*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini
Pada masa kini, nama Gadog sangatlah terkenal dengan nama
navigasi: Simpang Gadog (exit Tol ke jalan lama Ciawi-Puncak). Meski demikian,
nama Gadog bukanlah baru, tetapi suatu nama tempat yang juga terkenal tempo
doeloe (nama Gadog ditulis Gadok). Gadog adalah suatu nama tempat, sementara
Megamendung adalah suatu gunung (berg) yang mahkotanya berada di Puncak Pas.
Nama Megamendung sebagai nama tempat di dekat kampong Gadok sejatinya baru
muncul kemudian.
Gadok (Peta 1900) |
Dalam pembagian wilayah administrasi kabupaten Bogor,
nama Megamendung dijadikan sebagai nama kecamatan. Di dalam kecamatan
Megamendung terdapat desa Gadog dan desa Megamendung. Nama-nama yang sudah ada
sejak lama termasuk desa Tjipajoeng (desa Cipayung Datar dan desa Cipayung
Girang) dan (desa) Pasir Angin. Nama tempat lainnya yang sudah lama adalah
kampong (sungai) Soekabiroes yang kini masuk desa Gadog. Lantas mengapa muncul
nama kampong Megamendung, sementara puncak gunung Megamendung berada di Puncak
Pas wilayah kecamatan Cisarua yang sekarang?
Begitu banyak data
sejarah Gadog dan Megamendung, namun tidak banyak yang terinformasikan pada
masa ini. Okelah. Sejarah Gadog (di bawah) dan sejarah gunung Megamendung
Puncak Pas (di atas) sungguh mempesona. Apakah kita ingin menulis sejarah kampong
Gadog dan sejarah gunung Megamendung? Sejumlah situs penting di
Gadog paling tidak tentang kopi, gudang, jalan dan jembatan pos dan rumah sakit.
Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Kecamatan Megamendung, Gadog dan Puncak Pas (Now) |
Nama Gasdok dan Megamendoeng
Orang Eropa-Belanda pertama yang menyusuri lereng gunung
Pangrango adalah Michiels Ram dan Cornelis Coops pada tahun 1701. Laporan ini
dapat dikatakan keterangan yang menggambarkan situasi dan kondisi awal di
sekitar Gadog dan Megamendung.
Gadok (Lukisan 1865) |
Dari keterangan ini tidak diidentfikasi nama Gadok apakah
sebagai nama tempat atau nama sungai. Keterangan ini hanya menyebutkan melalui
sungai Tjiliwong tempat dimana sungai Tjiesek bermuara. Juga di sekitar tidak
ada indikasi sekitar (Gadok yang sekarang) sudah dihuni penduduk. Nama kampong
Gadok baru muncul kemudian. Pada tahun 1777 suatu ekspedisi yang dilakukan oleh
Radermascher nama kampong Gadok sudah diidentifikasi.
Setelah
bermalam di Pondok Gede (rumah milik land Pondok Gede). Radermascher menulis
sebagai berikut: ‘Sabtu, 8 November, kami berangkat dari Pondok Gede pada pukul
6, kami pergi ke timur di Ciceroa tempat dimana ada pasangrahan (tempat
istirahat). Pada pukul 8 kami melewati kampung Gadok, Tjipajon[g] dan Gasian
dan sungai Tjiliwon dimana terdapat jembatan bambu. Jalan itu bergunung-gunung
dan jalan penuh batu tempat pedati leat serta banyak sawah baru dibangun selama
setahun terakhir. Di Ciceroa (kopral) Hendrik Roode menyambut kami; dia tinggal
di sana di rumah papan, tetapi bangunan yang ada sebagian besar terbuat dari bambu.
Saya tidur di rumah papan, di ruangan seluas tujuh kaki persegi’.
Setelah
bermalam di Tjisaroe: ‘Kami meninggalkan Ciceroa pada pukul 6 dan pergi ke
Megmedon; jalannya berlumpur dan kerbau yang lewat menyebabkan lubang di jalan.
Ada beberapa burung di Megmedon, tetapi ada beberapa ayam hutan; kami mendengar
kutilang berbunyi dan memetik beberapa stroberi yang tumbuh di semak-semak.
Megmedon adalah punggung utara Gunung Gede. Kami mendatanginya di sisi barat,
melewati sungai-sungai Tjibinong, Tjikan-baboekan, Tjiriansampat, Tanareija,
Tiriana, Tjironpoa, Tjiringol, dan sungai besar Tjiloar dimana yang terakhir
bermuara. Melalui medan yang buruk kami datang pada jam pukul 9 di mahkota (pnncak)
pundak Megmedon. Tidak ada rumah atau desa di seluruh jalan yang kami lewati. Pada
mahkota ini adalah titik pemisah antara Buitenzorg dan Tjanjoer. Dari sini
orang pergi ke utara ke Telaga Warna, adalah sebuah danau. Ketika kami mendaki
terus kami melihat tambang yang terbuka sekitar 120 meter yang dilakukan pada
tahun 1744, berharap menemukan emas tetapi tanpa hasil.
Dari keterangan Radermacher ini sudah diidentifikasi
kampong Gadok. Ini mengindikasikan area sudah dihuni penduduk yang mana pada
tahun 1701 belum sama sekali. Ada perbedaan waktu selama 76 tahun. Tentu saja
wilayah di bawah Tjisaroe sudah berkembang, tetapi wilayah ke atasnya belum
dihuni penduduk. Pencetakan sawah baru banyak ditemukan.
Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1840 |
Tunggu deskripsi lengkapnya
Introduksi
Kopi di Megamendung: Gudang dan Jembatan
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pos
Perdagangan dan Rumah Sakit
Pada akhir era VOC nama (land) Pondok Gede masih lebih
gede jika dibandingkan nama (kampong) Gadok. Kampong Gadok berada di wilayah
land Tjikoppo (tetangga land Pondok Gede). Nama Gadok sejak permulaan era
Pemerintah Hindia Belanda mulai lebih dikenal karena adanya jalan pos yang juga
melewati kampong Gadok dimana di atas sungai Tjiliwong harus dibangun jembatan
yang lebih baik. Jalan pos ini dibangun di era Gubernur Jenderal Daendels
(1808-1811).
Javasche courant, 10-11-1829 |
Adanya jalan pos, wilayah lereng gunung Pangrango dan
gunung Megamendung menjadi lebih trerbuka, menjadi lalintas yang ramai antara
Buitenzorg dan Tjiandjoer.Pembukaan kampong-kampong baru dan pencetakan sawah
baru makin masif,
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar