Sabtu, 31 Mei 2025

Sejarah Menjadi Indonesia (808): Menulis Ulang Sejarah di Indonesia; Judul Mencari Dipilih Data versus Data Membentuk Judul


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Sejarah harus ditulis. Lalu mengapa menulis ulang sejarah? Pertanyaan ini menjadi isu yang masih terus bergulir hingga hari ini. Ini bermula beredarnya Kerangka Konsep Penulisan "Sejarah Indonesia" (Draft masih dalam penyempurnaan) setebal 30 halaman yang dikeluarkan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia bertanggal 16 Januari 2025. Penulis dari Kerangka Konsep Penulisan "Sejarah Indonesia" tersebut adalah Susanto Zuhdi, Singgih Tri Sulistiyono, dan Jajat Burhanudin.  


Historical revisionism: In historiography, historical revisionism is the reinterpretation of a historical account. It usually involves challenging the orthodox (established, accepted or traditional) scholarly views or narratives regarding a historical event, timespan, or phenomenon by introducing contrary evidence or reinterpreting the motivations and decisions of the people involved. Revision of the historical record can reflect new discoveries of fact, evidence, and interpretation as they come to light. The process of historical revision is a common, necessary, and usually uncontroversial process which develops and refines the historical record to make it more complete and accurate. One form of historical revisionism involves a reversal of older moral judgments. Revision in this fashion is a more controversial topic, and can include denial or distortion of the historical record yielding an illegitimate form of historical revisionism known as historical negationism (involving, for example, distrust of genuine documents or records or deliberate manipulation of statistical data to draw predetermined conclusions). This type of historical revisionism can present a re-interpretation of the moral meaning of the historical record. Negationists use the term "revisionism" to portray their efforts as legitimate historical inquiry; this is especially the case when "revisionism" relates to Holocaust denial. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah menulis ulang Sejarah Indonesia? Seperti disebut di atas, menulis ulang sejarah adalah suatu yang lazim. Lalu masalahnya apa? Yang jelas dalam menulis ulang ada dua pendekatan yang bertentangan: judul mencari data atau data membentuk judul. Lalu bagaimana sejarah menulis ulang Sejarah Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Menulis Ulang Sejarah Indonesia; Judul Mencari Data versus Data Membentuk Judul

Isu tentang menulis ulang sejarah yang dibicarakan dimana-mana pada masa ini sesungguhnya tentang sejarah apa, siapa, dimana dan kapan? Pertanyaan-pertanyaan itu akan mengklarifikasi ruang lingkupnya apakah sejarah di Indonesia, sejarah Indonesia, sejarah nasional, sejarah nasional Indonesia.


Tentang dimana dan kapan: Apa yang dimaksud dengan Indonesia? Batas-batas tempat (geografis) yang digunakan dimana; batas-batas waktu yang digunakan sejak kapan. Bagaimana dengan kombinasi ruang dan waktu? Tentang apa dan siapa: Apa yang dimaksud dengan Indonesia? Aspek atau bidang pengetahuan (knowledge area) apa saja? Jumlahnya sangat banyak tentunya. Dalam konteks itulah kemudian baru dapat dihubungkan dengan siapa. Tentang siapa saja juga banyak kategorinya.

Dalam konteks mendefinisikan secara operasional sejarah di Indonesia, sejarah Indonesia, sejarah nasional atau sejarah nasional Indonesia, upaya menulis sejarah sudah sejak lama dilakukan. Penulis sejarah di Indonesia terus berlangsung bahkan hingga hari ini. Penulis-penulis Inggris yang memulai pekerjaan itu.


William Marsden menulis sejarah Sumatra dengan judul The History of Sumatra yang diterbitkan tahun 1781; Thomas Stamford Raffles menulis sejarah (pulau) Jawa dengan judul The History of Java (terbit 1817). John Crawfurd menulis dengan judul History of the Indian Archipelago diterbitkan 1820. Sadjarah Malayu (Malay Annals: translated from the Malay language by the late Dr. John Leyden with an introduction by Sir Thomas Stamford Raffles) diterbitkan di London, 1821.

Setelah situasi dan kondisi di Hindia Belanda mulai stabil dan batas-batas wilayah Hindia Belanda sudah tuntas diselesaikan (Traktat London, 1824), Pemerintah Hindia Belanda mulai menginisiasi penulisan sejarah Hindia Belanda. Ini paling tidak terindikasi dimana Z. Exc. den minister van Staat, commissaris-generaal over Nederlands-Indie mengangkat satu pejabat sebagai geschiedschrijver van Nederlands Indie (sejarawan Hindia Belanda) (lihat Dagblad van 's Gravenhage, 06-05-1829).


Bagaimana hasil pencatatan sejarah (di) Hindia Belanda, tidak langsung tampak hasilnya. Boleh jadi selama ini belum ada orang Belanda yang menulisnya. Dokumen-dokumen lama masih menumpuk dan tersimpan di Casteel Batavia untuk dokumen VOC; perpustakaan Bataviaasch Genootschap boleh jadi belum ada buku yang tersimpan tentang sejarah Hindia. Satu yang jelas berbagai dokumen yang berasal dari Hindia sejak era VOC masih tersebar di berbagai tempat termasuk museum dan perpustakaan di berbagai negara; dokumen seperti peta-peta juga banyak yang terdeteksi di toko-toko buku bekas di Eropa.

Ringkasan sejarah Hindia Belanda mulai dipublikasikan sejak 1845 yang selalu ditempatkan di bagian awal Almanak Nederlandsch-Indie di bawah judul Korte Kronijk. Dalam koronik dicatat tahun terakhir pada tahun 1828 dimana Kapitein Luitenant Steenboom dengan kapal ZM Korvet Triton en Schoener Iris berlayar ke Nieuw Guinea; dan pada tahun 1827-1828 dilakukan ekspedisi militer di bawah pimpinan Kapitein der zee HM Dibbetz yang melakukan pertempuran dengan Sultan Matan di Borneo.

 

Sejak 1870 Kepala Arsip Hindia Belanda CA van der Chijs mulai mengamankan arsip-arsip kuno di Casteel Batavia termasuk meringkas setiap dokumen yang kemudian dibukukan dalam banyak jilid. Mr CA van der Chijs juga secara pribadi mulai banyak menulis tentang berbagai aspek dalam sejarah di Hindia. Salah satu penerus van der Chijs adalah Dr F de Haan yang terkenal dengan bukunya berjudul Oud Batavia.

Sementara orang Belanda terus memperkaya tulisan sejarah di Hindia, orang-orang pribumi juga mulai menulis versinya sendiri. Hadji Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda menulis sejarah Sumatra dengan judul Riwajat Poelau Sumatra yang diterbitkan tahun 1903. Hoesein Djajadiningrat di Leiden, Belanda menulis disertasi berjudul Critische beschouwing van de Sadjarah Bantën (1913). Tentu saja tulisan-tulisan orang Belanda seperti karya W Fruin-Mees dimelajoekan oléh SM Latif yang berjudul Sedjarah Tanah Djawa yang diterbitkan tahun 1922.


Pada tahun 1937 di Belanda sudah mulai ada upaya untuk menulis Sejarah Hindia Belanda (lihat Het volk, 28-07-1937). Disebutkan karya sejarah dalam enam bagian tentang Hindia Belanda dilakukan oleh penerbit "Joost van den Vondel" di Amsterdam, sebuah karya yang terdiri dari enam bagian tentang sejarah Hindia Belanda sedang dalam proses. Karya ini berada di bawah arahan mantan guru sejarah HBS di Semarang, Dr FW Stapel, sementara sejumlah spesialis juga memberikan bantuan. Lalu kemudian pada tahun 1938 muncul lagi gagasan untuk menulis Geschiedenis van Nederlands-Indie (lihat Klank- en vormleer van het dialect der gemeente Enschede, 1938). Disebutkan  perlunya studi tentang Sejarah Hindia Belanda yang lebih baru akan sangat bermanfaat jika ada biro informasi di Batavia. Catatan: FW Stapel sudah lama aktif dalam penulisan sejarah di Hindia Belanda lihat misalnya: Eijkman, AJ en FW Stapel. Leerboek der geschiedenis van Nederlandsen Oost-Indie. 5e druk, opnieuw bewerkt door Dr. F. W. Stapel. Groningen, enz., 1928. Met ill.

Di Belanda pada tahun 1940 terbit buku berjudul Nederlanders over de Zeen:  350 Jaar Nederlandsche Koloniale. Buku ini diterbitkan di bawah redaksi Dr JC de Haan en Jhr Prof Dr. P van Winter met medewerking van Prof G Gonggrijp; Dr J de Graaf; Dr C van Leur en WR Menkman.


Pada Bab V ditulis oleh Dr J de Graaf dengan judul De Geschiedenis van Nederlansch Indie 1653-1816 yang terdiri dari sub-bab: De Compagnie op Java; Het Westelijk deel van de Archipel; De Compagnie in Azië buiten de Archipel; De Overgang van Compagnie tot Gouvernement; Cultuur-historisch Overzicht, 1653-1816. Pada Bab VI ditulis oleh Prof G Gonggrijp dengan judul Nederlansch Indie onder de Staat en Als Deel van het Koninkrijk yang terdiri dari sub-bab: Herstel van het Nederlandsch gezag. Op zoek naar de Beginselen, 1816-1830; Cultuurstelsel en Batig-Slot-politiek, 1830-1863; Het Liberale Tijdvak, 1863-1903; Ethische Koers, Nieuwe Staatsinrichting en Inlandsche Beweging, 1903-1929; De Wereldcrisis, de Monetaire politiek en het Einde der economische Vrijheid, 1929-1940.

Akhirnya era Pemerintah Hindia Belanda berakhir pada bulan Maret 1942. Selama pendudukan militer Jepang tidak ada terinformasikan tentang sejarah di Indonesia. Namun pendudukan militer Jepang tidak lama, yang mana setelah Kaisar Jepang menyatakan takluk pada Sekutu yang dipimpin Amerika pada tanggal 14 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan Indonesia dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945.


Dalam perkembangannya, Pemerintah Belanda ingin kembali ke Indonesia. Perang kemerdekaan pun tak terhindarkan. Orang Belanda dan orang Indonesia mulai menulis kembali. Pada akhirnya sejak 27 Desember 1949 Pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia (RIS). Pada tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyatakan RIS dibubarkan dan pada tanggal 18 Agustus 1950 dideklarasikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selama perang, di sisi Indonesia ditulis buku berjudul Kamus Bahasa Indonesia oleh Emil Harahap ditebitkan di Djakarta tahun 1947 (tentu saja belum lama ini Akhir Matua Harahap menulis Sejarah Bahasa Indonesia). Sementara di sisi Belanda terbit buku berjudul ‘37 jaar Indonesische vrijheidsbeweging’ oleh JH François (1947); ‘Nederland-Indonesië in de twintigste eeuw: een beknopte behandeling van de ontwikkeling der staatkundige verhoudingen oleh O Damsté dan B Jilderda (1947); Onder de Japanse knoet: Leven en lijden van de broeders in Indië tijdens de Japanse bezetting, 1940-1945 oleh (Br) August (1947); Wordend Indonesie oleh GL Tchelman dan H van Meurs (1948); Geschiedenis van Indonesie oleh HJ de Graaf (1949); Mens en vrijheid in Indonesie oleh CAO van Nieuwenhuijze (1949).

Sejak 1950 orang Indonesia mulai menulis sejarah di Indonesia dengan berbagai aspek yang menjadi perhatian masing-masing. Adam Malik Batoebara menulis Sedjarah Proklamasi 17 Agustus 1945 yang diterbitkan di Djakarta tahun 1950. Lalu pada tahun 1951 terbit dua buku sejarah Indonesia: Sedjarah Indonesia oleh Bachroem Rangkoeti dan Sejarah Indonesia oleh Mohamad Kasim Siregar. Pada tahun 1952 Mohamad Jamin menulis buku dengan judul Prea Sedjarah Indonesia (baca: pra sejarah Indonesia).


Pada tahun 1952 sempat terjadi polemik (narasi) sejarah (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 01-09-1952). Disebutkan Protes Islam terhadap buku sejarah. Front Muballigh Islam Pusat di Makassar membahas buku "Sejarah Indonesia" karya frater Amater dan A Silaun yang diterbitkan Versluys, dalam sebuah pertemuan yang diadakan bersama ormas Islam lainnya. Kesimpulan bulat adalah bahwa halaman 55 hingga 60 buku ini khususnya memuat penjelasan tentang Islam dan sejarahnya yang bertentangan dengan fakta. Pertemuan tersebut memutuskan untuk memprotes buku ini dan merekomendasikan kepada pemerintah untuk menariknya dari peredaran dan melarangnya untuk digunakan di sekolah, sepanjang isinya belum disesuaikan dengan sejarah dan ajaran Islam yang sebenarnya.

Di satu sisi, menulis sejarah pada hematnya tidak boleh digambangkan, dan di sisi lain menulis sejarah itu penting karena untuk kegunaan banyak hal. Dengan kata lain sejarah Indonesia sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan orang Indonesia terutama di bidang akademisi.


Pada tahun 1953 Keputusan Menteri Pendidikan tanggal 9 September 1952, dan setelah melakukan perubahan yang diperlukan terhadap Pasal 16 dan 17 beslit Pendidikan Tinggi 1946 (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 17-02-1953). Disebutkan lebih lanjut Menteri Pendidikan telah menambahkan peraturan baru berikut ini: (a) Pemegang ijazah akhir dari HBS, Gymnasium dan Lyceum, sekolah menengah yang sesuai, sampai dengan tahun ajaran 1941-1942 dapat mengikuti ujian 3 fakultas di Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta atau Universitas Indonesia di Djakarta tanpa syarat apa pun; (b) Jika ijazah setelah tahun ajaran 1941-1942 sampai dengan tahun ajaran 1951-1952, pemegangnya dapat pula mengikuti ujian di perguruan tinggi tersebut, juga tanpa syarat apa pun, jika yang bersangkutan telah terdaftar sebagai mahasiswa di salah satu fakultas pada masa itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (c) Jika ijazah akhir telah diperoleh dalam masa sebagaimana dimaksud pada huruf (b), tetapi yang bersangkutan belum terdaftar sebagai mahasiswa di salah satu fakultas di salah satu perguruan tinggi negeri, maka yang bersangkutan harus: terlebih dahulu mengikuti ujian negara pada mata kuliah Bahasa Indonesia dan Sejarah Indonesia, sebelum dapat mengikuti ujian di fakultas yang bersangkutan.

Setelah nama Gadjah Mada dijadikan sebagai nama universitas (1946), pada awal tahun 1950an ini nama-nama dalam sejarah zaman kuno Indonesia menjadi pakem penamaan universitas seperti Universitas Airlangga (1954); Universitas Adityawarman namun segera diganti menjadi Universitas Andalas (1956) dan Universitas Hasanoedin (1956). Lalu kemudian nama Universitas Padjadjaran (1957).


Sebelumnya nama Universitas Indonesia (UI) sempat diusulkan agar diubah menjadi Universitas Mulawarman namun ditolak oleh berbagai pihak. Untuk nama Universitas Sumatra Utara yang diakuisisi pemerintah pada tahun 1957 tidak pernah menjadi polemik. Demikian juga dengan pendirian perguruan teknik di Soerabaja dengan nama Pergoeroean Tinggi Teknik tahun 1957 (kelak dengan nama Institut Teknologi Sepuluh November) dan pemekaran UI dengan membentuk Institut Teknologi Bandoeng pada tahun 1959. Pada tahun 1960 universitas yang baru dibuka di Sumatra Selatan diberi nama Universitas Sriwidjaja.  

Dalam perkembangnya tokoh penting Indonesia semasa perjuangan kemerdekaan Indonesia di era Hindia Belanda, Sanoesi Pané tampaknya turun gunung dalam urusan sejarah. Seperti disebut di atas HJ de Graaf yang menulis Geschiedenis van Indonesie tahun 1949 banyak mengutip nama Sanoesi Pane. Pada tahun 1965 Sanoesi Pane menerbitkan bukunya di Djakarta berjudul Sedjarah Indonesia.


Sanoesi Pane sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (1949) sangat jarang terdengar. Pada waktu Indonesia bergolak (1965) tampaknya mau tak mau turun gunung dengan menerbitkan bukunya Sedjarah Indonesia. Nama Sanoesi Pane sendiri sudah dikenal lama (lihat De nieuwe vorstenlanden, 27-11-1925). Disebutkan di kota Padang lima siswa MULO ditangkap yang merupakan aktivis Jong Sumatranen Bond karena menyebarkan pamflet di suatu bioskop yang di dalamnya berisi tulisan dari Sanoesi Pane (di Batavia): ‘Lempar pikiran yang lemah ke laut dan persiapkan diri Anda untuk tugas Anda: memimpin Sumatra menuju kemerdekaan dalam arti kata yang sepenuhnya’. Sanoesi Pane adalah seorang sastrawan muda Indonesia, yang karya-karya dramanya antara lain Airlangga (1928); Eenzame Garoedavlucht (Penerbangan Garuda yang Sepi, 1929); Kertadjaja (1932); Sandhyakala ning Madjapahit (1933). Dalam Kongres Bahasa Indonesia yang diadakan di Solotahun 1938, Sanusi Pane bertindak sebagai pengarah (SC) yang mana Sanusi Pane mendapat kesempatan pertama pada hari dimulai (26 Juni 1938) membawakan makalah berjudul: Asal-Oesoel dan Sedjarah Bahasa Indonesia (lihat De locomotief, 21-06-1938). Singkatnya, di dalam buku HJ de Graaf (lector in de geschiedenis van Indonesie aan de Universiteit van Indonesie te Batavia) berjudul Geschiedenis van Indonesie juga mengutip puisi Sanoesi Pane.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Judul Mencari Data versus Data Membentuk Judul: Menulis Ulang Sejarah Indonesia Dapat Dilakukan Setiap Hari, Sebab Data Baru Dapat Ditemukan Setiap Hari

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar