapangan
sepakbola yang berdampingan yang kualitasnya terbilang baik. Lapangan sepakbola
ini berada di Alang Lawas.
Kamis, 20 April 2017
Sejarah Kota Padang (19): Abdoel Moeis Jaga Jarak Sarikat Islam, Kritik Boedi Oetomo; Sumatranen Bond Didirikan
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disin
Abdoel
Moeis lahir di Sungai Puar, Agam, 3 Juli 1883. Setelah tamat ELS, Abdoel Moeis melanjutkan
pendidikan ke Batavia di STOVIA. Oleh karena tidak berhasil menyelesaikan
pendidikannya, Abdoel Moeis memulai karir sebagai pegawai pemerintah di Bandoengsche
Afdeelingsbank di Bandoeng. Kemudian pada tahun 1911 dipindahkan menjadi Mantri
Loemboeng di Afdeeling Bandoeng (De Preanger-bode, 11-03-1911). Pada tahun
1913, Abdoel Moeis diketahui bekerja di surat kabar De Preanger-bode yang
terbit di Bandoeng sebagai corrector (De Preanger-bode, 01-01-1913).
Abdoel Moeis (1916) |
Sarikat Islam
Ketika
Sarikat Islam membuka cabang di Bandoeng, Abdoel Moeis ikut berpartisipasi yang duduk sebagai
sekretaris (lihat De Preanger-bode, 10-02-1913). Abdoel Moeis juga menjadi
editor mingguan Serikat Islam, yang menyuarakan misi Sarikat Islam. Dalam edisi
No. 2 terdapat tulisan dari Dr. Tjipto dan Soewardi (De Preanger-bode, 16-03-1913).
Dalam perkembangannya tiga orang komite SI ditangkap: Tjipto Mangoenkoesoemo
(di kantor redaksi majalah Expres), Suardi Surjaningrat dan Abdul Moeis (di kantor
administrasi Preanger Bode). Mereka ditangkap polisi karena alasan provokatif. Selain
juga Wigna di Sastra, hoofdredacteur van de Kaoem Moeda juga ditangkap (Bataviaasch
nieuwsblad, 31-07-1913).
Rabu, 19 April 2017
Sejarah Kota Padang (18): Ida Loemongga, Perempuan Indonesia Pertama Bergelar Ph.D (1931); Like Mother, Like Daughter
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Padang dalam blog ini Klik Disin
Pada tanggal 22 Maret 1905 di Padang, pasangan Haroen Al Rasjid dan Alimatoe’ Saadiah sangat berbahagia. Putri pertama mereka lahir. Putri mereka yang cantik itu diberi nama Ida Loemongga. Keluarga muda ini kemudian pindah ke Sibolga, karena Haroen Al Rasjid yang dokter lulusan Docter Djawa School tahun 1902 ini dipindahkan dari Padang ke Sibolga. Setelah beberapa tahun di Tapanoeli dan masa dinas berakhir, Haroen Al Rasjid meminta pension dan akan membuka dokter praktek di Telok Betong, Lampong. Pada tahun 1918, Ida Loemongga diterima sebagai siswa di Prins Hendrik-school di Batavia.
Prins Hendrik-school sekolah paling elit di Batavia
menerima pendaftaran murid baru (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 14-05-1918). Untuk afdeeling-B HBS (SMA jurusan IPA), dari
ratusan siswa yang diterima dari berbagai kota, antara lain: sebagai berikut: Padang:
A. de Bruin, S. Le Febvre, JW. Meijer, S. Quittner, J. Ch. van Reenen, EH.
Westerbeek (m.), F. van Alphen, HA. de .Tongh Swemor, Lie Lee Sian Nio (m.), SG,
Evers (m.), FC. Alexander (m.), J. Kroegmans (m.), Corie Oeij (in.), A. Davies
(m.), AW. Ch. Bouwmeester (m.), EV, Koodering Clemens (m.), AHF. Geertsema
Beckering (m.) en C. Kromhout (m.); Medan: E. Bonebakker (m.), AM. Scrvaas
(m.), JC. Hoppe (m.), HL. Fliers (m.), FH. Doornik (m.), E. Baume (m.), EPJ.
Duson, A. Everaars, EH. Vorster, V. Th. Holl, TA. Swamhuysen, M. Th. van Rijck,
en WF. Fliers. Te1ok Betong: M. G.. van Hunink (m.), en Haroen al Rasjad Ida
Loemongga (ms.).
Pada tanggal 22 Maret 1905 di Padang, pasangan Haroen Al Rasjid dan Alimatoe’ Saadiah sangat berbahagia. Putri pertama mereka lahir. Putri mereka yang cantik itu diberi nama Ida Loemongga. Keluarga muda ini kemudian pindah ke Sibolga, karena Haroen Al Rasjid yang dokter lulusan Docter Djawa School tahun 1902 ini dipindahkan dari Padang ke Sibolga. Setelah beberapa tahun di Tapanoeli dan masa dinas berakhir, Haroen Al Rasjid meminta pension dan akan membuka dokter praktek di Telok Betong, Lampong. Pada tahun 1918, Ida Loemongga diterima sebagai siswa di Prins Hendrik-school di Batavia.
Ida Loemongga, saat sidang terbuka di Amsterdam, 1932 |
Pada tahun 1922 Ida Loemongga lulus
afdeeling-B (IPA) di Prins Hendrik School, lantas diterima ujian masuk di
STOVIA. Namun karena Ida Loemongga tergolong cerdas, maka Ida Loemongga
termasuk yang direkomendasikan langsung untuk melanjutkan pendidikan ke Negeri
Belanda. Keluarga Ida Loemongga tidak keberatan dan sangat mendukung. Ida
Loemongga yang diterima di Universiteit Utrecht didukung semua keluarga besar.
Ida Loemongga lantas berangkat sendiri pada tahun 1923.
Langganan:
Postingan (Atom)