*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Pada
artikel sebelumnya, telah dideskripsikan nama Kepulauan Melayu (Malay
Archipelago) nama baru setelah Indisch Archipel atau India Archipelago. Pada
artikel ini akan dideskripsikan tentang nama Indonesia sendiri. Bahwa pada masa
ini nama Indonesia diperkenalkan oleh Richard Logan. Apakah begitu yang
sebenarnya? Penyelidikan sejarah selalu diperlukan jika ditermukan perbedaan
pendapat atau pertanyaan yang muncul terhadap suatu hal yang diperhatikan.
Nama "Indonesia" berasal
dari berbagai rangkaian sejarah yang puncaknya terjadi di pertengahan abad
ke-19. Catatan masa lalu menyebut kepulauan di antara Indocina dan Australia
dengan aneka nama, sementara kronik-kronik bangsa Tionghoa menyebut kawasan ini
sebagai Nan-hai ("Kepulauan Laut Selatan"). Berbagai catatan kuno
bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara ("Kepulauan Tanah
Seberang"), nama yang diturunkan dari kata dalam bahasa Sanskerta dwipa
(pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki
menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai
ke Suwarnadwipa ("Pulau Emas", diperkirakan Pulau Sumatra sekarang)
yang terletak di Kepulauan Dwipantara. Nama "Indonesia" berasal dari
dua kata Yunani yaitu, Indus yang berarti "India" dan kata Nesos yang
berarti pulau/kepulauan, maka "Indo-nesia" berarti "kepulauan
India"…. Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan
tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa
Indonesia): "Mr Earl menyarankan istilah etnografi "Indunesian",
tetapi menolaknya dan mendukung "Malayunesian". Saya lebih suka
istilah geografis murni "Indonesia", yang hanya sinonim yang lebih
pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia". Sejak saat itu
Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam
tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di
kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. teks lengkap paragraf ini
lihat di bawah…(Wikipedia)
Lantas
bagaimana sejarah nama Indonesia? Seperti disebut di atas, nama Indonesia
secara eksplisit dinyatakan James Richardson Logan dan secara konsisten
digunakannya. Seperti halnya nama Malay Archipelago. lalu kemudian muncul penulis-penulis
lain mengikuti Logan dengan menulis nama Indonesia. Lalu bagaimana sejarah nama
Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe..
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan Indonesia – Nama
Indonesia [Raya] vs Nama Malaysia: Richard Logan (1850) vs Alfred R Wallace
(1869)
Kapan
nama Indonesia dikenal? Sulit diketahui, karena belum/tidak tersedia data.
Paling tidak nama Indonesia sudah disebut tahun 1947 (lihat Civil Code for
Indonesia (S. 1847 No. 23). Buku dengan 581 halaman ini berisi tentang
penjelasan undang-undang Hindia Belanda (Staatsblad) No. 23 tahun 1847 yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris (tahun 1847?). Di dalam terjemahan bahasa
Inggris ditemukan nama Indonesia (sebagai pengganti nama Hindia Belanda).
Tidak begitu jelas kapan buku penjelasan
undang-undang ini diterjemahah, apakah pada tahun diundangkan (1847) atau
sesudahnya. Besar dugaan yang membuat terjemahan ini adalah orang Inggris
(bukan orang Belanda). Sebab jika orang Belanda, ia akan tetap menggunakan nama
Hindia Belanda (Nederlandsche Indie). Jika buku ini diterjemahkan tahun 1847,
besar dugaan nama Indonesia sudah eksis sebelumnya.
Nama
Indonesia kembali ditemukan di dalam makalah
James Richardson Logan berjudul Ethnology of Indo-Pasific Islands yang
dimuat pada The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia Volume VI No
4 tahun 1851 (halaman 211-243 dan 549-585). Dalam makalah ini tidak ditemukan
penjelasan mengapa Logan menggunakan nama Indonesia. Lantas apakah sudah eksis
nama Indonesia diantara orang-orang Inggris? Dalam buku penjelasan Staatsblad
yang diterjemahkan di atas juga tidak ada penjelasan penggunaan nama Indonesia
apakah di kata pengantar, catatan kaki dan sebagainya. Boleh jadi nama
Indonesia sudah eksis, tetapi tidak diketahui tepatnya sejak kapan. Dalam
catatan Wikipedia disebutkan bahwa Logan telah menjelaskan penggunakan nama
Indonesia dalam jurnal yang sama pada Volume IV Tahun 1850.
Dalam laman Wikipedia asal usul nama Indonesia dicatat
sebagai berikut: Nama "Indonesia" berasal dari berbagai rangkaian
sejarah yang puncaknya terjadi di pertengahan abad ke-19. Catatan masa lalu
menyebut kepulauan di antara Indocina dan Australia dengan aneka nama,
sementara kronik-kronik bangsa Tionghoa menyebut kawasan ini sebagai Nan-hai
("Kepulauan Laut Selatan"). Berbagai catatan kuno bangsa India
menamai kepulauan ini Dwipantara ("Kepulauan Tanah Seberang"), nama
yang diturunkan dari kata dalam bahasa Sanskerta dwipa (pulau) dan antara
(luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian
terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa
("Pulau Emas", diperkirakan Pulau Sumatra sekarang) yang terletak di
Kepulauan Dwipantara. Nama "Indonesia" berasal dari dua kata Yunani
yaitu, Indus yang berarti "India" dan kata Nesos yang berarti
pulau/kepulauan, maka "Indo-nesia" berarti "kepulauan
India". Bangsa Arab menyebut wilayah kepulauan itu sebagai Jaza'ir al-Jawi
(Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa
Arab, luban jawi ("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab
memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh
di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "orang
Jawa" oleh orang Arab, termasuk untuk orang Indonesia dari luar Jawa
sekali pun. Dalam bahasa Arab juga dikenal nama-nama Samathrah (Sumatra),
Sholibis (Pulau Sulawesi), dan Sundah (Sunda) yang disebut kulluh Jawi
("semuanya Jawa"). Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang
beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari orang Arab, Persia, India, dan
Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok
semuanya adalah Hindia. Jazirah Asia Selatan mereka sebut "Hindia
Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang",
sementara kepulauan ini memperoleh nama Kepulauan Hindia (Indische Archipel,
Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau Hindia Timur (Oost Indie, East
Indies, Indes Orientales). Nama lain yang kelak juga dipakai adalah
"Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel
Malais). Unit politik yang berada di bawah jajahan Belanda memiliki nama resmi
Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang
dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah memakai nama yang spesifik untuk
menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu "Insulinde", yang artinya juga
"Kepulauan Hindia" (dalam bahasa Latin "insula" berarti
pulau). Nama "Insulinde" ini selanjutnya kurang populer, walau pernah
menjadi nama surat kabar dan organisasi pergerakan di awal abad ke-20. Pada
tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the
Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA, BI: "Jurnal Kepulauan Hindia
dan Asia Timur"), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869),
seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh.
Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel
Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA. Dalam
JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading
Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations ("Pada
Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan
Melayu-Polinesia"). Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba
saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki
nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering
rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama:
Indunesia atau Malayunesia ("nesos" dalam bahasa Yunani berarti
"pulau"). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis (diterjemahkan ke
Bahasa Indonesia dari Bahasa Inggris): "... Penduduk Kepulauan Hindia atau
Kepulauan Melayu masing-masing akan menjadi "Orang Indunesia" atau
"Orang Malayunesia"". Earl sendiri menyatakan memilih nama
Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab
Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga
digunakan untuk Ceylon (sebutan Srilanka saat itu) dan Maldives (sebutan asing
untuk Kepulauan Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa Melayu dipakai di
seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah
Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia. Dalam JIAEA Volume IV itu
juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of
the Indian Archipelago ("Etnologi dari Kepulauan Hindia"). Pada awal
tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan yang
sekarang dikenal sebagai Indonesia, sebab istilah Indian Archipelago
("Kepulauan Hindia") terlalu panjang dan membingungkan. Logan kemudian
memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf
o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. Dan itu
membuktikan bahwa sebagian kalangan Eropa tetap meyakini bahwa penduduk di
kepulauan ini adalah orang India, sebuah julukan yang dipertahankan karena
sudah terlanjur akrab di Eropa. Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di
dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke
Bahasa Indonesia): "Mr Earl menyarankan istilah etnografi "Indunesian",
tetapi menolaknya dan mendukung "Malayunesian". Saya lebih suka
istilah geografis murni "Indonesia", yang hanya sinonim yang lebih
pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia". Sejak saat itu
Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam
tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di
kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar
etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905)
menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel
("Indonesia atau Pulau-pulau di Kepulauan Melayu") sebanyak lima
volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan itu pada
tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah
"Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul
anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang
tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van
Nederlandsch-Indië tahun 1918. Pada kenyataannya, Bastian mengambil istilah
"Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan. (Wikipedia)
Yang
jelas setelah nama Indonesia disebutkan dalam terbitan The Journal of the
Indian Archipelago and Eastern Asia, nama Indonesia semakin kerap ditemukan
pada majalah, buku dan surat kabar. Nama Indonesia semakin mantap ketika telah
dimuat dalam Cyclopædia of India and of Eastern and Southern Asia, Commercial,
Industrial and Scientific Vol III (1873). Dalam Cyclopædia berbahasa Inggris
ini nama Indonesia berdekatan dengan entry nama Indo-Malaya.
Bagaimana dengan nama Indonesia di
Ensiklopedia berbahasa Belanda sejauh ini tidak terdapat nama entry Indonesia.
Nama Indonesia masih dianggap asing bagi orang-orang Belanda. Yang sudah ada
adalah Indie atau Indisch yang dalam hal ini Nederlandsch Indie (Hindia
Belanda), Indischen Archipel yang dalam bahasa Inggris Indian Archipelago
(Kepulauan Indonesia).
Disebutkan
dalam ensiklopedia berbahasa Inggris tersebut nama Indonesia diusulkan oleh
James Richardson Logan. Juga nama Indo-Malaya diusulkan oleh Logan. Penjelasan
entry Indonesia ini lebih dari dua halaman (sementara Indo-Malaya hanya satu
kalimat). Sumber yang digunakan dalam ensilopedia ini untuk entry Indonesia
adalah The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, Vol IV No. V dan
VI (May and June 1850).
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Nama Indonesia [Raya] vs Nama
Malaysia: Nama Indonesia Dipromosikan Mahasiswa Pribumi di Belanda dalam
Kongres Hindia 1917
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar