*Untuk melihat semua artikel Sejarah Yogyakarta dalam blog ini Klik Disini
Bagian terpenting dalam sejarah pendidikan di Indonesia adalah keberadaan sekolah guru bagi pribumi (kweekschool). Sekolah guru bagi pribumi pertama didirikan tahun 1851 di Soerakarta. Meski peningkatan (mutu) guru bagi pribumi terbilang lambat, paling tidak sekolah-sekolah guru yang didirikan telah menghasilkan banyak guru bagi penduduk pribumi.
Bagian terpenting dalam sejarah pendidikan di Indonesia adalah keberadaan sekolah guru bagi pribumi (kweekschool). Sekolah guru bagi pribumi pertama didirikan tahun 1851 di Soerakarta. Meski peningkatan (mutu) guru bagi pribumi terbilang lambat, paling tidak sekolah-sekolah guru yang didirikan telah menghasilkan banyak guru bagi penduduk pribumi.
Hoogera Kweekschool Poerworedjo, 1924 |
Secara nasional peningkatan
mutu guru bagi pribumi baru dilakukan pada tahnn 1914 dengan mendirikan sekolah
guru atas Hoogere Kweekschool (HKS) di Poerworedjo. Siswa-siswa yang diterima
di HKS ini adalah alumni sekolah guru (Kweekschool) yang terdapat di berbagai
tempat atau alumni sekolah jenis lainnya.
Inlandsche Kweekschool yang dimulai
tahun 1851 mendidik siswa lulusan sekolah dasar untuk menjadi guru. Inlandsche
Kweekschool dalam hal ini dapat dikatakan setara dengan SMP pada masa ini.
Sedangkan Hoogere Kweekschool adalah sekolah guru setara SMA pada masa ini. Untuk
mendapat akte guru setara universitas (sarjana pendidikan) harus ditempuh di
Belanda. Pendidikan guru setara universitas baru tahun 1951 dibentuk di
Bandoeng yakni Pedagogie Hogeschool (cikal bakal Universitas Pendidikan
Indonesia).
Lantas bagaimana sejarah
Hoogere Kweekschool (HKS) itu sendiri? Itu yang menjadi pertanyaan kita. Hoogere
Kweekschool (HKS) terkait langsung dengan Inlandsche Kweekschool. Lalu
bagaimana dengan munculnya gagasan sekolah tinggi pendidikan (Hogeschool). Mari
kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Hoogere Kweekschool (HKS) di
Poerworedjo dan JD Winnen
Realisasi pembentukan
sekolah guru atas (Hoogere Kweekschool) mulai terlihat setelah adanya
pemberitaan di surat kabar Java Bode edisi bulan Juli 1914. Lokasi dimana
sekolah didirikan telah ditetapkan di Poerwokerto. Siswa-siswa yang diterima berasal
dari sekolah guru (Kweekschool) yang terdapat (terutama) di Bandoeng,
Probolinggo, Djokjakarta, Oengaran dan Fort de Koek. Lama pendidikan adalah
selama tiga tahun. Mereka yang berhasil akan diproyeksikan menjadi guru di
sekolah-sekolah HIS yang dimulai tahun 1914 ini.
De Preanger-bode, 15-07-1914 |
Pendirian sekolah Hoogere
Kweekschool (HKS) ini pada dasarnya seiring dengan pembentukan sekolah Hollandsch-Inlandsche
School (HIS). Sebelumnya sudah ada dua jenis sekolah yakni sekolah dasar Eropa
(ELS) dan sekolah rakyat (Inlandsche School). Pada sekolah ELS (Europeesche
Lagere School). Di ELS sejak diperbolehkan siswa pribumi mulai muncul penolakan
dari orang-orang Eropa/Belanda, sementara pemerintah masih membutuhkan sekolah
ELS untuk pintu bagi pribumi ke peradaban Belanda. Pembentukan sekolah HIS
adalah solusinya, suatu konsep pendidikan yang tidak ditemukan dimanapun.
Haagsche courant, 28-10-1914 |
Akhirnya Hoogere
Kweekschool (HKS) dibuka secara resmi pada tanggal 1 Oktober 1914. Untuk posisi
direktur sekolah dijabat oleh JD Wannen (lihat Haagsche courant, 28-10-1914). Namun
yang menjadi pertanyaan adalah mengapa lokasi HKS yang dipilih adalah
Poerworedjo. Padahal sejak awal kota Poerworedjo tidak pernah dikaitkan dengan
keberadaan adanya suatu lembaga pendidikan di masa lampau.
Sebagaimana diketahui sekolah guru
Kweekschool pertama didirikan di Soerakarta tahun 1851. Pada tahun 1874 sekolah
guru di Magelang dibuka yang mana siswa sekolah guru di Soerakarta ditransfer ke
Magelang (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 06-11-1874).
Namun dalam perjalanannya, sekolah guru di Magelang sempat ditutup tetapi
dibuka kembali pada tahun 1877 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 13-10-1877). Seperti sekolah guru
lainnya, sekolah guru Magelang juga akhirnya ditutup kembali tahun 1885 (lihat Provinciale
Drentsche en Asser courant, 30-01-1885). Hal
serupa di Soerakarta adalah sekolah guru di Tanobato ditutup tahun 1874 karena
akan dibuka sekolah guru di Padang Sidempoean pada tahun 1879. Dalam
perjalanannya sekolah guru Padang Sidempoean ditutup tahun 1892. Sekolah guru lainnya
yang pernah eksis dan telah ditutup adalah Kweekschool Tondano, Sulawesi (ditutup
1875), Kweekschool Banjarmasin (1893) dan Kweekschool Makassar (1895) serta
Kweekschool Ambon.
Seperti disebutkan di atas HKS akan
menerima lulusan dari lima Kweekschool yang tersisa yakni Bandoeng, Oengaran,
Probolinggo, Jogjakarta dan Fort de Kock. Kweekschool Fort de Kock dibuka sejak
1856, Kweekschool Bandoeng dibuka sejak 1866 dan Kweekschool Probolinggo sejak
1875. Pada tahun 1897 di Djogjakarta dibuka sekolah guru tepatnya pada tanggal
7 April 1897 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 05-04-1897). Dalam perkembangannya, dibangun sekolah guru
di Oengaran, Semarang yang dibuka tahun 1909 (lihat De Preanger-bode, 22-09-1909).
Pilihan Poerworedjo
sebagai lokasi HKS boleh jadi karena faktor posisinya yang strategis diantara
lima kweekschool yang masih tersisa. Akses moda transportasi kereta api ke
Poerworedjo juga menjadi faktor pertimbangan. Faktor lainnya juga karena
Poerworedjo adalah salah satu pusat perkembangan ekonomi yang penting di Jawa.
Dengan adanya HKS akan dimungkinkan menambah banyak guru untuk sekolah HIS dan
pada gilirannya memperbanyak sekolah HIS yang akan didirikan.
Sekolah HIS di Jogjakarta didirikan
tahun 1918 (lihat De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 13-10-1920).
Sebelumnya, sejak tahun 1914 sudah dibuka sejumlah sekolah HIS di berbagai
kota. Kepala sekolah HIS adalah alumni sekolah guru di Eropa.
HIS Padang Sidempoean, 1915 |
HIS Padang Sidempoean dibuka pada tahun 1915. Gedung sekolah yang digunakan adalah eks gedung Kweekschool Padang Sidempoean yang dibuka tahun 1879 dan ditutup pada tahun 1892.
Dalam perkembangannya
HKS dibuka di Bandoeng pada tahun 1920. Pembukaan HKS di Bandoeng adalah
peningkatan Kweekschool di Bandoeng. HKS Bandoeng akan dibuka bulan Juli 1920.
Yang akan menjadi direktur HKS Bandoeng adalah JD Winnen yang saat ini sebagai
direktur HKS di Poerworedjo (lihat De Preanger-bode, 13-04-1920). Untuk menjadi
direktur HKS Poerworedjo adalah Koert (lihat De Preanger-bode, 19-05-1920),
De Preanger-bode, 19-05-1920 |
Dengan didirikannya HKS
di Bandoeng maka jumlah HKS menjadi dua buah di Hindia selain yang sudah ada di
Poerworedjo. Kedua HKS ini kebetulan diawali oleh JD Winnen sebagai direktur.
Pada tahun 1923, setelah sekian lama mengabdi, JD Winnen sebagai direktur Hoogere Kweekschool
di Bandoeng diberikan cuti ke Eropa selama dua tahun (lihat Bataviaasch
nieuwsblad, 30-08-1923).
Pada tahun 1923, Gading Batubara
Josua lulus di Kweekschool Fort de Kock dan langsung melanjutkan studi ke HKS
Poerworedjo. GB Josua lahir di Hoetapadang, Sipirok 10 Oktober 1901 (10-10-01).
Setelah lulus, Gading Batoebara pulang kampung dan menjadi guru sementara di
HIS swasta Sipirok, Afdeeling Padang Sidempoean (kampung halamannya). Kemudian
Gading Batoebara merantau dan menjadi guru di Tandjoengpoera (Langkat). Tidak
lama di Tandjongpoera, GB Josua tertarik atas tawaran untuk memajukan sekolah
HIS swasta di Doloksanggoel. Kehadirannya membuat sekolah HIS Doloksanggoel
maju pesat hingga akhirnya diakuisisi oleh pemerintah menjadi HIS negeri.
Sukses GB Josua merancang HIS di Doloksanggoel membuat namanya diperhitungkan
oleh pemerintah Nederlansch Indie. Dalam perkembangannya, Gading Batoebara
Josua (GB Josua) diangkat menjadi guru pemerintah dan ditempatkan di Schakel
School Medan (lihat De Sumatra post, 17-09-1928). Pada tahun 1929 GB Josua
melanjutkan pendidikannya ke Negeri Belanda di Groningen.
Pada tahun 1929 di
Magelang dibuka sekolah HKS filial. Yang diangkat menjadi direktur sekolah HKS
filial di Magelang adalah H Schroo (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 06-07-1929).
Tidak diketahui mengapa di Magelang dibuka sekolah HKS filial padahal sekolah
HKS sudah ada di Poerworedjo dan Bandoeng.
Bataviaasch nieuwsblad, 06-07-1929 |
Mengapa HKS filial tahun
1929 dibuka di Megelang secara bertahap mulai dapat dipahami. Pada tahun 1930
HKS Poerworedjo diputuskan tidak menerima siswa baru lagi. Untuk siswa yang
ingin melanjutkan tingkat tiga diarahkan ke HKS Bandoeng, sedangkan yang ingin
melanjutkan ke tingkat dua diarahkan ke HKS filial di Magelang. Seperti rumor
yang pernah muncul, sekolah HKS Bandoeng juga harus ditutup pada tahun 1931.
Untuk siswa yang ingin melanjutkan diarahkan ke HKS di Magelang. Setelah
menyelesaikan semua siswa HKS tahun 1932, sekolah HKS Magelang juga ditutup.
Direktur HKS Magelang H Schroo mau tak mau harus direlokasi menjadi guru di
sekolah OSVIA di Makassar (lihat De Indische courant, 05-07-1932).
Salah satu alumni sekolah HKS
Poerworedjo, GB Josua yang berangkat studi ke Belanda adiberitakan telag lulus
dan mendapat akte Lager Onderwijs (LO). GB Josua kembali ke tanah air dengan
menumpang kapal ss. Patria dari Rotterdam 4 November 1931 (Het nieuws van den
dag voor Nederlandsch-Indië, 01-12-1931). Dalam perkembangannya GB Josua mendirikan
sekolah HIS di Medan (lihat De Sumatra post, 02-07-1932). Sekolah ini disebut
Josua Institute (kini masih eksis dengan nama Perguruan Josua).
Akte guru LO (Lager Onderwij) adalah
setara dengan sarjana muda lisensi Eropa/Belanda. Seperti disebutkan di atas, Soetan Goenoeng
Moelia mendapat akte MO (Middlebare Onderwij) yang setara dengan sarjana
lisensi Eropa. Oleh karena itu, Soetan Goenoeng Moelia bisa menjadi direktur
sekolah HIS pemerintah. Selumnya orang pribumi yang menjabat direktur HIS
adalah Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan yang telah mendapat beslit MO
di Belanda pada tahun 1913.
Normaal School dan Pedagogie Hogeschool
Penutupan HKS (Hoogere
Kweekschool) boleh jadi karena sekolah guru Normaal School sudah banyak didirikan
oleh pemerintah di berbagai tempat. Jika sekolah HIS awalnya dibentuk untuk
memperkaya pemahaman (bahasa) Belanda, sekolah Normaal School lebih dimaksudkan
untuk lebih memperkaya pemahaman budaya Indonesia.
Normaal School di Meester Cornelis, 1925 |
Sekolah Normaal School
diharapkan untuk menggantikan peran sekolah guru Kweekschool. Sehubungan dengan
ditutupnya HKS, maka peran Normaal School ini lebih ditingkatkan. Awalnya
Normaal School setara SMP lalu dinaikkan setara SMA. Dengan demikian Normaal
School dapat menggantikan peran HKS (setara SMA).
Untuk menghasilkan guru-guru pada
sekolah menengah atas (AMS) pada tahun 1938 dilakukan kursus dua tahun di
Bandoeng. Kursus ini dimaksukan untuk menjadi guru AMS tidak perlu lagi studi
ke Belanda. Salah satu guru pada kursus ini adalah Soetan Goenoeng Moelia.
Setelah berakhirnya era
kolonial Belanda, pada saat pendudukan Jepang sekolah-sekolah guru banyak yan
ditutup dan dibentuk sekolah guru yang baru. Pada era kemerdakaan untuk
menghasilkan guru untuk sekolah dasar dibentuk Sekolah Guru Bawah (SGB) dan
untuk guru-guru sekolah menengah (SMP) dibentuk Sekolah Guru Atas (SGA). Dalam
perkembangannya SGB ini mebnjadi SPG (Sekolah Pendidikan Guru) dan SGA ini
menjadi PGSLP. Untuk guru-guru yang mengajar di SMA adalah lulusan perguruan
tinggi yaitu Fakultas Pedagogi. Fakultas ini baru mulai dirintis pesca
pengakuan kedaualtan RI. Dalam menyusun konsep fakultas pendidikan ini peran
Soetan Goenoeng Moelia sangat penting. Fakultas Pedagogi ini menjadi cikal
bakal Universitas Pendidikan Indonesia di Bandoeng.
Algemeen Indisch dagblad : de
Preangerbode, 23-01-1951: Rencana Fakultas Pedagogi di Bandoeng. Tiga opsi
tersedia untuk ini; yaitu bahwa fakultas yang dimaksud didirikan oleh
Pemerintah, oleh yayasan swasta atau oleh pemerintah kota Bandoeng. Namun,
pendirian fakultas ini akan dihadapkan dengan kekurangan guru yang besar,
terutama di bidang filsafat, psikologi, didaktik, sosiologi, dan pedagogi
teoretis dan historis. Tentu saja, tenaga asing harus direkrut untuk mata
pelajaran ini. Di Indonesia modern hanya ada dua orang Indonesia yang berwenang
mengajar pedagogi, yaitu Prof Dr Soetan Goenoeng Moelia, Ph.D di Jakarta dan
Drs. Sigit, profesor di Universitas Gadjah Mada di Djogjakarta. Namun,
pendirian Fakultas Pedagogis di Bandoeng tidak akan menyebabkan banyak
kesulitan, karena telah ada Kursus Pedagogis di sini selama dua tahun terakhir,
dengan bantuan guru yang berkualitas (kebanyakan Belanda). Tujuannya adalah
bahwa perkuliahan di Fakultas Pedagogi di Bandung ini akan berlangsung selama
lima tahun’.
Soetan Goenoeng Moelia
tidak hanya meraih beslit LO dan MO, Soetan Goenoeng Moelia juga meraih gelar
doktor (Ph.D) di bidang pendidikan tahun 1933 di Universiteit Leiden. Soetan Goenoeng
Moelia di era kolonial pernah menjadi Inspektur Pendidikan Pribumi dan di era
kemerdekaan menjadi Menteri Pendidikan RI yang kedua (menggantikan Ki Hadjar
Dewantara).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar