*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Ada nama jalan di Bandung disebut Jalan Lembong. Adolf Gustaaf Lembong adalah Letnan Kolonel TNI yang terbunuh di Bandung 23 Januari 1950 oleh pasukan KNIL di bawah komando Raymond Westerling. Atas permintaan keluarga, kuburun Letnan Kolonel Lembong dipindahkan dari Bandung ke Djakarta. Juga atas permintaan keluarga kepada pemerintah Kota Bandung nama Adolf Gustaaf Lembong dijadikan nama jalan.
Ada nama jalan di Bandung disebut Jalan Lembong. Adolf Gustaaf Lembong adalah Letnan Kolonel TNI yang terbunuh di Bandung 23 Januari 1950 oleh pasukan KNIL di bawah komando Raymond Westerling. Atas permintaan keluarga, kuburun Letnan Kolonel Lembong dipindahkan dari Bandung ke Djakarta. Juga atas permintaan keluarga kepada pemerintah Kota Bandung nama Adolf Gustaaf Lembong dijadikan nama jalan.
Nieuwsblad van het Zuiden, 18-07-1945 |
Adolf Gustaaf Lembong adalah
tentara yang langka. Kisahnya yang berlika-liku membuat Letnan Kolonel Lembong
semakin langka. Itulah alasan artikel ini dibuat. Untuk memahami sejarah Letnan
Kolonel Lembong mari kita telusuri sumber-sumber tempo dulu.
Kisah Letnan Adolf Lembong di Filipina
Kisah Adolf Lembong kali pertma
muncul di surat kabar Nieuwsblad van het Zuiden, 18-07-1945 yang merilis berita dari kantor berita ANP-Aneta
yang bersumber dari Arnold Vas Dias (direktur pelaksana Aneta). Disebutkan Letnan Adolf Lembong bersama sembilan
temannya (semuanya sersan) melarikan diri dari kamp konsentrasi Jepang di Filipina lalu bergabung
dengan pejuang gerilya Filipina. Disebutkan gerilya Filipina ini berada di
bawah komando Amerika. Adolf Lembong dan pasukan kecilnya dalam bergerilya
melawan militer Jepang di Filipina tetap menggunakan bendera Belanda (merah
putih biru). Bendera itu dibuat oleh istri Lembong, Asuncion Angel.
Satu hal yang menarik di dalam berita ini, ketika pasukan Amerika
mendarat di Teluk Lingay pada tanggal 9 Januari 1945 gerilyawan ini
menyambutnya. Diantara kelompoj gerilyawan yang menyambut tersebut terdapat 10
orang yang mengibar-ngibarkan bendera tri color Belanda. Sang komandan Amerika
sempat mengira pasukan kecil Adolf Lembong adalah pasukan yang dikirim
Belanda: ‘Ketika kami melihatmu berdiri disana dengan warna merah putih dan
biru itu, kami berpikir sejenak bahwa Belanda telah mendahului kam’, kata komandan
Amerika itu kepada Lembong setelah mendarat. Tiga hari sebelum Lembong dan gerilyawan
bertemu dengan orang Amerika, mereka telah terlibat pertempuran sengit dengan
konvoi truk Jepang dalam perjalanan mereka ke San Leon. Dalam pertempuran itu 27
orang Jepang terbunuh sementara gerilyawan tanpa mengalami kerugian yang
berarti.
Asuncion Angel adalah seorang perempuan
muda Filipina, Asuncion Angel adalah seorang pejuang gerilya Filipina yang
telah berulang kali menembus garis demarkasi Jepang dan tiga kali ia dipenjara
oleh Jepang. Asuncion Angel menikah dengan
Lembong pada tanggal 26 Oktober 1944 dalam usia 24 tahun lahir di Manado,
Sulawesi.
Arnold Vas Dias menceritakan sebelum perang (pendudukan) Jepang Lembong
dipekerjakan Pemerintah Hindia Belanda sebagai tentara KNIL. Setelah pendudukan
militer di Jawa Lembong termasuk yang diinternir dan berlangsung selama berbulan-bulan
di kamp konsentrasi Jepang. Awalnya dibawa ke Rabaul di Nieuw Brittanie dan
kemudian pada bulan Mei 1943 dipindahkan ke Filipina. Dengan teman-temanya berakhir
di sebuah kamp di Gonzalez, Provinsi Pangaison. Di kamp ini Lembong dan
kawan-kawan menemukan koneksi antara gerilyawan dan tahanan di kamp. Gerilyawan
membawa pesan dari komandan Amerika mereka Mayor Robert B. Lapham, dimana Lembong dan
teman-temannya diberitahu bahwa mereka harus bersiap untuk melarikan diri. Lembong
dan teman-temannya benar-benar melarikan diri pada tanggal 6 Agustus 1943 dan
tiba setelah 2 hari dua malam di kamp gerilya. Di kamp gerilya ini Lembong dan
teman-teman diterima oleh komandan Amerika, Dalam bergerilya Lembong dan
teman-teman masih memakai seragam yang lama karena tidak ada pakaian lain yang
tersedia.Setelah beberapa saat, Lembong diangkat menjadi perwira gerilyawan,
Dalam perkembangannya Lembong ditangkap oleh militer Jepang pada bulan Januari
1944 tetapi empat bulan kemudian Lembong dapat melarikan diri dengan bantuan Asuncion
Angel.
Pada tanggal 12 April 1945, Lembong dan bersama sembilan temannya meninggalkan
Filipina dan selanjutnya kembali bergabung dengan KNIL yang ingin menguasai
kembali Indonesia (pasca Proklamasi RI 17 Agustus 1945). Itulah kisah terakhir Adolf
Lembong di Filipina. Setelah itu tidak diketahui kemana Lembong dan teman-temannya
pergi. Juga tidak diketahui apakah langsung dan dimana Lembong bergabung
(kembali) dengan KNIL.
Adolf Gustaaf Lembong tidak
sendiri. Banyak pemuda Indonesia yang sebelumnya menjadi bagian dari KNIL
apakah dari Ambon, Manado, Madura, Jawa dan Sumatra. Namun hanya sebagian yang
diinternir Jepang, termasuk Lembong dan teman-temannya. Diantara pemimpin
Indonesia yang juga diinternir militer Jepang adalah Amir Sjarifoeddin Harahap,
seorang revolusioner yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sejak era
kolonial Belanda. Amir Sjarifoeddin Harahap yang di tahan di kamp Jepang di
Malang baru dibebaskan pasca Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 saat
mana Presiden Soekarno membentuk kabinet RI pertama. Mr. Amir Sjarifoeddin
Harahap diangkat menjadi Menteri Penerangan, suatu portofolio penting karena Amir
Sjarifoeddin Harahap memiliki portofolio tertinggi saat itu diantara pemimpin
Indonesia (memiliki riwayat melawan Belanda dan menentang Jepang). .
Letnan KNIL Adolf Lembong
dan Menteri Pertahanan RI Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap
Kota Hirosima dan Nagasaki di bom oleh Amerika menjadi alasan Kerajaan
Jepang menyerah kepada Amerika dan sekutunya. Penyerahan Jepang ini pula yang
memicu proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Untuk
melucuti tentara Jepang dan membebaskan para interniran Belanda di Indonesia
dilakukan oleh Inggris yang berbasis di Singapoera. Namun kemudian di belakang
Sekutu/Inggris muncul Pemerintah (Kerajaan) Belanda yang disebut NICA yang juga
melakukan konsolidasi terhadap kekuatannya (KNIL) dari berbagai tempat. Dalam
situasi inilah Adolf Gustaaf Lembong bergabung kembali dengan KNIL (dari KNIL
ke KNIL).
Semakin meningkatnya KNIL pasukan
Belanda/NICA di Djakarta dan sekitar dan semakin intensnya perlawanan yang digalang
rakyat Indonesia (Tentara Rakyat Indonesia) menyebabkan Presiden Soekarno
mengangkat Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai Menteri Keamanan Rakyat (baca:
Menteri Pertahanan (tetap merangkap sebagai Menteri Penerangan). Hal ini
sehubungan dengan Tentara Rakjat Indonesia yang mengumumkan Proklamasi Perang
pada tanggal 13 Oktober 1945 (lihat Keesings historisch archief: 14-10-1945). Markas
Tentara Rakjat Indonesia berada di Bandung (Provinciale Drentsche en Asser
courant, 17-10-1945). Markas ini dipimpin oleh Abdul Haris Nasution. Pengumuman
yang bersumber dari Markas TRI dan pengumuman perang dilakukan melalui hanya
satu-satunya saluran pemberitaan yang masih dikuasai kalangan nasionalis
Indonesia yakni Radio Indonesia Bandoeng (lihat De Patriot, 18-10-1945). Salah
satu penyiat yang juga pernah membacakan teks Proklamasi RI pada malam hari
tanggal 17 Agustus 1945 adalah Sakti Alamsjah Siregar (kelak menjadi pendiri
surat kabar Pikiran Rakyat Bandung). Dalam perkembangannya karena situasi yang
semakin krisis di Djakarta, Pemerintah RI di Djakarta dipindahkan ke Jogjakarta
secara bertahap yang dimulai awal Januari 1946. Rombongan terakhir Pemerintah
RI evakuasi dari Djakarta pada bulan Maret 1946 dipimpin oleh Mr. Arifin
Harahap.
Pemerintah RI dan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) terus bahu membahu
membangun kekuatan, mengkonsolidasi tentara rakyat dan melakun perlawanan
terhadap pasukan Sekutu/Inggris di depan dan militer NICA KNIL di garis belakang.
Ketika TRI melakukan pertempuran dengan KNIL di Djakarta, TRI melakukan
perlawanan dengan tentara Sekutu/Inggris di Bandoeng. Klimaks perlawanan di
Bandoeng yang dipimpin Kolonel Abdul Haris Nasution terjadi apa yang disebut
aksi bumi hangus di area Bandoeng Selatan pada Maret 1946 (Bandoeng Laoetan
Api). Menteri Pertahanan Amir Sjarifoeddin Harahap bergegas dengan kereta api
menuju Bandoeng untuk berdiskusi dengan Kolonel Abdul Haris Nasution. Pada
bulan Mei Menteri Pertahanan Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap mulai merapikan
struktur kekuatan tentara Indonesia sehubungan dengan perubahan namanya dari
Tentara Rakyat Indonesia (TRI) menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Nieuwe courant, 29-05-1946:
‘Perubahan dan penunjukan pada posisi baru TRI telah diterbitkan. Dalam
penunjukkan ini terlihat keterlibatan orang-orang muda dan perwakilan dari
tentara rakyat di Jawa. Soedirman dipromosikan menjadi Panglima tertinggi
dengan pangkat Jenderal. Ketua Pengadilan Tinggi Militer ditunjuk Mr. Kasman
Singodimedjo. Kepala Staf diangkat Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo. Kolonel
Soetjipto diangkat menjadi Kepala Dinas Rahasia; Kolonel TB Simatoepang sebagai
Kepala Organisasi TNI; Kolonel Hadji Iskandar sebagai Kepala Departemen
Politik; Kolonel Soetirto sebagai Kepala Urusan Sipil; Kolonel Soemardjono
sebagai Kepala Hubungan dan Kolonel Soejo sebagai Kepala Sekretariat. Sudibjo
diangkat menjadi Direktur Jenderal Departemen Perang yang mana Didi
Kartasasmita sebagai Kepala Infantri. Di dalam Departemen Perang juga diangkat:
Kepala Departemen Artileri Letnan Kolonel Soerjo Soermano; Kepala Departemen
Topografi Soetomo (bukan penyiar radio); Kepala Geni Kolonel Soedirjo; Kepala
Persenjataan Mayor Jenderal Soetomo (juga bukan penyiar radio) dan Kepala
Polisi Militer Mayor Jenderal Santoso (bukan penasihat Dr. Van Mook). 'Mayor
Jenderal Abdoel Haris Nasution ditunjuk sebagai Panglima Divisi-1 (Siliwangi) dengan
Letnan Kolonel Sakari sebagai Kepala Staf. Panglima Divisi-2 Mayor Jenderal
Abdulkadir (bukan penasihat Dr. Van Mook) dengan Letnan Kolonel Bambangkoedo
sebagai Kepala Staf; Panglima Divisi-3 Mayor Jenderal Soedarsono (bukan
menteri) dan Letnan Kolonel Pari sebagai Kepala Staf; Panglima Divisi-4 Mayor
Jenderal Sudiro dengan Letnan Kolonel Fadjar sebagai Kepala Staf; Panglima
Divisi-5 Mayor Jenderal Koesoemo dengan Letnan Kolonel Bagiono sebagai Kepala
Staf; Panglima Divisi-6 Mayor Jenderal Songkono (Brawidjaja) dengan Letnan
Kolonel Marhadi sebagai Kepala Staf, dan Panglima Divisi-7 Mayor Jenderal Ramansoedjadi
dengan Letnan Kolonel Iskandar Soeleiman sebagai Kepala Staf’.
Dalam struktur organisasi tentara yang baru ini kali pertama
diperkenalkan pangkat tertinggi yang disebut jenderal (Soedirman, sebagai
Panglima). Pangkat di bawahnya Letnan Jenderal (Oerip Soemohardjo, sebagai
Kepala Staf). Lalu kemudian pangkat Mayor Jenderal disematkan kepada tujuh
Panglima Divisi plus Kepala Persenjataan dan Kepala PM. Pangkat di bawahnya
sejumlah Kolonel dan sejumlah Letnan Kolonel.
Saat-saat situasi dan kondisi
inilah Adolf Gustaaf Lembong, letnan KNIL (Belanda/NICA) melakukan desersi dan
bergabung dengan TRI. Tidak ada kata terlambat memang. Paling tidak dengan desersinya
Lembong dari kesatuannya membuat kekuatan KNIL NICA berkurang satu dan memuat
kekuatan TRI bertambah satu.
Letnan Kolonel Lembong
Menyerahkan Diri ke Belanda di Jogjakarta Januari 1949
Tunggu deskripsi lengkapnya
Letnan Kolonel Lembong Terbunuh
oleh KNIL Belanda di Bandoeng Januari 1950
Tidak ada komentar:
Posting Komentar