*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Kisah Si Pitung sebagai legenda itu hanya ditemukan dalam kisah Si Pitung yang diangkat ke layar putih (film) pada tahun 1931 (lihat De Indische courant, 29-06-1931). Film ini sejatinya ingin mengangkat kisah nyata Si Pitoeng, namun karena kebutuhan komersil, ceritanya diperkaya dengan unsur herois dan unsur keadilan. Oleh karena namanya sebuah film, film yang berbasis true-story yang ingin lebih menghibur penonton bergeser menjadi fiction. Dari film inilah diduga menjadi sebab persepsi tentang kisah nyata si Pitung mulai bergeser seperti yang diceritakan pada masa ini.
Kisah Si Pitung sebagai legenda itu hanya ditemukan dalam kisah Si Pitung yang diangkat ke layar putih (film) pada tahun 1931 (lihat De Indische courant, 29-06-1931). Film ini sejatinya ingin mengangkat kisah nyata Si Pitoeng, namun karena kebutuhan komersil, ceritanya diperkaya dengan unsur herois dan unsur keadilan. Oleh karena namanya sebuah film, film yang berbasis true-story yang ingin lebih menghibur penonton bergeser menjadi fiction. Dari film inilah diduga menjadi sebab persepsi tentang kisah nyata si Pitung mulai bergeser seperti yang diceritakan pada masa ini.
Nieuwe courant, 17-10-1947 |
Namun sejarah tetaplah sejarah, fiction adalah
fiction. Sejarah adalah suatu narasi tentang fakta. Sehubungan dengan banyaknya
kisah tentang fakta seseorang yang diangkat ke dalam fiction (film, opera dan
roman) maka kita masa kini harus kembali memisahkan konten fakta dan konten
fiksi. Dengan demikian, kita bisa membebaskan diri melihat apa yang menjadi
fakta dan apa yang menjadi fiksi. Untuk melihat fakta sebenarnya tentang Si
Pitung mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe (sumber sejaman).
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Si Pitung Mininggal Tertembak Peluru Schout Hinne
Salihoen alias Si Pitoeng meninggal pada hari
Sabtu tanggal 14 Oktober 1893 pada pukul setengah tujuh malam, beberapa jam
setelah ditahan. Si Pitoeng meninggal akibat luka yang dialaminya terkena
tembakan Schout Hinne pada sore harinya pukul lima dalam suatu pengepungan.
Selama perjalanan dari tempat tertembak hingga penjara kota, salah satu opas
pengawal terus menghibur Si Pitoeng yang sekarat dengan menyanyikan lagu
gembira. Sambil menahan sakit Si Pitoeng sempat meminta ‘towak sama ijs’ (tuak dengan
es).
Bataviaasch nieuwsblad edisi Senin 08-08-1892 |
Untuk dipahami oleh pembaca, petualangan Si
Pitoeng adalah suatu kasus umum. Berita terkait dengan Si Pitoeng antara
tanggal 08-08-1892 hingga 16-10-1893 perkembangannya dari waktu ke waktu
diberitakan surat kabar (nasional) Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie dan surat kabar (daerah) Bataviaasch nieuwsblad. Dua
surat kabar ini terbilang sangat kredibel, ibarat koran Media Indonesia dan
koran Pos Kota. Oleh karena itu kasus Si Pitoeng dapat ditelusuri secara terang
benderang tanpa harus merasa ‘masuk angin’.
De Indische courant, 29-06-1931 |
Siapa Salihoen?
Nama Salihoen sangat umum di Batavia. Nama
Salihoen juga ditemukan di tempat lain. Nama Salihoen ada yang masih muda dan
ada yang bergelar hadji. Namun ada nama Salihoen yang cukup menarik perhatian.
Salihoen tinggal di kampoeng Doeri yang berprofesi sebagai pedagang minuman
enak (lihat Bataviaasch handelsblad, 16-06-1880). Disebutkan ketika Salihoen sedang
sibuk memasak pada sore hari tanggal 14 ini, ketika terpikir olehnya bahwa ia
masih memiliki pesanan untuk diserahkan kepada seorang tetangga. untuk membawa.
Dia meninggalkan dapurnya namun 10 menit kemudian, bukan hanya dapurnya, tetapi
seluruh bangunan luarnya juga terbakar. Bantuan segera datang dari tetangga segera
sebelum kerusakan lebih lanjut terjadi.
Tentu
saja pedagangan minuman enak Salihoen yang dapurnya terbakar tidak dapat
langsung dihubungkan dengan nama Salihoen yang menjadi buronan polisi pada
tahun 1892. Sebab nama Salihoen cukup banyak. Satu nama Saliehoen asli Kwitang didakwa
dengan hukuman tiga bulan kerja paksa di luar kota dengan rantai karena
terbukti di pengadilan mencuri jambu sebanyak 28 batang di suatu kebun (lihat Java-bode
: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 12-09-1885). Sabtu
lalu dijatuhi hukuman: penduduk asli Salihoen dihukum 1 bulan penjara karena
mencuri selimut wol (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 04-07-1887). Kemarin malam penduduk asli
Salihoen, Sainan, Boemamin dan Moedjareh karena mereka berkelahi di jalan umum
(lihat Bataviaasch nieuwsblad, 13-12-1887). Polisi mevonnis 8 hari tahanan
kepada penduduk asli Oentjing, Salihoen, Jedan dan Pi-ien kerena tidak
melakukan layanan umum (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 27-12-1887). Penduduk
asli Salihoen ditahan selama enam hari karena tidur di pos jaga (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 30-12-1887). Penduduk asli Salihoen dihukum denda f5 karena
mengendarai kendaraannya secara ugal-ugalan (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 14-01-1888).
Penduduk asli Salihoen kemarin, sebagai kaki tangan dalam satu pencurian,
ditangkap (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 19-05-1888). Polisi mendenda f3
penduduk asli Ming, Salihoen dan Sidin karena ketiganya parkir dengan kendaraan
mereka di tempat-tempat dimana tidak diizinkan (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 15-08-1888).
Dengan cara merusak kemarin,
pencurian bubuk di rumah wanita penduduk asli Sima di Doerie, penduduk asli Salihoen
ditangkap oleh polisi sebagai tersangka pelaku (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 24-08-1888).
Penduduk asli Salihoen didenda karena memacu kendaraannya di tempat umum (lihat
Bataviaasch nieuwsblad, 29-06-1889). Penduduk asli Salihoen dihukum denda f3
karena mengendarai kendaraannya dengan ngebut (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 17-02-1890).
Kemarin dijatuhi hukuman 14 hari pribumi Sanie dan Salihoen karena berkelahi
(lihat Bataviaasch nieuwsblad, 08-07-1890).
Begitu banyak yang disebut nama Salihoen. Tidak semua nama Salihoen
berperkara. Namun tidak dapat dikatakan nama Salihoen yang berperkara saling
terhubung atau merujuk pada satu orang. Yang jelas ada nama Salihoen yang kerap
berurusan dengan polisi dan (pengadilan). Nama Salihoen adalah nama yang umum
digunakan, ada yang baik dan ada juga yang nakal atau jahat. Begitu banyaknya
nama Salihoen seakan menjadi suatu marga. Tidak semua Harahap baik dan ada juga
yang tidak baik. Namun ada nama Salihoen yang menjadi pengecualian yakni
Salihoen alias Pitoeng.
Nama alias Salihoen, selain Pitoeng, apakah karena kesalahan ketik, adakalanya
ditulis sebagai Petoeng. Arti kata pitung dan petung tidak sama. Petung adalah jenis
bambu dan ada yang menggunakannya sebagai nama kampong (land) Pondok Petoeng.
Sedangkan pitung dalam bahasa Jawa adalah tujuh. Lantas merujuk apa nama
Pitoeng yang nama aslinya Salihoen? Tidak ditemukan penjelasan.
.
.
Nama Salihoen sudah barang tentu tidak selalu
merujuk pada nama Si Pitoeng. Namun nama Si Pitoeng merujuk pada nama aslinya
yang disebut Salihoen. Lantas apakah ada nama Salihoen yang berjiwa baik,
patriot dan penderma seperti yang dipersepsikan kemudian sebagaimana kisahnya
telah diangkat ke layar putih tahun 1931. Itu jelas membutuhkan penelitian
tersendiri. Dalam artikel ini hanya mengacu pada nama Salihoen yang disebut
memiliki nama lain Si Pitoeng yang kali pertama dilakukan penyelidikan di rumahnya
pada bulan Agustus 1892 karena tuduhan mencuri di rumah Ny. DC dan ikut
merampok di rumah Hadji Sapioedin di Maroenda. Nama Salihoen alias Pitoeng
inilah yang akan ditelusuri hingga menemukan kematian di tangan Schout Hinne
pada tanggal 14 Oktober 1893.
Buronan Si Pitoeng
Setelah dilakukan penyelidikan ke rumah Salihoen
alias Si Pitoeng di Soekaboemi pada tanggal 6 Agustus 1892 (Bataviaasch
nieuwsblad, 08-08-1892), Salihoen alias Pitoeng (selanjutnya dalam tulisan ini
disebut saja Pitoeng), Pitoeng menjadi burun (orang yang dicari!). Pada masa
ini Si Pitung disebut lahir di (kampong) Rawa Belong, kelurahan Sukabumi Utara,
kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Bataviaasch nieuwsblad, 09-08-1892 |
Salihoen alias Pitoeng segera dapat ditangkap
(lihat Bataviaasch nieuwsblad, 09-08-1892). Disebutkan penjahat ini bisa ditangkap
karena jatuh ke jerat. Residen (Bayavia) telah memerintahkan mata-mata untuk
membujuk Pitoeng agar membayar denda karena kepemilikan senjata api yang
dimilikinya tanpa lisensi di kantor kepala djaksa. Pitoeng ditangkap di kantor
Djaksa. Selain itu, disebutkan enam orang dari Meester-Cornelis telah mengakui Pitoeng
sebagai pemimpin perampokan di rumah Hadji Sapioedin di Meroenda. Pitoeng juga disebutkan,
antara lain senjata api terebut berasal dari pencurian yang dilakukannya di
rumah Mr F di land Grogol.
Kepada
mata-mata telah diberikan hadiah sebesar f100 (lihat Java-bode : nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 10-08-1892). Sementara
itu, pribumi Adidie, yang dianggap sebagai kaki tangan dalam kejahatan Pitoeng
dan ditempatkan di bawah pengawasan 2 opas dan 1 mandoor, berhasil melarikan
diri kemarin dengan dalih bahwa dia lapar dan ingin membeli sesuatu. 3 petugas
polisi tersebut harus bertanggungawab untuk ini (lihat Java-bode: nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 12-08-1892).
Pitoeng akhirnya memasuki tahap persidangan,
namun prosesnya harus ditunda karena ketidakhadiran saksi-saksi (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 10-11-1892). Disebutkan bahwa dewan pengadilan (landraad) terhadap
kasus Pitoeng, yang dituduh melakukan pencurian di rumah Mrs. DC atas
barang-barang senilai f188, yang seharusnya diadakan kemarin, harus ditunda
hingga saat ini, karena saksi-saksi Oessin, Ketjiel dan Resam tidak muncul di
persidangan.
Peta 1890an |
Persidangan kasus Pitoeng dilanjutkan kembali
pada tanggal 17 November 1892 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 17-11-1892).
Disebutkan bahwa hari ini penduduk pribumi Pitoeng alias Salihoen, dibebaskan
dari tuduhan mencuri pada malam hari di rumah (seorang Eropa) Ny DC (Ny Du Cl.)
di Tanah Abang. Meski demikian, Pitoeng masih tetap ditahan karena masih ada
kasus lain yang dituduhkan kepada Pitoeng yakni perampokan di rumah Hadji
Sapioedin di Maroenda (district Bekasi). Hasil keputusan pengadilan kasus
Pitoeng dalam hal perampokan di Maroenda (afdeeling Bekasi) dijatuhi hukuman
mati (karena dilakukan lebih dari dua orang).
Bataviaasch nieuwsblad, 17-11-1892 |
Bataviaasch nieuwsblad, 20-12-1892 |
Tunggu deskripsi lengkapnya
Mantab Pak
BalasHapusTrmksh
Pitung terkenal sebagai pendekar banteng Betawi
BalasHapusTrimakasih pak,pak enapa potonya sosok pitung gak ada?
BalasHapusMungkin tidak ada foto, karena waktu itu membuat foto masih langka dan mahal. Selain itu, surat kabar pada saat itu belum ada yang memuat foto (mungkin teknologi percetakannya masih terbatas) Kita pada masa ini tidak bisa membayangkan wajahnya.
Hapus