*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
PON,
Pekan Olah Raga, bukan lagi olah raga sepekan (seminggu). Memang pekan tidak
hanya diartikan tempo doeloe sebagai minggu, tetapi juga diartikan sebagai
pasar. Lantas arti mana yang dimaksud untuk pekan olah raga: minggu atau pasar.
Hingga saat ini sudah dilupakan dan tidak ada yang ingat. Itu hal lain yang
tidak penting lagi. Yang jelas kini sedang berada pada bulan PON, yang
dilaksanakan di Papua (Jayapura dan Merauke) yang akan dibuka besok tanggal 2
Oktober 2021.
Setelah dibentuk pada tahun 1946, Persatuan
Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang dibantu oleh Komite Olimpiade Republik
Indonesia (KORI) - keduanya telah dilebur dan saat ini menjadi KONI -
mempersiapkan para atlet Indonesia untuk mengikuti Olimpiade Musim Panas XIV di
London pada tahun 1948. Usaha Indonesia untuk mengikuti olimpiade pada saat itu
menemui banyak kesulitan. PORI sebagai badan olahraga resmi di Indonesia pada
saat itu belum diakui dan menjadi anggota Internasional Olympic Committee
(IOC), sehingga para atlet yang akan dikirim tidak dapat diterima dan
berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia tersebut. Pengakuan dunia atas
kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh pada waktu itu
menjadi penghalang besar dalam usaha menuju London. Paspor Indonesia pada saat
itu tidak diakui oleh Pemerintah Inggris, sedangkan kenyataan bahwa atlet-atlet
Indonesia hanya bisa berpartisipasi di London dengan memakai paspor Belanda
tidak dapat diterima. Alasannya karena delegasi Indonesia hanya mau hadir di
London dengan membawa nama Indonesia. Alasan yang disebut terakhir ini
menyebabkan rencana kepergian beberapa anggota pengurus besar PORI ke London
menjadi batal dan menjadi topik pembahasan pada konferensi darurat PORI pada
tanggal 1 Mei 1948 di Solo. Mengingat dan memperhatikan pengiriman para atlet
dan beberapa anggota pengurus besar PORI ke London sebagai peninjau tidak
membawa hasil seperti yang diharapkan semula, konferensi sepakat untuk
mengadakan Pekan Olahraga yang direncanakan berlangsung pada bulan Agustus atau
September 1948 di Solo. Pada saat itu Solo telah memenuhi semua persyaratan
pokok dengan adanya stadion Sriwedari dengan kolam renang. Selain itu seluruh
pengurus besar PORI berkedudukan di Solo sehingga hal inilah yang menjadi
bahan-bahan pertimbangan bagi konferensi untuk menetapkan Kota Solo sebagai kota
penyelenggara Pekan Olahraga Nasional pertama (PON I) pada tanggal 8 sampai
dengan 12 September 1948. PON I juga membawa misi untuk menunjukkan kepada
dunia luar bahwa bangsa Indonesia dalam keadaan daerahnya dipersempit akibat
Perjanjian Renville, masih dapat membuktikan sanggup mengadakan acara olahraga
dengan skala nasional.
Lantas
bagaimana sejarah PON? Seperti disebut di atas, PON pertama diadakan di Solo
tahun 1948 pada saat perang kemerdekaan. Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia
oleh Belanda pada tahun 1949, penyelenggaraan yang kedua diadakan di Jakarta
pada tahun 1951 dan kemudian yang ketiga di Medan. Kini penyelenggaraannya
diadakan di Jayapura dan Merauke. Lalu bagaimana sejarah PON? Seperti kata ahli
sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.