*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Amir
Sjarifoeddin Harahap adalah siswa dan mahasiswa yang memiliki keunikan sendiri
dalam studi diantara orang pribumi. Amir Sjarifoeddin Harahap bersekolah di
sekolah dasar Eropa (ELS) di Medan, mengikuti pendidikan sekolah menengah (di
Belanda), dan kuliah di perguruan tinggi di Batavia. Sehubungan dengan diadakan
kongres pemdua kedua tahun 1928 dibentuk satu komite (panitia pengurus) dimana
sebagai ketua adalah Soegondo, sekretaris Mohamad Jamin dan bendahara Amir
Sjarifoeddin Harahap. Ketiganya studi di Rechthoogeschool Batavia.
Amir lahir dari keluarga Batak Angkola. Kakeknya, Sutan Gunung Tua, jaksa di Tapanuli. Ayahnya, Baginda Soripada, juga jaksa di Medan. Ia melanjutkan pendidikan hukum di Batavia. Selama bersekolah di Belanda, Amir mempelajari filsafat Timur dan Barat. Amir pendidikan di ELS di Medan pada tahun 1914 hingga selesai Agustus 1921. Atas undangan saudara sepupunya, T.S.G. Mulia yang baru saja diangkat sebagai anggota Volksraad dan belajar di kota Leiden sejak 1911. Tak lama setelah kedatangannya dalam kurun waktu 1926-1927 dia menjadi anggota pengurus perhimpunan siswa Gymnasium di Haarlem, Ia tinggal di rumah guru pemeluk Kristen Calvinis, Dirk Smink, dan di sini juga Mulia menumpang. Namun pada September 1927, sesudah lulus ujian tingkat kedua, Amir kembali ke kampung halaman karena masalah keluarga. Kemudian Amir masuk Rechtshoogeschool te Batavia dan menumpang di rumah Mulia (sepupunya) direktur sekolah pendidikan guru di Jatinegara. Kemudian Amir pindah ke asrama pelajar Indonesisch Clubgebouw, Kramat 106, ia ditampung oleh senior satu sekolahnya, Muhammad Yamin. Amir pernah divonis penjara karena dituduh bersalah dalam kasus delik pers. Ia nyaris dibuang ke Boven Digoel namun diselamatkan oleh Gunung Mulia (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Amir Sjarifoeddin Harahap, sekolah di Belanda, kuliah di Batavia? Seperti disebut di atas Amir Sjarifoeddin Harahap studi di tiga tempat. Bagaimana relas Amir Sjarifoeddin Harahap dan Mohamad Jamin di Rechthoogeschool Batavia. Lalu bagaimana sejarah Amir Sjarifoeddin Harahap, sekolah di Belanda, kuliah di Batavia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Amir Sjarifoeddin Harahap, Sekolah di Belanda, Kuliah di Batavia; Mohamad Jamin dan Rechthoogeschool Batavia
Sangat jarang siswa pribumi yang masih belia melanjutkan sekolah menengah ke Belanda. Umumnya, siswa pribumi melanjutkan studi ke Belanda untuk perguruan tinggi, umur sudah cukup dewasa. Amir Sjarifoeddin, salah satu diantara yang sangat jarang itu. Amir Sjarifoeddin setelah lulus ELS di Medan berangkat ke Belanda tahun 1921 pada usia 14 tahun.
Salah satu yang terawal siswa yang masih belia melanjutkan studi ke Belanda adalah Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia. Setelah lulus ELS di Silbolga langsung berangkat ke Belanda tahun 1911. Lantas mengapa Amir Sjarifoeddin yang masih belia melanjutkan studi menengah jauh ke negeri Belanda. Ini diduga terkait dengan peran sepupunya Soetan Goenong Moelia. Pada tahun 1919 Soetan Goenoeng Moelia lulus pendidikan guru dengan mendapat akta guru MO dan kembali ke tanah air. Pada tahun 1920 Soetan Goenoeng Moelia diangkat menjadi direktur sekolah HIS yang baru dibuka di Kotanopan (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 02-05-1921). Siswa remaja lainnya yang melanjutkan sekolah menengah ke Belanda adalah Egon Hakim dari Padang. Egon Hakim adalah anak seorang anggota dewan kota (gemeenteraad) Padang, Abdoel Hakim Nasution. Egon Hakim berangkat ke Belanda tahun 1924 (De Gooi- en Eemlander: nieuws- en advertentieblad, 05-07-1924).
Amir Sjarifoeddin memasuki
sekolah menengah di Leiden dan dilanjutkan di Haarlem. Amir Sjarifoeddin lulus sekolah menengah di Haarlem, Gem. Gymnasium
tahun 1927 (lihat Algemeen Handelsblad,
10-07-1927). Sehubungan dengan
dibukanya sekolah tinggio hukum di Batavia, Amir kembali ke tanah air, masih
pada tahun yang sama (1927), Amir
Sjarifoeddin mendaftar di Rechts Hoogeschool di Batavia. Pada bulan Juli 1928
Amir Sjarifoeddin naik ke tingkat dua, het candidaats examen eerste (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 10-07-1928). Lalu sehubungan
dengan akan diadakan kongres pemuda kedua tahun 1928 dibentuk
satu komite (panitia pengurus) dimana sebagai ketua adalah Soegondo, sekretaris
Mohamad Jamin dan bendahara Amir Sjarifoeddin Harahap. Ketiganya, kebetulan, sama-sama studi di Rechthoogeschool
Batavia.
Pada bulan September 1928 diadakan pertemuan federasi organisasi pemuda
(PPPI) di Batavia (lihat De Indische courant, 08-09-1928). Disebutkan surat kabar Bintang Timoer
memberitakan bahwa dalam pertemuan federasi organisasi pemuda diputuskan untuk
mengadakan Kongres Pemuda pada bulan Oktober untuk membahas masalah organisasi
kepemudaan. Yang mana Panitia Kongres terdiri dari, antara lain: ketua,
Soegondo (jur. studie); sekretaris, Mohamad Jamin (jur. studie); bendahara,
Amir Sjarifoeddin Harahap (jur. studie).
Pada bulan September ini juga diketahui Soegondo lulus ujian kandidat kedua (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 13-09-1928). Disebutkan di Rechthoogeschool lulus ujian kandidat kedua Soegondo. Ini mengindikasikan Soegondo di Rechthoogeschool lebih senior dari Amir Sjarifoeddin.
Mohamad Jamin tidak meneruskan studinya
di Veeartsen School di
Buitenzor.
Mohamad Jamin kemudian masuk di sekolah umum, AMS di Jogjakarta. Pada tahun 1926 Mohamad Jamin
menjadi ketua Jong Sumatranen Bond. Mohamad Jamin lulus AMS Jogjakarta tahun
1927. Seperti Amir Sjarifoeddin,
Mohamad Jamin mendaftar di Rechthoogeschool di Batavia. Pada tahun 1928, Amir Sjarifoeddin dan
Mohamad Jamin sama-masa lulus ujian kandidat pertama.
Soegondo sendiri adalah ketua organisasi Persatoean Peladar dan Pemoeda Indonesa (PPPI). Sementara Mohamad Jamin adalah ketua Jong Sumatrenen Bond. Bagaimana dengan Amir Sjarifoeddin sendiri? Amir Sjarifoeddin adalah ketua Jong Batak.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Mohamad Jamin dan Rechthoogeschool Batavia: Ir Soekarno dalam Awal Perjuangan Politik
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar