*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Beberapa hari terakhir ini nama Abdul Haris Nasution dan Azmyn Yusri Nasution muncul di media. Semua orang mengetahui siapa Abdul Haris Nasution dan hanya sebagian yang mengenal Azmyn Yusri Nasution. Lantas siapa Azmyn Yusri Nasution? Tentulah mulai ada yang lupa Azmyn Yusri Nasution pernah menjadi Panglima KOSTRAD (2011-2012). Lalu apa hubungannya antara Letnan Jenderal Azmyn Yusri Nasution dan Jenderal Abdul Haris Nasution? Tidak ada. Hanya kebetulan sama-sama marga Nasution. Dua Nasution ini beda generasi.
Lantas bagaimana sejarah Abdul Haris Nasution? Apa hubungan Azmyn Yusri Nasution dengan Abdul Haris Nasution? Seperti disebut di atas, antara Azmyn Yusri Nasution dan Abdul Haris Nasution adalah generasi yang berbeda. Abdul Haris Nasution satu generasi dengan ayah Azmyn Yusri Nasution. Lalu apakah Abdul Haris Nasution menjadi idola Azmyn Yusri Nasution? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pasca Pengakuan Kedaulatan Indonesia: Abdul Haris Nasution dan Muhammad Nurdin Nasution
Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (sejak 27 Juli 1949) di wilayah Tapanoeli baik-baik saja. Tidak ada orang Belanda yang tersisa (sementara pada era RIS di Jawa dan Indonesia timur masih ada). Oleh karena itu, para bupati di Tapanuli seluruhnya orang sipil. Pada fase selanjutnya, karena situasi dan kondisi sudah jauh lebih aman, maka dimungkinkan seorang militer aktif untuk dimajukan sebagai bupati. Itulah yang terjadi di kabupaten Tapanuli Selatan. Bupati terpilih tahun 1956 adalah M Nurdin Nasution (Komandan Kodim Labuhan Batu). Jabatan M Nurdin Nasution sebagai bupati dengan status militer aktif menjadi penting, karena tahun tersebut terjadi kegaduhan di ibu kota Sumatra Tengah di Bukittinggi.
Pada tanggal 20 Desember 1956, Letkol Ahmad Husein merebut kekuasaan Pemerintah Daerah dari Gubernur Sumatra Tengah Ruslan Muljohardjo. Dalihnya gubernur yang ditunjuk pemerintah (pusat) tidak berhasil menjalankan pembangunan daerah. Sebagaimana diketahui, Bukittinggi adalah kota paling utara di Sumatra Barat (Sumatra Tengah) dan Padang Sidempoean adalah kota paling selatan di Tapanuli (Sumatra Utara). Wilayah diantara dua kota ini pada era perang kemerdekaan tidak berhasil dimasuki militer Belanda (NICA) yang juga menjadi basis Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Sejak perebutan kekuasaan Desember 1956, situasi politik meningkat yang akhirnya pada tanggal 15 Februari 1958 dideklarasikan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Pada saat kegaduhan itu terjadi, belum lama Jenderal Abdul Haris Nasution diangkat (kembali) menjadi Kepala Staf Angkatan Darat atau Kasad (sejak 1 November 1955). Ini jelas menjadi ujian bagi Jenderal Abdul Haris Nasution (tentu saja Wakil Presiden Mohamad Hatta). Abdul Haris Nasution berasal dari kabupaten Tapanuli Selatan (yang mana bupatinya M Nurdin Nasution, masih berpangkat Mayor), sementara Mohamad Hatta berasal dari kabupaten Agam (ibu kota Bukittingi) yang menjadi TKP. Situasi yang berlarut-larut di Sumatra Tengah menyebabkan pemerintah pusat (Panglima Tertinggi, Presiden Soekarno) ingin segera mengakhiri kekacauan dan akan dilakukan tindakan militer (implikasinya Wakil Presiden Mohamad Hatta mengundurkan diri, karena tidak setuju).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Azmyn Yusri Nasution: Generasi Masa Kini
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar