*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Siapa
Soetan Casajangan? Kurang terinformasikan? Nama Soetan Casajangan belum ada di laman Wikipedia. Namun
sangat aneh peran penting Soetan Casajangan dikerdilkan di dalam buku berjudul
‘Orang Indonesia di negeri Belanda, 1600-1950’ yang ditulis dalam bahasa
Belanda oleh Harry A. Poeze, Cornelis Dijk dan Inge van der Meulen (KITLV) yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan Kepustakaan Populer
Gramedia, 2008 dengan judul ‘Di negeri penjajah: Orang Indonesia di negeri
Belanda, 1600-1950’. Lupakan buku Harry A. Poeze. Perihal sejarah, kita bisa
menyusun sendiri Sejarah Menjadi Indonesia.
Seperti umumnya sejarawan dan para peminat sejarah
Indonesia, awalnya cukup menghargai buku Harry A. Poeze dkk karena telah
memberikan informasi baru. Namun setelah saya lebih banyak saya menggali data
dan melakukan analisis yang lebih konferehensif, ternyata buku Harry A. Poeze
dkk tidak bisa ditelan mentah-mentah isinya. Seperti kita, mereka juga sedang
mempelajari sejarah Indonesia. Namun tentu saja ada perbedaan antara Harry A.
Poeze dkk dengan kita para peminat sejarah Harry A. Poeze dkk sebenarnya sadar-tidak
sadar mereka membawa kita ke dalam pikiran mereka. Dalam hal ini juga saya
mulai memahami diantara data mereka banyak yang tidak valid dan analisis yang
mereka lakukan ternyata biasa-biasa saja dan yang lebih penting mereka
tampaknya menyelipkan argumen yang dapat dikatakan bertentangan dengan fakta
dan data. Oleh karena itu, saya menjadi mengetahui apa motif Harry A. Poeze dkk
dalam menulis buku itu. Sadar tidak sadar para pembaca Indonesia judul buku itu
telah diplintir dengan tambahan nama pengantar judul yang bersifat rasis: ‘Di
negeri penjajah: orang Indonesia di negeri Belanda, 1600-1950’. Dalam hal ini
jika kita cermat dari awal judul yang mereka berikan sudah menjebak kita ke
dalam perankap mereka untuk membacanyasikap. Secara umum, sebagaiman kita
mengulik sejarah untuk menemukan kehebatan orang Indonesia, sebaliknya mereka
berusaha mengulik sejarah apa yang menjadi kelemahan dan keburukan orang
Indonesia. Hanya saja itu dikemas dengan baik sehingga para pembaca Indonesia
seakan kita ikut menari ketika mereka memainkan musik. Judul buku itu
sebenarnya tidak mencerminkan isinya. Boleh jadi dalam hal penerbit di
Indonesia ingin menambahkan tamabahan pada judul agar sesuai/ Judul asli buku
adalah ‘IndonesiĆ«rs in Nederland 1600-1950’.
Lantas
bagaimana sejarah Pahlawan Indonesia Soetan Casajangan? Seperti disebut di
atas, sejarah Soetan Casajangan memiliki kisah tersendiri yang sengaja tidak
sengaja ada yang ingin mengerdilkannya. Sejarah Soetan Casajangan sudah ditulis
pada artikel sebelumnya ‘Sejarah Menjadi Indonesia (288): Pahlawan Indonesia
Soetan Casajangan dan Indische Vereeniging; Sejarah PI, PPPI hingga PPKI’,
Artikel ini dapat dikatakan kelanjutannya. Lalu bagaimana sejarah Pahlawan
Indonesia Soetan Casajangan selengkapnya? Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.