*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Nama jalan tempo doeloe di Jakarta adalah jalan lama. Nama-nama jalan tersebut yang berbau Belanda dan Tionghoa telah diubah. Perubahan nama jalan itu dilakukan pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Namun nama-nama jalan lama yang bersifat umum tetap dipertahankan hingga sekarang, seperti nama tempat, nama pulau, nama gunung dan sebagainya. Jalan-jalan yang belum ada namanya atau jalan yang dibangun baru setelah tahun 1950 diberinama sesuai Indonesia seperti jalan MH Thamrin, jalan Sudirman dan jalan Sisingamangaraja.
Nama jalan tempo doeloe di Jakarta adalah jalan lama. Nama-nama jalan tersebut yang berbau Belanda dan Tionghoa telah diubah. Perubahan nama jalan itu dilakukan pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Namun nama-nama jalan lama yang bersifat umum tetap dipertahankan hingga sekarang, seperti nama tempat, nama pulau, nama gunung dan sebagainya. Jalan-jalan yang belum ada namanya atau jalan yang dibangun baru setelah tahun 1950 diberinama sesuai Indonesia seperti jalan MH Thamrin, jalan Sudirman dan jalan Sisingamangaraja.
Nama jalan tempoe doeloe di Jakarta (Peta 1937) |
Jumlah
nama jalan di Batavia hingga berakhirnya era kolonial Belanda sebanyak 473 buah
(lihat lampiran di bawah). Jumlah ini semakin bertambah seiring dengan
pembangunan jalan baru atau perubahan status jalan dari jalan pribadi menjadi
jalan umum. Dalam penamaan jalan ini dibedakan antara satu jalan dengan jalan
lainnya berdasarkan kategori dan fungsi (boulevard, straat, laan, weg, gang).
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini
adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya
untuk lebih menekankan saja*.
Perubahan Nama Indonesia
Pada
era Pemerintahan RIS, perubahan nama jalan masih terkesan canggung dan
malu-malu kucing. Nama Oranje Boulevard hanya diubah menjadi Djalan Raja Oranje
(lihat Provinciale Drentsche en Asser courant, 08-04-1950). Hal ini boleh jadi
karena sistem pemerintahan RIS masih terkait dengan Belanda. Istilah kata,
pemerintah belum berani mengubah nama secara total. Yang baru diubah nama
secara total adalah nama kota Batavia menjadi Djakarta dan kota Buitenzorg
menjadi Bogor (lihat De vrije pers: ochtendbulletin, 21-01-1950).
Provinciale Drentsche en Asser courant, 08-04-1950 |
Setelah
Pemerintahan RIS dibubarkan dan Pemerintahan NKRI diproklamirkan pada tanggal 18 Agustus 1950, semua
nama-nama berbau Belanda dan Tionghoa diganti. Pergantian nama dilakukan
secara bertahap karena memerlukan waktu untuk pembahasan dan proses penetapan.
Pada bulan Oktober 1950 pemerintah kota Djakarta mengumumkan perubahan 30 buah nama
jalan termasuk di dalamnya nama Oranje Boulevard diganti sepenuhnya menjadi
Djalan Diponegoro, Nassau Boulevard menjadi Djalan Imam Bondjol dan Van
Heutzboulevard menjadi Djalan Teuku Umar (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 10-10-1950). Bersamaan dengan
perubahan nama jalan ini juga diubah nama taman yakni Burgemeester
Bisschopplein menjadi Taman Surapati.
Java-bode, 10-10-1950 |
Setelah
itu, baru secara acak diumumkan perubahan nama jalan sesuai kebutuhan dan
pertimbangan yang baru. Pada bulan April 1952 diumumkan lagi perubahan
nama-nama jalan dan nama taman yang cukup banyak yang totalnya ada 41 buah (lihat
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,
03-04-1952). Nama-nama jalan yang baru tersebut antara lain: Koningin Emmalaan
menjadi Djalan Slamat Rijadi; Generaal Staallaan menjadi Djalan Djenderal Oerip
Soemohardjo; dan nama taman
Wilhelminapark menjadi Taman Widjaja Kusuma (kelak menjadi lokasi pembangunan
Masjid Istiqlal). Diantara nama-nama yang ditabalkan kemudian yang terpenting
diantaranya pada bulan Desember 1953 adalah Djalan Teuku Tjiditiro untuk
menggantikan nama jalan Mampangweg (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-12-1953).
Kramatstraat, 1920 |
Analisis Nama Jalan dan Nama
Pahlawan
Pada
awal pergantian nama jalan di Djakarta pada tahun 1950 belum ada nama tokoh
Indonesia yang ditabalkan sebagai pahlawan nasional. Sebab penetapan nama
Pahlawan Nasional baru dimulai tahun 1956. Sedangkan penetapan hari Pahlawan
pada tanggal 10 November baru dilakukan pada tahun 1958.
Sementara itu dalam penetapan nama jalan di
Djakarta yang dimulai tahun 1950 sudah ditabalkan nama-nama pahlawan sebagai
nama jalan. Tiga diantara yang pertama ditabalkan nama pahlawan menjadi nama jalan
adalah Diponegoro, Imam Bondjol dan Teuku Umar. Tiga nama pahlawan ini
menempati tiga jalan strategis pada saat itu. Lantas mengapa tidak ada di
tempat strategis itu nama-nama pahlawan seperti Sisingamangaradja, Pattimura,
Sultan Badarudin, Antasari, Ngurah Rai dan Sultan Hasanuddin.
Penabalan
nama jalan tidak linier dengan penetapan nama Pahlawan Nasional. Nama pahlawan pertama
yang ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional baru dimulai tahun 1956. Nama-nama yang
pertama antara lain adalah Abdul Muis dan Ki Hadjar Dewantara. Hari pahlwan
sendiri, meski hari pahlawan sudah diperingati pada tanggal 10 November 1946 di
Jogjakarta, tetapi penetapan Hari Pahlawan baru dilakukan 13 tahun kemudian
pada tahun 1959 (Keputusan Presiden No. 316 Tahun 1959).
Lantas mengapa penabalan nama jalan dengan
penetapan Pahlawan Nasional tidak linier? Itu boleh jadi karena penabalan nama
jalan adalah urusan Pemerintah Kota sedangkan penetapan Pahlawan Nasional
adalah urusan Pemerintah Pusat. Pada era Pemerintahan Soekarno nama-nama pahlawan
yang ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional tidak/belum banyak, antara lain: 1959 Abdul Muis, Ki Hadjar Dewantara, Suryopranoto;
1960 Mohammad Husni Thamrin; 1961 Agus
Salim, Ahamd Dahlan, Ernest Douwes Dekker, Cokroaminoto, Sam Ratulangi, Samanhudi,
Sisingamangaraja XII, Soetomo; 1962 Ferdinand Lumbantobing, Gatot Subroto, Sukarjo
Wiryopranoto; 1963 Juanda Kartawijaya, Saharjo, Albertus Sugiyapranata, Tan
Malaka, Zainul Arifin Pohan; 1964 Cipto Mangunkusumo, Cut Nyak Dhien, Fakhruddin,
Kartini, Mas Mansyur, Cut Nyak Meutia, Muwardi, Pakubuwono VI, Soedirman,
Soerjo, Urip Sumoharjo dan Wahid Hasyim.
Yang
menyisakan pertanyaan adalah penabalan nama tiga pahlawan sebagai nama jalan
pada tahun 1950, sementara nama Diponegoro, Imam Bondjol dan Teuku Umar baru ditetapkan
sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1973. Pertanyaan lainnya, mengapa nama
Pahlawan Nasional ada yang tidak ditabalkan sebagai nama jalan.
Pertanyaan-pertanyaan ini masih dapat dilanjutkan mengapa ada pahlawan yang
lebih heroik tidak ditetapkan sebagai Panhlawan Nasional pada tahun-tahun awal.
Tampaknya semua itu tergantung selera, selera orang yang terlibat dalam (proses
politik) penetapan, apakah penetapan nama jalan atau penetapan Pahlawan
Nasional. Oleh karena itu sejarah terkesan kacau.
Para pahlawan (tempo doeloe) berjuang atas
inisiatifnya sendiri apakah untuk melawan kehadiran penjajah, membebaskan
bangsanya dari penindasan dan ketidakadilan penjajah atau berjuang untuk
cita-cita bangsa, Namun untuk dijadikan nama jalan atau ditetapkan sebagai
Pahlawan Nasional ternyata harus diperjuangkan sendiri baik oleh ahli warisnya
atau pihak yang simpati pada perjuangannya.
Lantas
apakah hingga ini hari ada nama jalan di Jakarta untuk sekelas Soekarno, Amir
Sjarifoeddin, Mohamad Hatta, Soeharto, Abdul Haris Nasution? Makin kacau lagi,
bukan?
Berikut
adalah nama-nama jalan tempo dulu di Jakarta. Sebagian diantaranya diubah
namanya, sebagian yang lain namanya tetap dipertahankan. Tentu saja ada nama
jalan baru dengan penabalan nama jalan. Dalam daftar ini juga ada nama jalan
yang hilang (jalannya ditutup). Kita mulai dari yang sudah disebut di atas.
Oranje
Boulevard-Djalan Diponegoro
Nassau
Boulevard-Djalan Imam Bondjol
Van
Heutzboulevard-Djalan Teuku Umar
Burgemeester
Bisschopplein-Taman Surapati.
Molenvliet
West-Djalan Gadjah Mada
Molenvhet
Oost-Djalan Hajam Wuruk
Nieuwe
weg van Gambir Selatan-Djalan MH Thamrin
Drukkerijweg-Djalan
Percetakan Negara
Landhuisweg-Djalan
Tambak.
Koningin
Emmalaan- Djalan Slamat Rijadi
Generaal
Staallaan-Djalan Djenderal Oerip Soemohardjo
Wilhelminapark-Taman
Widjaja Kusuma
Mampangweg-Djalan
Teuku Tjiditiro
Schoolweg-Djalan
Dokter Sutomo
Sipayersweg-Djalan
Dokter Wahidin
Rijswrjkstraat-Djalan
Modjopahit
Nieuwe
Vliegveldlaan-Djalan Angkasa
Eyckmanlaan-Djalan
Kimia
Boxlaan-Djalan
Borobudur
Bontiusweg-Djalan
Mendut
Sunset
Boulevard-Djalan Djawa
Stoviaweg-Djalan
Kwini
Duracusweg-Djalan
Prambanan
Van
Heutszplein-Taman Tjut Mutiah
Wilhelminalaan-Djalan
Waringin
Julianalaan-Djalan
Kembodja
Villalaan-Djalan
Tjendana
Regentesselaan-Djalan
Rasamala
JP
Coenweg-Djalan Sultan Agung
Dambrinkweg-Djalan
Merak
Logeplantsoen-Taman
Sunda Kelapa
Van
Breenweg-Djalan Krakatau
Theresiakerkweg-Djalan
Geredja Theresia
Scottweg-Djalan
Budi Kemuliaan
Noordwijk-Djalan
Nusantara
Rijswijk-Djalan
Scgara
Willemslaan-Djalan
Perwira
Postweg-Djalan
Pos
Postweg
Noord-Djalan Pos Utara
Vrijmetselaarsweg-Djalan
Budi Utomo
Kramatlaan-Djalan
Mutiara
Nieuwe
Laan-Djalan Djambrut
Rasamalaweg-Djalan
Mahoni
Nieuw
Guineaweg-Djalan Irian
Djambrut
I-Djalan Permata I
Djambrut
II-Djalan Permata II
Djambrut
III-Djalan Permata III
Djambrut
IV-Djalan Permata IV
Laan Holle-Djalan
Sabang
Thomasweg-Djalan
Tanah Abang Lima
Laan de
Bruyn-kops-Djalan Tanah Abang Empat
Laan de
Riemer-Djalan Tanah Abang Tiga
Laan
Trivelli-Djalan Tanah Abang Dua
Kerkhofiaan-Djalan
Tanah Abang Satu
Citadelweg-Djalan
Segara Satu
Koningsplein
Noord-binnen- Djalan Segara Dua
Secretaritweg-Djalan
Segara Tiga
Poolweg-Djalan
Segara Empat
Waterlooplein-Lapangan
Banteng
Defensielijn
v/d Bosch-Djalan Bungur Besar
Laan
Wieehert-Djalan Sofil
Zuiderw«g-Djalan
Mustiks
Siuisweg-Djalan
Tambak
Kemajoranweg-Djalan
Garuda
Marinelaan-Djalan
Elang
Laan
Halkema-Djalan Kakatua
Laan
Kadiman-Djalan Kasturi
Laan
Cornelius-Djalan Merpati
Struwer
Gang I-Djalan Bangau I
Struwer
Gang II-Djalan Bangau II
Struwer
Gang III-Djalan Bangau III
Struwer
Gang IV-Djalan Bangau IV
Struwer
Gang V-Djalan Bangau V
Eyckmanlaan-Djalan
Kimia
Eyckmanpark-Taman
Kimia
Bontiusweg-Djalan
Mendut
Kelingit
Gang-Djalan Kalasan
Hanweg-Djalan
Sembodja
Han Soei
Liong Gang II-Gang Balikpapan II
Han
Soei Liong Gang III-Gang Balikpapan III
Han
Soei Liong Gang IV-Gang Balikpapan IV
Han
Soei Liong Gang V-Gang Balikpapan V
Horning
Gang I-Gang Klintji I
Horning
Gang II-Gang Klintji II
Horning
Gang III-Gang Klintji III
Horning
Gang IV-Gang Klintji IV
Sluisbrugplein-ditutup
Harmonieplein
–ditutup
Matramanweg-Djalan
Raja Matraman
Berenlaan-Djalan
Kesatrian
Kazerneweg-Djalan
Kesatrian I
Balikelor-Djalan
Kesatrian II
Koningin
Wilhelminalaan-Djalan Slamat Rijadi I
Prinses
Julianalaan-Djalan Slamat Rijadi II
Oranjeplein-Taman
Slamat Rijadi
Niogweg-Djalan
Slamat Rijadi III
Hoopkade-Djalan
Slamat Rijadi I
Generaal
Staalplein-Lapangan Djenderal Oerip Soemohardjo
Kakatuaweg
(Djatinegara)-Djalan Pujuh
Bangoweg
(Djatinegara)-Djalan Tjerutjük
Steenbrekersweg-Medan
Merdeka Selatan Dalam
Roomsche
Kerkweg- Djalan Geredja Room
Waterlooplein
Noord-Djalan Lapangan Banteng Utara
Waterlooplein
Oost-Djalan Lapangan Banteng Timur
Waterlooplein
West-Djalan Lapangan Banteng Barat
Waterlooplein
Zuid-Djalan Lapangan Banleng Sclatan
Paleisplein-ditutup
Senenweg-Djalan
Raja Senen
Mendjanganweg-Djalan
Kwini I
Nieuweweg-Djalan
Kwini II
Hospitaalweg-Djalan
Dokter Abdulrachman Saleh
Setjangweg-Djalan
Dokter Abdulrachman Saleh I
Hospitaalweg
Binnen-Djalan Dokter Abdulrachman Saleh II
Struwer
Buntu Gang-Gang Bangau Buntu
Pegangoaan
Timur, Djalan Borobudur tot de spoorweg-Djalan Penataran
Landhuisweg-Djalan
Tambak Simpang
Matraman
Plantsoen-Taman Matraman
Ijsfabrieklaan-Djalan
Talang
Van det
Houtlaan-Djalan Bonang
Promptweg-Djalan
Sibajak
Heveaweg-Djalan
Dempo
Rivierlaan-Djalan
Tjilosari
Stillelaan-Djalan
Tjiliman
Alataslaan-Djalan
Tjimandiri
Vioslaan-Djalan
Tjisedanc
Viosplein
Zuid-Djalan Tjidurian
Viosplein
Noord-Djalan Tjiasem
Viosplantsoenweg-Djalan
Tjitanduj
Dierentuinlaan-Djalan
Kebon Binatang I
Zwembadweg-Djalan
Kebun Binatang II
Gang
Holle Dierentuin-Djalan Kebun Binatang III
Tjikinilaan-Djalan
Kebun Binatang IV
Spoorweglaan-Djalan
Lengkeng
Spoorweglaan
ketjil-Djalan Serikaja
Oude
Tamarindelaan-Djalan Asam Lama
Nieuwe
Tamarindelaan-Djalan Asam Baru
Engelse
Kerkweg-Djalan Geredja Inggeris
Strulswijkstraat-Djalan
Tengah Salemba
Generaal
van Daalenweg-Djalan Siliwangi
Van
Dijkstraweg-Djalan Siliwangi Satu
Van
Rietschotenweg-Djalan Siliwangi Dua
Kroesenplein-Djalan
Siliwangi Tiga
Gerth. v. Wijk-Djalan Siliwangi Empat
Tunggu
daftar lengkapnya
Selamat siang, ini adalah tulisan yang sangat bagus dan saya sangat tertarik dengan pembahasan ini. Apakah terdapat sumber data atau penelitian yang membahas ini? Terima kasih banyak. Semoga sukses selalu
BalasHapusArtikel di atas adalah hasil suatu penelitian--sebagaimana semua artikel dalam blog ini hasil suatu penelitian mandiri. Setahu saya belum ada penelitian (lain) yang membahas topik ini. Sumber data artikel ini sudah disebut dalam tulisan, apakah pada artikel di atas atau atau artikel lain dalam blog ini. Selaat belajar sejarah. Serial Artikel Sejarah Jakarta adalah bagian dari menarasikan Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini
HapusBagus tulisan ini mengenang saya saat masih kecil di kebun kelapa jalan asem utan kayu
BalasHapus