Jumat, 16 Juni 2023

Sejarah Dewan di Indonesia (4):Masa Abdul Hakim di Gemeenteraad Medan; Batavia Semarang Soerabaja Bandoeng dan Padang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dewan di Indonesia di blog ini Klik Disini

Siapa Abdoel Hakim? Sejarah Abdoel Hakim sebagian sudah ditulis di dalam blog ini sejak 2014. Pada waktu itu nama Abdoel Hakim tidak ada informasi di Wikipedia (namun nama ini ada di dalam daftar gubernur Sumatera Utara). Yang sudah ada di Wikipedia adalah Abdoel Hakim dimana disebutkan pernah menjadi Walikota Padang (hanya dua kalimat). Namun uniknya dua nama yang sama ini setelah ditelusuri (dengan menunjukkan sumbernya) sama-sama pernah menjadi anggota dewan kota (gemeenteraad), ternyata sama-sama berasal dari Angkola Mandailing. Abdoel Hakim (Nasoetion) di Padang dan Abdoel Hakim (Harahap) di Medan. Kini narasi sejarah keduanya di Wikipedia sudah banyak. Sejarah adalah narasi fakta dan data.


Abdul Hakim Harahap (15 Juli 1905 – 7 Oktober 1961) adalah seorang pegawai negeri dan politikus Batak. Lahir di Sarolangun dari ayah dan ibu Batak, Abdul Hakim Harahap bekerja di kantor bea dan cukai setelah menyelesaikan studinya di Prins Hendrikschool. Setelah Indonesia merdeka, ia diangkat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sumatra Utara. Harahap lahir pada tanggal 15 Juli 1905 di Sarolangun, Jambi. Ia lahir sebagai putra Mangaradja Gading, seorang pegawai negeri Batak. Dia adalah anak kedua dari enam bersaudara yang dimiliki orang tuanya. Setelah Harahap lahir, Mangaradja Gading pindah ke kota Jambi. Di kota itu, Mangaradja Gading mendaftarkan Harahap ke ELS pada tahun 1914, untuk mengikuti kakaknya yang sudah pernah belajar di sana. Ia hanya belajar selama dua tahun di sana, karena ayahnya dipindahkan ke kota Sibolga pada tahun 1916. Di Sibolga, Mangaradja Gading masih berstatus pegawai negeri, namun dengan pangkat yang lebih tinggi. Abdul Hakim melanjutkan ELS-nya di Sibolga. Ia lulus dari sekolah tersebut pada tahun 1920, dan melanjutkan belajar di Mulo. Ia lulus dari sekolah tersebut pada tahun 1924, dan bersekolah di Prins Hendrikschool sampai tahun 1926. Selama ini, ia terlibat dalam gerakan-gerakan nasionalis di Hindia Belanda, seperti Jong Islamieten Bond, Jong Batak dan Jong Sumatranen Bond. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Abdoel Hakim semasa Gemeenteraad di Medan? Seperti disebut di atas, narasi sejarah Abdoel Hakim sudah ditulis sejak 2014, tetapi bagaimana Gemeenteraad di Medan semasa Abdoel Hakim kurang terinformasikan. Bagaimana dengan di Batavia, Semarang, Soerabaja, Bandoeng dan Padang. Lalu bagaimana sejarah Abdoel Hakim semasa Gemeenteraad di Medan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyuwangi (43): NKRI, Itu Harga Mati Bernegara; Wadah Akur Rukun Usaha Nurani Gelorakan Negara Kesatuan RI


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah bentuk koreksi terhadap Negara Republik Indonesia (RIS) 1949/1950 untuk kembali ke bentuk awal sesuai amanat UUD 1945. Proklamasi NKRI dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak itu, semboyan NKRI Harga Mati terus digaungkan hingga ini hari di seluruh Indonesia termasuk di wilayah Banyuwangi.


BNPT Dirikan Warung NKRI di Banyuwangi. Kamis, 20 Jan 2022. Banyuwangi - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendirikan Warung NKRI di Banyuwangi. Ini merupakan Warung NKRI keempat yang didirikan BNPT di Indonesia. Banyuwangi dipilih karena memiliki banyak program deradikalisasi dan harmonisasi toleransi masyarakat. "Banyuwangi memiliki banyak program deradikalisasi. Seperti Festival Kebangsaan, Jagoan Digital, Rantang Kasih, dan lainnya yang merupakan bentuk negara hadir di tengah masyarakat. Sangat tepat memilih Banyuwangi untuk program Warung NKRI," kata Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar saat peresmian Warung NKRI, Kamis (20/1/2022). Peresmian yang dikemas dengan dialog kebangsaan tersebut, juga dihadiri Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Tjahjo Kumolo, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Gubernur Jatim yang diwakili Kepala Bakesbangpol Heru Wahono Santoso, Kapolresta Banyuwangi, Danlanal Banyuwangi, Dandim Banyuwangi serta Kepala OPD Banyuwangi. Boy Rafli mengatakan, program-program Banyuwangi tersebut mampu mengikis intoleransi masyarakat. Kehadiran Warung NKRI ini bertujuan menggiatkan dialog-dialog kebangsaan yang sarat akan nilai persatuan, toleransi, dan gotong royong. Pesan kebangsaan dari dalam Warung NKRI ini diharapkan dapat menjalar ke seluruh lapisan masyarakat sehingga ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dapat dibendung. (https://www.detik.com/jatim/)

Lantas bagaimana sejarah NKRI, harga mati bernegara? Seperti disebut di atas, NKRT adalah harga mati. Pernah ditawar dengan harga lain pada masa RIS; Pada masa ini tempat harga mati iti ada yang menyebut Wadah Akur Rukun Usaha Nurani Gelorakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Warung NKRI). Lalu bagaimana sejarah NKRI, harga mati bernegara?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 15 Juni 2023

Sejarah Dewan di Indonesia (3):Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng di Gemeente Raad Medan; Seorang Guru Tetaplah Guru


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dewan di Indonesia di blog ini Klik Disini

Banyak guru tidak hanya berjuang mengajar di sekolah bahkan di tempat-tempat terpencil, juga ada yang berjuang di tengah kota dalam gedung dewan. Selain Soetan Mangkoeto, Radja Goenoeng, juga ada ada nama RA Atmadinata. Sekarang kita membicarakan Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng di Gemeente Raad Medan dan pada artikel lainnya nanti tentang TA Atmadinata di gemeenteraad Bandoeng.


Sejarah Kota Medan (23): Radja Goenoeng, Gemeenteraad Medan Pertama; Mangaradja Soangkoepon, Volksraad Seumur Hidup dari Sumatera Timur. Cikal bakal institusi dewan (raad) di Medan adalah Gemeentefond. Dewan pertama yang dibentuk adalah Afdeelingraad Deli berkedudukan di Medan. Jumlah anggota sebanyak 21 orang yang mulai bersidang secara resmi 1 April 1906 yang diketuai oleh Asisten Residen. Kemudian di dalam kota Medan dibentuk gemeeteraad tahun 1909 yang dalam perkembangannya diketuai oleh walikota (burgermeester) tahun 1918 sehubungan dengan berubahnya status kota Medan menjadi sebuah kota (gemeente). Kota-kota lain di Sumatra’s Oostkust yang memiliki gemeeteraad adalah Pematang Siantar, Bindjei, Tebing Tinggi dan Tandjong Balei. Sedangkan di Residentie Tapanoeli, belum ada gemeenteraad. Yang ada adalah afdeelingraad seperti Afdeelingraad Deli. Uniknya, dewan di Tapanoeli ini hanya satu-satunya dan wilayah konstituenya hanya sebatas onderafdeeling. Dewan yang ada di Residentie Tapanoeli itu terdapat di Onderfadeeling Angkola en Sipirok (yang berpusat di Padang Sidempuan). Jumlah anggota dewan sebanyak 23 orang (lebih banyak dari Afdeelingraad Deli yang hanya berjumlah 21 orang). (http://akhirmh.blogspot.com/2016/06/sejarah-kota-medan-23-radja-goenoeng.html)

Lantas bagaimana sejarah Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng di Gemeente Raad Medan? Seperti disebut di atas, Radja Goenoeng berangkat dari seorang guru yang kemudian menjadi anggota dewan kota di Medan. Jadi bagaimana? Seorang guru tetaplah guru. Lalu bagaimana sejarah Kajamoedin Harahap gelar Radja Goenoeng di Gemeente Raad Medan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyuwangi (42): Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945; Perang Kemerdekaan Wilayah Banyuwangi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Proklamasi takluknya Jepang terhadap Sekutu/Amerika tanggal 14 Agustus menjadi sebab kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Pasukan Sekutu/Inggris ditugaskan ke Indonesia untuk melucuti dan mengevakuasi militer Jepang serta membebaskan interan Eropa/Belanda. Sekutu/Inggris menyertakan Belanda ke Indonesia yang menjadi pemicu perang kemerdekaan, tidak hanya terhadap Belanda juga terhadap Inggris.  Perang kemerdekaan juga terjadi di wilayah Banyuwangi.


Pertempuran Selat Bali. Kedatangan Belanda bersama tentara sekutu 2 Maret 1946 dengan menguasai dahulu pulau-pulau kecil seperti Bali. Wilayah Bali telah berhasil diduduki pasukan mereka menjadi 2.000 prajurit. Markas Besar Umum TRI di Yogyakarta segera menginstruksikan operasi Jawa - Bali. Pasukan terdiri pasukan pimpinan Kapten Markadi (M), pasukan Kapten Albert Waroka bersiaga di Banyuwangi, pasukan TRI Angkatan Darat pimpinan Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Kapten Markadi bersama pasukannya memberi dukungan kemerdekaan pada rakyat Bali. Pada tanggal 4 April Kapten Markadi bersama pasukan dari Pantai Boom menyeberangi Selat Bali pukul sembilan malam. Pada 5 April menjelang fajar, sekitar dua mil dari pantai Penginuman, mereka dihadang oleh dua kapal Angkatan Laut Belanda. Kapten Markadi memberi isyarat untuk bersiap-siap menyerang. Baku tembak akhirnya meletus di Selat Bali. Kapten Markadi bersama Pasukan M kemudian memutar haluan dan kembali ke Pelabuhan Banyuwangi untuk menghindari konflik yang berlebihan. Peristiwa tersebut mengakibatkan dua korban dari pihak Indonesia, Sumeh Darsono dan Sidik, serta Tamali luka tembak. Mereka memulihkan diri beberapa saat kemudian kembali berlayar ke Pulau Bali pada malam harinya dan berhasil mendarat di Bali untuk bergabung membantu pasukan Ciung Wanara yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai melawan pasukan Angkatan Laut Belanda. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945? Seperti disebut di atas proklamasi takluknya Jepang terhadap Sekutu/Amerika tanggal 14 Agustus menjadi sebab kemerdekaan Indonesia diproklamasikan Namun pasukan Sekutu/Inggris menyertakan Belanda ke Indonesia. Terjadilah perang kemerdekaan termasuk di wilayah Banyuwangi. Lalu bagaimana sejarah detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 14 Juni 2023

Sejarah Dewan di Indonesia (2): Gemeente dan Gemeente Raad Medan; Gementeefond, Negorij Raad dan Delische Afdeeling Raad


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dewan di Indonesia di blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah dewan kota Medan yang sebenarnya? Tentu saja dalam blog ini sudah ditulis sejak 2015. Banyak yang telah mengutipnya untuk tujuan tertentu, apakah mahasiswa maupun para peminat sejarah. Sudah barang tentu apa yang ditulis masih perlu disempurnakan dengan memperkaya analisis berdasarkan data baru.


Transformasi Modernitas di Kota Medan: Dari Kampung Medan Putri Hingga Gemeente Medan. Junaidi Nasution. Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Jurnal Sejarah. Vol. 1(2), 2018: 65-83. Abstract. Every city in Indonesia has a unique character. Medan is a city with a population that is considered a mini Indonesia in the Dutch colonial era. It is in the city of Medan inhabited by various tribes that according to Hamka one of the most blooming nation of the nation of Indonesia development. But there is a unique in the development of Medan into a city. Basically, the process of developing the city of Medan, not the thing that has been designed by the Dutch colonial government, like other cities in Indonesia. The city of Medan is formed by the interests of the capitalist entrepreneurs for this region as the economic axis of the plantation on the east coast of Sumatra. (http://download.garuda.kemdikbud.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah gemeente dan Gemeente Raad di Medan? Seperti disebut di atas, dalam blog ini sudah pernah ditulis, tetapi kini lebih disempurnakan. Ada keterkaitan Gementeefond, Negorij Raad dan Delische Afdeeling Raad dengan Gemeente Raad. Lalu bagaimana sejarah gemeente dan Gemeente Raad di Medan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyuwangi (41): Pendudukan Militer Jepang di Banyuwangi; Penguasa Militer Jepang dan Para Pemimpin Pribumi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Berakhir sudah orang Belanda di Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda telah digantikan oleh Pemerintah (pendudukan militer) Jepang di Indonesia. Pejabat-pejabat Belanda telah diganti oleh Pemerintah Jepang dengan para pemimpin pribumi. Untuk posisi bupati di Banyuwangi diangkat Raden Toemenggoeng Achmad Rastiko.


Rakyat Banyuwangi di Bawah Penindasan Jepang. Pasukan Jepang telah berhasil mematahkan pertahanan Inggris di Malaya dan Birma. Juga pertahanan Amerika di Philipina. Pertahanan Belanda di Indonesia tidak berdaya menghadapi serangan bala tentara Jepang, Kedatangan Dai Nippon disambut rakyat Indonesia. Sebagian Pemimpin Indonesia tertarik terhadap propaganda Jepang itu, namun sebagian yang lain tetap meragukan. Kedatangan Jepang di kota Banyuwangi, juga disambut dengan hangat oleh masyarakat.   Saudara Tua (Jepang) akan segera membantu rakyat, khususnya masyarakat Banyuwangi yang sudah cukup lama menderita lahir batin akibat penindasan kolonialis Belanda. Pada akhir tahun 1942, sebuah kapal besar berbendera Jepang datang dan berlabuh di pelabuhan Bayuwangi. Kapal disambut dengan sukaria. Dalam kenyataan, kapal besar itu yang turun dari kapal itu adalah sejumlah pasukan Dai Nippon bersenjata lengkap. Sebagian penduduk laki-laki dari berbagai daerah banyak yang dijadikan romusha dan dikirim ke daerah-daerah, seperti Kalipait (Alas Purwo), Lampon, Rowoputih (pantai Grajagan), Poncomoyo, Pulau Merah, Sukamade (semuanya di pantai Selatan) dan lain-lain untuk pembuatan jinchi-jinchi. Romusha Banyuwangi juga banyak dikirim ke manca negara. Tindakan Penguasa Militer Jepang makin hari semakin kejam (https://kumparan.com/)

Lantas bagaimana sejarah pemerintah (pendudukan militer) Jepang di Banyuwangi? Seperti disebut di atas, orang Belanda di Hindia Belanda termasuk di Banjoewangi berakhir sudah. Kini era penguasa militer Jepang dan pemimpin pribumi di Banyuwangi. Lalu bagaimana sejarah pemerintah (pendudukan militer) Jepang di Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.