*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Dari
semua Pahlawan Nasional wanita Indonesia, ada yang yang sudah berumur dan ada
yang masih belia. Ada yang berasal dari zaman lampau dan ada yang muncul pada
era perang kemerdekaan. Ada yang berjuang dengan senjata, ada yang berjuang
lewat pendidikan dan pengembangan masyarakat. Empat Pahlawan Nasional dari
wilayah berbeda antara lain adalah Martha Christina Tiahahu (Saparua, Maluku),
Cut Nyak Dien (Aceh, Sumatra) Raden Ajeng Kartini (Jepara, Jawa) dan Maria Walanda
Maramis (Minahasas, Sulawesi), Dua yang pertama sudah dideskripsikan pada
artikel sebelum ini. Artikel ini hanya mendeskripsikan Pahlawan Nasional RA
Kartini asal Jepara dan Maria Walanda Maramis asal Minahasa
Raden Adjeng Kartini (21 April 1879 – 17 September 1904)
atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh Jawa
dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan
perempuan Pribumi-Indonesia. Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan
priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati
Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera
setelah Kartini lahir. Maria Josephine Catherine Maramis (1 Desember 1872 – 22
April 1924) atau yang lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis adalah
seorang Pahlawan Nasional Indonesia karena usahanya untuk mengembangkan keadaan
wanita di Indonesia pada permulaan abad ke-20. Setiap tanggal 1 Desember,
masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis, sosok yang
dianggap sebagai pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di
dunia politik dan pendidikan. (Wikipedia)
Lantas
bagaimana sejarah Pahlawan Nasional wanita Indonesia? Seperti disebut di atas, dua
Pahlawan Nasional telah dideskrispikan dan pada artikel ini dideskripsikan dua
Pahlawan Nasional Raden Ajeng Kartini dari
Jepara (Jawa) dan Maria Walanda Maramis dari Minahasa (Sulawesi). Lalu
bagaimana sejarah Raden Ajeng Kartini
dan Maria Walanda Maramis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.