*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Pulo Gadung memiliki sejarah yang panjang. Namun seberapa tua sejarahnya kurang terinformasikan. Poeloe Gadong (kini Pulo Gadung) dibuka dan awalnya didiami oleh orang-orang Melayu. Sebagai pusat perdagangan yang penting di timur Batavia, pemerintah VOC/Belanda kemudian membangun jalan tol air (kanal air) dari Batavia ke Poeloe Gadong. Pasar Poeloe Gadong masih eksis hingga ini hari.
Pulo Gadung memiliki sejarah yang panjang. Namun seberapa tua sejarahnya kurang terinformasikan. Poeloe Gadong (kini Pulo Gadung) dibuka dan awalnya didiami oleh orang-orang Melayu. Sebagai pusat perdagangan yang penting di timur Batavia, pemerintah VOC/Belanda kemudian membangun jalan tol air (kanal air) dari Batavia ke Poeloe Gadong. Pasar Poeloe Gadong masih eksis hingga ini hari.
Pasar Pulo Gadung (Peta 1824) |
Asal-usul nama Pulo Gadung adalah satu hal. Hal
lain yang lebih penting adalah bagaimana sejarah Pulo Gadung. Sejarah Pulo
Gadung adalah bagian yang membentuk Sejarah Jakarta. Oleh karena itu dalam
sejarah Jakarta, sejarah Pulo Gadung tidak bisa diabaikan. Untuk menambah
pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Peta 1774 |
Poeloe Gadong Era VOC: Pusat Perdagangan di Jaringan Lalu Lintas Air
Nama Poeloe Gadong sudah dikenal di era VOC/Belanda. Poeloe Gadong adalah
salah satu pemukiman pasukan pribumi pendukung militer VOC/Belanda yang berasal
dari Melajoe. Poeloe Gadoeng kemudian menjadi pusat pedagangan yang penting di
daerah aliran sungai Soenter (dari Tjitrap hingga Tjilintjing). Kampong Poeloe
Gadong menjadi sangat terkenal sejak dibangunnya jalan tol air dari kota (Stad)
Batavia ke kampong Poeloe Gadong (sungai Soenter). Dalam perkembangannya di
kampong Poeloe Gadong dibentuk land (lahan partikelir).
Peta lahan Poeloe Gadoeng (Peta 1780; Peta de Haan) |
Menurut Peta De Haan (Peta 1780), land Poeloe
Gadoeng ini dimiliki oleh seorang pedagang VOC DE Brauns. Dalam Peta 1780 tersebut
Kanal Soenter masih eksis dari Poeloe Gadoeng ke arah barat (menuju Batavia).
Dalam Peta 1780 tampak teridentifikasi suatu area yang diduga kuat adalah
pasar.
Pasar Senen, 1770 |
Daftar pasar (Almanak, 1838 |
Era VOC/Belanda berakhir pada tahun 1799.
Kerajaan Belanda mengakuisisi wilayah VOC dengan membentuk Pemerintah Hindia
Belanda. Namun tidak lama kemudian, pada tahun 1811 terjadi pendudukan
(militer) Inggris. Pada tahun 1812 pemilik land Poeloe Gadoeng diketahui
seorang Cina, Litjong (lihat Java government gazette, 13-06-1812). Pada tahun
1816 kekuasaan kembali diambil alih oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Poeloe Gadong Era Pemerintah Hindia Belanda: Meester Cornelis-Bekasi via
Pulo Gadong
Pada saat permulaan Pemerintah Hindia Belanda
(pasca pendudukan militer Inggris), salah satu kebijakan pemerintah
(residentie) Batavia adalah mengkapitalisasi pasar. Sementara land-land yang
ada masih berada di tangan swasta (lahan partikelir). Salah satu dari daftar
pertama, Pasar Poelo Gadong yang dikapitalisasi oleh pemerintah. Pemerintah
dalam hal ini mengeluarkan peraturan bahwa pasar-pasar yang ditetapkan
dikenanal pajak sebesar lima persen (lihat Bataviasche courant, 19-07-1817).
Disebutkan bahwa kepada pemilik pasar untuk menyerahkan pajak sebesar lima
persen dari total pendapatan.
Bataviasche courant, 19-07-1817 |
Pada tahun 1826 dikeluarkan peraturan (beslit)
tentang perpasaran di seluruh wilayah Residentie Batavia (lihat Javasche
courant, 17-12-1829). Wilayah Residentie Batavia saat ini dari sungai Tjitarom/Karawang
di timur hingga Tjisadane/Tangerang di barat dan dari pantai hingga ke
pegunungan (gunung Salak dan gunung Pangrango). Dalam lampiran peraturan baru
ini jumlah pasar yang dikapitalisasi oleh pemerintah semakin bertambah jika
dibandingkan daftar tahun 1817. Jumlah pasar ini terus meningkat (lihat
Almanak, 1838). Pasar yang dikenakan pajak oleh pemerintah tidak hanya pasar
swasta tetapi juga pasar yang telah dikuasai pemerintah.
Poelo Gadoeng (Peta 1903) |
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di
blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah
menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping
pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat
tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton
sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan
sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam
memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini
hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish).
Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Mantap.
BalasHapusMantap. Semoga bisa lebih detail lagi ceritanya.
BalasHapus