*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini
Selain JH Wattimena, satu lagi tokoh penting dari Ambon yang namanya tidak tercatat dalam Sejarah Ambon adalah A. Th. Manusama. JH Wattimena cukup banyak meninggal jejak dalam pendidikan, A. Th. Manusama, sebaliknya justru banyak meninggalkan banyak tulisan. Dari tulisan-tulisanya, A. Th. Manusama adalah seorang nasionalis (lambat laun berseberangan dengan pemerintah Hindia Belanda).
Selain JH Wattimena, satu lagi tokoh penting dari Ambon yang namanya tidak tercatat dalam Sejarah Ambon adalah A. Th. Manusama. JH Wattimena cukup banyak meninggal jejak dalam pendidikan, A. Th. Manusama, sebaliknya justru banyak meninggalkan banyak tulisan. Dari tulisan-tulisanya, A. Th. Manusama adalah seorang nasionalis (lambat laun berseberangan dengan pemerintah Hindia Belanda).
Bataviaasch nieuwsblad, 11-11-1916 |
.
Pada masa ini nama A.
Th. Manusama hanya dikaitkan dengan roman Njai Dasima. Kiprah A. Th. Manusama
tidak hanya itu, A. Th. Manusama adalah seorang tokoh masa lampau yang memiliki
bobot tersendiri. Siapa A. Th. Manusama? Sulit menemukannya. Untuk itu, artikel
ini akan mendeskripsikannya. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
A. Th. Manusama Mengangkat Nama Multatuli (1916)
Tidak ada orang
pribumi yang membericarakan Multatuli, tiba-tiba A. Th. Manusama menulis tentang
keberadaan Multatuli di Ambon. A. Th. Manusama menulis artikel di surat kabar
Bataviaasch nieuwsblad, 11-11-1916 dengan judul Multatuli op Ambon. A. Th.
Manusama menulis, Multatuli sebagai hakim yang adil. Para orang tua di Ambon
menyebut Edward Douwes Dekker menyebutnya sebagai Toean Magistraat Dekker
daripada sekadar Toean Asisten Residen. A. Th. Manusama mencatat, di dalam
peradilan, Edward Douwes Dekker tidak dapat dibeli, pejabat yang bersih dan tidak
dapat dipengaruhi oleh kaum borjuis.
Edward Douwes Dekker diangkat sebagai Asisten Residen di
Ambon pada tahun 1851. Asisten Residen (biasanya) adalah ketua pengadilan
penduduk pribumi (Landraad). Namun tidak lama di Ambon, Asisten Residen Edward
Douwes Dekker jatuh sakit dan kembali ke Belanda dengan status cuti sakit. Pada
tahun 1860 Edward Douwes Dekker menulis novel berjudul Max Havelaar dengan nama
samaran Multatuli. Novel ini menjadi gempar di Belanda dan di Hindia Belanda.
Novel ini menyorot kekejaman dan ketidakadilan oleh orang-orang Belanda di
Hindia terhadap penduduk. Nama Multatuli inilah yang kemudian ditulis A. Th.
Manusama untuk menggambarkan sosok Asisten Residen Edward Douwes Dekker di Ambon
dalam memori kolektif penduduk Ambon sebagai Toean Magistraat Dekker. Edward
Douwes Dekker meninggal di Jerman, 1887.
Namun apa yang
membawa A. Th. Manusama mengangkat nama Multatuli ke permukaan tidak begitu
dijelaskan. Uraiannya dalam artikel, seakan menceritakan ada persoalan yang
mendasar di Ambon yang tengah terjadi. Suatu persoalan yang penyelesaiannya (boleh
jadi) hanya dapat dilakukan dengan memanggil kembali figur Multatuli di Ambon
yang telah sejak lama menjadi memori kolektif penduduk di Ambon. A. Th.
Manusama menjadi ‘penyambung lidah’ penduduk Ambon.
Tunggu deskripsi
lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar