*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Utara di blog ini Klik Disini
Pada
jaman kuno (pada era Portugis) wilayah Kalimantan terbagi dalam tiga bagian
besar karena posisi tiga nama tempat (kota) yang cukup berpengaruh di seputar
pulau Kalimantan. Tiga nama tempat berpengaruh ini yang membesarkan tiga
kerajaan yang kemudian sangat berpengaruh yakni Boernai, Soekadana dan
Bandjermasin. Meski nama pulau ini sudah disebut penduduk asli sebagai
Kalimantan, tapi orang-orang Portugis mengidentifikasinya dengan nama Borneo
(lapal orang Portugis terhadap Boernai). Orang-orang Portugis yang berpusat di
Malaka terhubung secara intens dengan (pelabnhan) Boernai. Gambaran ini masih
tercermin pada era Belanda (VOC dan Pemerintah Hindia Belanda) yang berpusat di
Batavia.
Pada akhir VOC (Belanda) dan pada fase
transisi (Prancis, Inggris dan Belanda) pulau Kalimantan sudah terpolarisasi
menjadi hanya dua wilayah: utara dan selatan. Bagian utara menjadi wilayah yurisdiksi
Inggris dan wilayah selatan menjadi wilayah yurisdiksi Belanda. Setelah
pendudukan Inggris atas Jawa dan Maudara (1811-1816) wilayah Hindia Timur secara
keseluruhan kembali ke Belanda. Namun masih ada yang dianggap mengganjal antara
Inggris dan Belanda. Lalu dilakukan perundingan pada tahun 1824 dengan
kesepakatan tukar guling antara Bengkoelen (Inggris) dan Malaka (Belanda) yang
dikenal sebagai Tractat London 1824. Dengan demikian batas-batas yurisdiksi
antara Inggris dan Belanda clear en clean. Belanda (VOC) merampas Malaka dari
Portugis tahun 1643. Sedangkan Inggris mencengkeram Bengkoelen sejak tahun 1778.
Catatan: pembagian pulau Papoea tidak dipersoalkan antara Inggris (timur) dan
Belanda (barat). Belanda juga tidak mempersoalkan sisa Portugis di (pulau)
Timor. Lalu sistem pemerintahan dimulai. Inggris membentuk cabang pemerintah di
Brunei yang mencakup wilayah Kalimantan Utara dan Belanda membentuk cabang
pemerintahan di Bandjarmasin (selatan dan timur Kalimantan) dan kemudian
dibentuk di Pontianak (barat Kalimantan).
Lantas
bagaimana sejarah awal (provinsi) Kalimantan Utara? Nah itu dia tadi. Pulau Borneo atau Kalimantan yang
telah menjadi bipolar (utara Inggris dan selatan Belanda). Pusat Belanda yang
awalnya di Bandjarmasin dimekarkan ke arah barat (Pontianak). Sisa
selatan-timur yang (masih) berpusat di Bandjarmasing pada awal Republik
Indonesia dimekarkan di timur (Koetai-Samarinda). Masih pada era Republik
Indonesia ini, (provinsi) kembali Kalimantan Selatan dimekarkan dengan
membentuk (provinsi) Kalimantan Tengah. Lalu yang terakhir Kalimantan timur
dimekarkan dengan membentuk (provinsi) Kalimantan Utara dengan ibu kota di
Tanjung Selor. Dengan demikian lengkap sudah pembagian wilayah (pulau) Borneo
atau Kalimantan. Dalam garis continuum inilah kita melihat sejarah Provinsi
Kalimantan Utara, nama yang dulu milik Inggris namun tidak dipakai karena
terbentuknya Brunei, Sarawak dan Sabah, Nama Borneo Utara atau Kalimantan Utara
dihidupkan kembali ketika provinsi Kalimantan Timur dimekarkan (2013). Seperti
kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan, maka sejarah Kalimantan
Utara kita mulai dari permulaan di masa lampau. Okelah, untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe.