*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Sejarah penerbangan di Indonesia tentu saja
sudah banyak ditulis. Namun isinya tentu saja masih jauh dari lengkap. Penggalian
data dan analisis akan terus berlangsung sepanjang data yang selama ini tersimpan
di laci dan rak dapat diakses diinternet. Selama ini hanya menyebutkan
nama-nama van der Hoop dan Adisoetjipto, tetapi fakta kini tidak hanya itu
saja. Nama-nama yang lebih awal seperti Jan Hilgers dan D. Hussni kurang
terinformasikan.
|
De Preanger-bode, 17-02-1913/ De Telegraaf, 23-12-1924 |
Sejarah Indonesia adalah sejarah yang panjang. Demikian
juga sejarah penerbangan di Indonesia. Sepanjang apa sejarah Indonesia dan
sepanjang apa sejarah penerbangan di Indonesia tergantung si penulis sejarah. Seperti
biasanya dalam penulisan sejarah Indonesia selalu ada pilih kasih, membesarkan
yang mana dan mengerdilkan yang mana. Cara-cara serupa itu bukan sejarah
Indonesia, tetapi sejarah para penulis sejarah Indonesia. Sejarah Menjadi
Indonesia adalah penulisan sejarah yang ditulis secara proporsional, apakah
sejak VOC atau sejak era Portugis, yang penting sejauh data dan fakta yang
dapat diperoleh. Ibarat manusia, sejarahnya harus dimulai dari kelahirannya,
bila perlu sejak masih dalam kandungan. Dalam hal ini, sejarah penerbangan
Indonesia tidak hanya dibatasi ketika kali pertama terselenggaran penerbangan
jarak jauh dari Amsterdam ke Batavia pada tahun 1924.
Siapa Jan Hilgers dan D. Hussni mungkin
sepintas tidak penting, tetapi kenyataannya pada tempo doeloe merekalah yang
memulainya sebelum yang lain mengikutinya. Pada masa ini Haerul dari Pinrang
boleh jadi tidak dianggap penting, tetapi kenyataannya Haerul telah memulainya.
Sejarah di satu sisi memang bermula tetapi di sisi yang lain sejarah tidak
pernah berakhir. Untuk menambah pengetahuan sejarah awal penerbangan di
Indonesia (1913-1954), mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
|
Haerul di Pinrang, Rabu 15 Januari 2020 |
Sumber utama yang digunakan
dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena
sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Jan Hilgers,
1913 dan Haerul, 2020
Haerul,
pemuda Pinrang pada hari Rabu tanggal 15 Januari 2020 berhasil menerbangkan
pesawatnya di atas laut sekitar pantai. Sukses ini setelah dilakukan beberapa
kali percobaan sebelumnya. Naiknya pesawat ke udara itulah awal penerbangan.
Apa yang dilakukan Haerul pada masa ini mirip yang dilakukan Jan Hilgers di
Soerabaja pada satu abad yang lalu. Jan Hilgers adalah seorang pemuda Indo,
kelahiran Probolinggo.
Sejarah pesawat
terbang belumlah lama. Itu baru dimulai di Amerika Serikat pada tahun 1903.
Wright
Bersaudara (Orville dan Wilbur) membuat pesawat rancangan sendiri, seperti
halnya apa yang belum lama ini dilakukan oleh Haerul di Pinrang. Seperti
pesawat Haerul, pesawat Wright Bersaudara dimulai dengan pesawat kapasitas satu
orang. Jenis pesawat ini pula yang dilakukan oleh Jan Hilgers di Soerabaja pada
tahun 1913 (sepuluh tahun sesudah Wright Bersaudara).
Nama Jan Hilgers sudah cukup terkenal di
Eropa/Belanda. Bahkan Jan Hilgers adalah orang pertama yang melakukan
penerbangan di udara Belanda (yang dilakukan pada tanggal 29 Juli 1910). Jam
terbang Jan Hilgers juga sudah teruji. Paling tidak pada bulan September dan
Oktober 1912 tercatat jumlah jam terbang Jan Hilgers yang cukup mengenasankan (lihat
De Sumatra post, 06-01-1913).
|
De Sumatra post, 06-01-1913 |
Pada bulan September 1912 untuk frekuensi lepas landas Fokker
lebih tinggi, namun soal jam terbang Jan Hilgers lebih meyakinkan. Dari 8 kali
lepas landas, Jan Hilgers membukukan catatan
2 jam 21 menit. Pada bulan Oktober, Jan Hilgers melakukan lepas landas
sebanyak 22 kali dengan total jam terbang 2 jam 10 menit. Secara rata-rata Jan
Hilgers lebih unggul dari semua pilot yang ada di Eropa (Jerman dan Belanda). Namun
untuk urusan ketinggian Nona Galantschikof pemegang rekord yang mampu terbang
di atas permukaan bumi 2.200 meter (sekitar 30 menit). Jan Hilgers datang ke
Indonesia dengan pengalaman mumpuni. Oleh karena itu kedatangan Jan Hilgers ke
Indonesia disambut antusias dan mendapat liputan media.
Kedatangan Jan Hilgers, pilot pertama yang
mengudara di Belanda ke Indonesia tidak karena kebetulan, tetapi karena Jan
Hilgers ingin pulang kampong ke Indonesia. Kedatangan Jan Hilgers diberitakan
oleh De Preanger-bode, 17-02-1913. Disebutkan Jan Hilgers tadi malam tiba di
Soerabaja yang mana Jan Hilgers akan mendemonstrasikan pesawat udara (pesawat
mengudara). Lebih lanjut disebutkan Jan Hilgers akan mencari lapangan yang
sesuai di Soerabaja. Beberapa hari kemudian surat kabar De Preanger-bode yang
terbit di Bandoeng menerbitkan berita yang dikirimkan dari Soerabaja via
telegram.
|
De Preanger-bode, 22-02-1913 |
De Preanger-bode, 22-02-1913: ‘Soerabaja. Sebagai
kelanjutan dari apa yang sudah dikatakan oleh telegram kepada kami (beberapa
hari lalu) dan seorang saksi mata memberitahu kami, yang dimuat di surat kabar Soerabaijah
Hbld: ‘’Dia berada di udara selama 19 menit dan kemudian meluncur dengan
sensasional di sepanjang barat dan selatan ke daerah yang lebih rendah. Dia
membuat satu tur lagi sekitar 100 meter di udara dan kemudian meluncur ke
tikungan, bersiap untuk mendarat. Itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan
karena ketika dia ingin mengambil ancang-ancang untuk sampai ke lapangan pendaratan,
dia menyadari bahwa lapangan itu terlalu kecil untuk itu dan karena itu dia
harus memulai mengudara lagi ke arah barat. Sekarang dia dihadapkan dengan
pilihan mendarat tepat di depan hanggarnya sendiri dan kemudian menabrakkan oesawatnya
atau terbang lagi dan mencoba mendarat lagi. Tetapi kemudian sesuatu yang mengerikan
terjadi. Beberapa saat sebelumnya yang terlihat pesawat naik dan menuju ke arah
timur, terlihat turun naik tetapi kemudian tiba-tiba menghilang ke bawah dan
tidak terlihat naik lagi. Terdengar bunyi berderak pendek, lalu sunyi. Mata penonton
yang sekarang mengikutinya merasakan kengerian. Lalu semua penonton berlari ke
arah hilangnya pesawat, Semua panik. Sulit mencari dimana pesawat Hilgers. Para
penonton yang mencari mulai kahwatir apa yang terjadi dengan pilot. Para
penonton mulai terdiam dan berharap tidak ada bencana yang terjadi. Ketika kami
sudah sampai di Boeboetan, apa yang terjadi, terlihat di kejauhan kami
tiba-tiba melihat Hilgers mendatangi sebuah kampong. Dia masih hidup, bahkan
tidak terluka dan terlihat tenang. Hilgers telah melakukannya dengan sangat
baik. Saat dia ingin mendarat, dia melihat bahwa dia tidak bisa mendarat, dia
memperhatikan bahwa baling-balingnya tidak lagi berputar. Satu-satunya yang
tersisa baginya adalah pendaratan darurat di atap rumah penduduk. Hilgers tidak
mengambil risiko itu. Namun tidak ada pilihan, dia telah menurunkan pesawat ke
atap rumah kampung. Perangkat pesawat terus menyala, dia meyakinkan hati dengan
tegas. Situasi menjadi lebih buruk. Pesawat terbangnya berakhir berada di rumah
Tjiptosari di kampong Kawatan. Sekrup dan sasis benar-benar rusak. Lambung
pesawat tetap utuh, tetapi sayapnya bengkok. [setelah kejadian itu] Demonstrasi
akan dilanjutkan pada hari Sabtu. Pesawat yang mendarat di atap sudah dibongkar
sebelum pukul 12 kemarin dan telah diangkut ke dalam gudang lagi. Pesawat sudah
utuh kembali dan telah keluar dari gudang dengan konsisi sangat baik, meskipun
sekrupnya pecah, motor (mesin) tidak tampak rusak secara signifikan. Radiator
sedikit bocor dan juga tangki bensin. Sayapnya dipelintir, persis seperti
sasis, tetapi semuanya tetap utuh. Bagian lambung dan ekor semuanya masih baik.
Rencana pendaratan telah diperhitungkan dengan sangat baik’.
Penerbangan yang dilakukan pada hari Selasa tanggal
18 Februari 1913 adalah yang pertama di Indonesia (baca: Hindia Belanda). Ini
seakan mengulangi prestasinya sebagai pilot yang pertama mengudara di langit
Belanda pada tanggal 29 Juli 1910.
Tunggu deskripsi lengkanya
Hussni: Pemuda Arab di Maskapai Turki Pulang Kampong di
Indonesia (1921)
Tunggu deskripsi lengkanya
Penerbangan Jarak Jauh Amsterdam-Batavia: van der Hoop
(1924)
Tunggu deskripsi lengkanya
Adisoetjipto: Pilot RI Pertama (Oktober 1945)
Tunggu deskripsi lengkanya
Ir. Tarip Abdullah Harahap: Direktur Penerbangan Sipil Pertama
Indonesia (1950)
Tunggu deskripsi lengkanya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar