*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini
Untuk memahami sejarah, tidak cukup hanya teks atau benda
berdasarkan sumber-sumber lama dari zaman kuno seperti surat kabar, majalah,
peta dan foto atau benda-benda purbakala atau benda-benda historis lainnya.
Teknologi masa kini juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mendapat data
(dan fakta baru) tentang suatu aspek yang dihubungkan dengan kejadian yang
bersifat historis. Itulah analisis sejarah masa kini, narasi sejarah yang membutuhkan
banyak data dan banyak sumber apapun teknologinya (mulai dari teknologi
megalitikum hingga teknologi digital zaman Now). Para peneliti di Google
belakangan ini sudah mulai memperkenal Timelapse Google Earth.
Dalam analisis sejarah, adakalanya pertanyaan
muncul namun sulit mendapatkan data pendukung. Kejadian ini disebut memorylapse.
Oleh karena data yang dibutuhkan sangat penting, nama data yang tersedia di msa
lampau tidak ada maka diperlukan data alternatif. Meski penggunaan data
alternatif ini sangat terbatas untuk aspek tertentu, tetapi jika dimanfaatkan
secara maksimal untuk aspek yang tepat sangatlah berguna. Dalam penulisan
artikel di dalam blog ini saya kerap menggunakan data alternatif. Misalnya
membandingkan peta zaman kuno (era Portugis dan era VOC) dengan situasi dan kondisi
sekarang saya memerlukan data satelit (digital) googlemaps. Tentu saja kini ada
data googleearth yang lebih baik. Sebelumnya, saya juga kerap membangidngkan
data teks (deskripsi) dengan data-data yang dihasilkan zaman Now berupa
video-video yang diupload di Youtube, apakah hasil pemotretan, atudio-visul
maupun yang terbaru data yang direkam dengan teknologi drone. Semua yang
disebut yang terakhir bersifat data alternatif, tidak berdiri sendiri memang
tetapi harus disandingkan dengan data lama zaman doeloe. Praktek inilah yang
diperkenalkan para peneliti google sebagai Timelapse Google Earth.
Lantas bagaimana sejarah rupa bumi Indonesia? Yang jelas
sebelum era staelit (teknologi digital) kita hanya tergantung pada peta-peta
yang berhasil dikumpulkan. Semakin banyak peta (dan versinya) semakin baik
untuk membangun akurasi (data yang lebih valid). Satu hal yang pasti dalam
sejarah rupa bumi Indonesia telah banyak berubah sejak era VOC (yang dapat
diperbandingkan dengan masa kini). Masih banyak penulis-penulis masa kini yang
berasumsi kota Palembang berada di daerah aliran sungai Musi pada zaman kuno,
tetapi dengan bantuan data satelit bisa diinterpretasi justru berada di pantai.
Hal serupa juga dengan wilayah kota Jakarta yang sekarang, jangan bayangkan itu
dari zaman kuno sebagai daratan. Dalam hal inilah arti penting memorylapse dan
timelapse. Nah, untuk lebih memahami sejarah Indonesia, seperti kata ahli
sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional hingga terbentuk Indonesia masa kini,
mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe dan sumber-sumber zaman Now.