*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini
Moda transportasi di Lampung bermula dengan
moda transpoertasi sungai/laut sejak zaman kuno, kemudian dikembangkan moda transportasi
jalan raya pada era Pemerintah Hindia Belanda. Untuk mendukung perkembangan
industri pertambangan dan perkembangan, Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan
moda transportasi kereta api, yang bermula ruas antara kota Teloek Betoeng
dengan pelabuhan Pandjang.
Stasiun Tanjungkarang (TNK) atau Stasiun Bandar Lampung merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Kota Bandar Lampung, tepatnya di Gunung Sari, Enggal, Bandar Lampung. Stasiun ini merupakan salah satu stasiun dalam jalur kereta api yang menghubungkan Bandar Lampung dengan Kota Palembang, Sumatra Selatan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +96 m ini merupakan stasiun kereta api utama PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional IV Tanjungkarang. Stasiun ini difungsikan untuk pemberangkatan kereta api jarak jauh yang melayani perjalanan hingga Stasiun Kertapati Palembang. Jalur kereta api pertama yang dibangun di Lampung dimulai dari Stasiun Panjang, menuju Stasiun Tanjungkarang sejauh 12 km. Jalur ini diresmikan pada tanggal 3 Agustus 1914 oleh Staatsspoorwegen op Zuid-Sumatra (ZSS), divisi dari Staatsspoorwegen (SS). Selanjutnya pembangunan diarahkan ke Kota Palembang. Dengan menggunakan lebar sepur 1.067 mm, ZSS berhasil membangun jalur kereta api di rute Palembang–Bandar Lampung sejauh 529 kilometer. Kesuksesan yang diraih SS menginspirasi perusahaan ini pernah menyusun masterplan agar seluruh wilayah Sumatra terhubung dengan rel kereta api, namun Depresi Besar (zaman malaise) yang terjadi di akhir dekade 1920-an menyebabkan rencana ini gagal (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah kereta api di Wilayah Lampung? Seperti disebut di atas, pada era Pemerintah Hindia Belanda, daerah operasi kereta api focus di Sumatra Barata (antara Padang/Teluk Bayur dan Sawah Lunto), Sumatra Timur (antara Medan dan Belawan dan Binjai) serta Lampung (Sumatra bagian Selatan) antara Teloek Betoeng dan pelabuhan Pandjang. Lalu bagaimana sejarah kereta api di Wilayah Lampung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.