Minggu, 30 April 2023

Sejarah Cirebon (16): Loh, Losari di Timur Cirebon Batas Wilayah Cirebon dan Brebes; Residentie Chirebon dan Residentie Tagal


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah Losari? Siapa yang peduli. Toh juga apa pentingnya sejarah Losari. Nah, itu dia. Lalu, Losari yang mana? Fakta pada masa kini adalah kecamatan Losari Cirebon dan ada kecamatan Losari Brebes. Fakta kedua kecamatan ini bersebelahan. Loh?! Nama Lo[h]sari adalah nama unik, mirip dengan nama Loh-bener. Ini menjadi benar-benar menarik, tidak seperti yang dipahami selama. Sejatinya, Losari memiliki sejarah yang panjang. Mungkin sejaman denga Cirebon sendiri. Check this Out.


Losari adalah sebuah kecamatan di kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat. Losari berada di ujung timur wilayah kabupaten Cirebon dan berbatasan dengan desa Gebang barat, laut Losari/Ambulu di utara, kecamatan Pabedilan di selatan dan kali Cisanggarung (wilayah Brebes) di timur. Kecamatan Losari pintu gerbang kabupaten Cirebon dari Jawa Tengah. Banyak terdapat percampuran adat budaya Jawa Tengah dan Jawa Barat. Kelurahan/desa: Ambulu, Astanalanggar, Barisan. Kalirahayu, Kalisari, Losari Kidul, Losari Lor, Mulyasari, Panggangsari, Tawangsari. Sementara itu, Losari juga sebuah kecamatan di kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Kecamatan ini di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ibu kota kecamatan di desa Losari Lor. Wilayah kecamatan Losari berada di sebelah timur sungai Cisanggarung yang memanjang dari daerah pantai Laut Jawa di ke arah selatan. Terdapat lima desa yang mempunyai wilayah garis pantai Laut Jawa yaitu desa-desa Karangdempel, Prapag Lor, Prapag Kidul, Kecipir dan Limbangan yang total panjang pantainya mencapai 16,82 KM. Desa/kelurahan: Babakan, Blubuk, Bojongsari, Dukuhsalam, Jati Sawit, Kalibuntu, Karangdempel, Karangjunti, Karangsambung, Kecipir, Kedungneng, Limbangan, Losari Kidul, Losari Lor, Negla, Pekauman, Pengabean, Prapag Kidul, Prapag Lor, Randegan, Randusari, Rungkang (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Losari, di timur Cirebon menjadi batas wilayah Cirebon dan wilayah Tegal? Seperti disebut di atas, sejatinya Losari memiliki sejarah yang panjang, bahkan jauh sebelum terbentuk residentie Chirebon dan residentie Tagal. Lalu bagaimana sejarah Losari, di timur Cirebon menjadi batas wilayah Cirebon dan wilayah Tegal? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (15): Sungai Cimanuk, Hilir di Indramayu - Hulu di Limbangan; Sungai Citandui Hulu Sumedang - Hilir di Sukapura


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Sungai Cimanuk memiliki kekhususan dalam sejarah. Tidak hanya sejarahnya yang panjang hingga jauh di masa lampau, sungai Cimanuk sangat penting pada awal Pemerintahj Hindia Belanda sebagai batas Batavia dan Cirebon. Mengapa? Kekhususan lainnya adalah sungai yang terbilang panjang dan menjadi penanda navigasi dari pantai pantai utara (Jawa) ke wilayah yang jauh di pedalaman. Sementara sebaliknya sungai Cintadui di pantai selatan.


Ci Manuk Cimanuk, adalah sebuah sungai yang mengalir di bagian timur Provinsi Jawa Barat. Ci Manuk berhulu di Pegunungan Mandalagiri (di desa Simpang, kecamatan Cikajang) di kabupaten Garut pada ketinggian 1700 M mengalir ke arah timur laut sepanjang 180 Km dan bermuara di Laut Jawa di kabupaten Indramayu. Ci Manuk pada bagian hilir cukup lebar sehingga dapat dilayari oleh kapal yang berukuran relatif besar. Pada abad ke-16, muara Ci Manuk adalah pelabuhan yang ramai dan menjadi salah satu pelabuhan milik Kerajaan Sunda, sebagaimana dilaporkan oleh Tome Pires sebagai "Chemano". Di Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, aliran Ci Manuk dibendung untuk pembangunan Waduk Jatigede. Ci Manuk memiliki dua muara, yakni Cimanuk Lawas dan Cimanuk Anyar. Pada tanggal 21 September 2016, terjadi banjir bandang akibat luapan Ci Manuk. Daerah aliran sungai ini dikelola oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung (BBWS Cimancis). Daerah aliran sungai ini meliputi Kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka, Indramayu dan Cirebon. Sungai ini melalui Kota Garut, Jatibarang dan Indramayu. Anak sungai: Ci Rambatan, Ci Keruh, Ci Sambeng, Ci Pelang, Ci Lutung, Ci Peles, Ci Babakan, Ci Peudeus, Ci Pancar. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah sungai Cimanuk, hilir di Indramayu dan hulu di Limbangan? Seperti disebut di atas, sungai Cimanuk air mengalir sampai jauh di Indramayu dari Limbangan (Garut). Untuk memahami sungai Cimanuk harus juga memahami sungai Citandui, hulu di Sumedang dan hilir di Sukapura/Banjar. Lalu bagaimana sejarah sungai Cimanuk, hilir di Indramayu dan hulu di Limbangan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 29 April 2023

Sejarah Cirebon (14): Masjid Kota Cirebon dan Sejarah Awal Islam di Wilayah Cirebon; Kehadiran Orang Cina Era Hindoe Boedha


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Masjid di kota Cirebon pada masa ini tidak hanya sekadar masjid tua, tetapi penting artinya dalam terbentuknya kota Cirebon. Jika benteng dikaitkan dengan kehadiran Belanda (sejak era VOC), keberadaan masjid dihubungkan dengan eksistensi kerajaan (kesulatanan). Keberadaan awal masjid di Cirebon terkait dengan sejarah awal Islam dan kehadiran pendatang terutama dari Tiongkok pada era Hindoe Boedha.


Masjid Agung Cirebon terletak di dalam kompleks Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon. Lokasi berada di bagian barat dari Alun-Alun Kota Cirebon. Konon, masjid adalah masjid tertua di Cirebon, dibangun tahun 1480 semasa Wali Songo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Nama masjid dari kata "sang" yang bermakna keagungan, "cipta" yang berarti dibangun, dan "rasa" yang berarti digunakan. Pembangunan masjid melibatkan lima ratus orang didatangkan dari Majapahit dan Demak. Dalam pembangunannya, Sunan Gunung Jati menunjuk Sunan Kalijaga sebagai arsiteknya. Selain itu, Sunan Gunung Jati juga memboyong Raden Sepat, arsitek Majapahit yang menjadi tawanan perang Demak-Majapahit, untuk membantu Sunan Kalijaga merancang bangunan masjid tersebut. Kekhasan masjid atapnya yang tidak memiliki kemuncakk atap sebagaimana lazim atap masjid-masjid di Jawa. Arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa memadukan gaya Demak, Majapahit, dan Cirebon. Pada bagian mihrab masjid, terdapat ukiran berbentuk bunga teratai yang dibuat oleh Sunan Kalijaga. Di beranda samping kanan (utara) masjid, terdapat sumur zam-zam atau Banyu Cis Sang Cipta Rasa yang ramai dikunjungi orang, terutama pada bulan Ramadhan. Selain diyakini berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit, sumur yang terdiri dari dua kolam ini juga dapat digunakan untuk menguji kejujuran seseorang. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah masjid di Kota Cirebon dan sejarah awal Islam di wilayah Cirebon? Seperti disebut di atas, di Cirebon terdapat masjid-masjid tua, termasuk yang berasal dari era Hindoe Boedha (awal masuknya siar Islam). Dalam konteks arsitektur bagaimana kehadiran orang Tiongkok era Hindoe Boedha. Lalu bagaimana sejarah masjid di Kota Cirebon dan sejarah awal Islam di wilayah Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (13): Benteng VOC-Militer Pemerintah Hindia Belanda; Mengahadapi Musuh di Laut Pemberontakan Pedalaman


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Apa itu benteng itu satu hal. Bagaimana dengan militer adalah hal lain. Kita membicarakan kedunya dalam era yang berbeda. Benteng di Cirebon adalah salah satu benteng yang dibangun pada era VOC yang merupakan bagian dari benteng-benteng di (pulau) Jawa. Keutamaan benteng dalam sejarah, tidak hanya sekadar pertahanan, tetapi biasanya dari Kawasan benteng inilah terbentuknya kota.


Misteri Benteng De Beschermingh Cirebon. Max Webe. Kompasiana 2 Januari 2016. Dalam sebuah program berita Wewara TV Lokal, Radar Cirebon TV, bertajuk Menelusuri Lokasi Benteng De Beschermingh, hingga kini belum membuahkan hasil, dimana keberadaan benteng tersebut. "Pada tahun 1960an saya masih melihat beberapa benteng kecil di sekitar Pelabuhan Cirebon, terutama di sekitar jalan masuk pintu Pelabuhan III dari ujung utara," ungkap mantan wartawan HU Pikiran Rakyat, Nurdin M Noer kepada Webe. Namun, imbuhnya, saat itu juga sudah ada beberapa gudang yang dibangun di sepanjang Jl. Benteng. Diperkirakan benteng itu dibangun sekira awal 1800an, sebelum pelabuhan sekarang secara modern tersebut dibangun. Diduga benteng-benteng tersebut untuk melindungi Kantor Residen Cirebon yang ada disekitar pelabuhan dan perlindungan terhadap komoditas ekspor dan impor yang sangat menguntungkan Belanda. "Kita maklumi, pada awal 1800an pemberontakan kalangan santri Cirebon pimpinan Ki Bagus Rangin, Bagus Serrit, Neirem dan kawan-kawannya terhadap Belanda mencapai puncaknya, sehingga diperlukan adanya perlindungan secara khusus," pungkasnya. Berbekal buku Uit Cheribon's Geschiedenis karya Dr. E.C. Godee Molsbergen, seorang petugas arsip negara atau Land Archivaris di Batavia. Dalam buku tersebut, menceritakan tentang peran VOC atau Generals Verenigde Geoctroyeerde Oost Indische Compagnie di wilayah Cirebon setelah ditanda tanganinya perjanjian pada tanggal 7 Januari 1681. (https://www.kompasiana.com/)

Lantas bagaimana sejarah benteng VOC dan militer Pemerintah Hindia Belanda di Cirebon? Seperti disebut di atas, ada perbedaan antara benteng (pertahanan) dan kekuatan militer (kekuatan). Kehadiran militer di wilayah Cirebon pada awal Pemerintah Hindia Belanda bertujuan mengahadapi musuh di laut menekan pemberontakan di pedalaman. Lalu bagaimana sejarah benteng VOC dan militer Pemerintah Hindia Belanda di Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 28 April 2023

Sejarah Cirebon (12): Bahasa di Wilayah Cirebon; Bahasa Dialek Cirebon Diantara Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Bahasa menunjukkan bangsa, di nusantara bahasa menunjukkan suku/bangsa. Bahasa dalam hal ini adalah bahasa yang terbentuk pada suatu populasi tertentu, dimana bahasa itu diwariskan (dari masa ke masa). Bahasa tentu saja terus tumbuh dan berkembang, tetapi suatu bahasa bermula dari awal. Bahasa asal (bahasa asli) dapat bertransformasi membentuk bahasa baru (dipengaruhi berbagai bahasa), sebaliknya bahasa yang beragam di suatu wilayah tertentu dapat membentuk populasi sendiri yang memiliki bentuk bahasa sendiri.


Bahasa dituturkan oleh orang Cirebon adalah Bahasa Jawa yang juga ada gabungan beberapa bahasa yakni Sunda, Arab dan China (bahasa Cirebonan atau Jawa dialek Cirebon). Juga memiliki dialek bahasa Sunda tersendiri (bahasa Sunda Cirebon). Dahulu Bahasa Cirebon ini digunakan dalam perdagangan di pesisir Jawa Barat mulai Cirebon yang merupakan salah satu pelabuhan utama, khususnya pada abad ke-15 sampai ke-17. Bahasa Cirebon dipengaruhi pula oleh budaya Sunda karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan wilayah kultural Sunda, khususnya Kuningan dan Majalengka dan juga China, Arab dan Eropa. Bahasa Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno bahasa Jawa seperti kalimat-kalimat dan pengucapan, misalnya ingsun (saya) dan sira (kamu) yang sudah tak digunakan lagi oleh bahasa Jawa baku. Perdebatan tentang bahasa Cirebon sebagai sebuah bahasa yang mandiri telah menjadi perdebatan yang cukup panjang. Meski kajian linguistik sampai saat ini menyatakan bahasa Cirebon hanyalah dialek (Guiter mengatakan harus berbeda sebanyak 80% dari Bahasa terdekatnya). Pada masa ini dalam pengajaran di wilayah Cirebon, sulit mengacu kepada bahasa Jawa baku, dan juga sulit kepada bahasa Sunda baku, dan sedikit lebih mudah dengan menggunakan bahasa Bahasa Cirebon (juga mencerminkan nama yang lebih netral). (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah bahasa di wilayah Cirebon? Seperti disebut di atas, bahasa pada populasi penduduk di suatu wilayah tertentu dapat terbentuk dari dua arah yang berbeda; bahasa asli (tunggal) atau bahasa ragam bahasa (melting pot/creol). suatu Dalam hal inilah menarik bahasa Cirebon di perhatikan. Di pantai utara Jawa bahasa dialek Cirebon berada diantara bahasa Jawa, bahasa Sunda dan bahasa Melayu (Indonesia). Lalu bagaimana sejarah bahasa di wilayah Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (11): Populasi di Wilayah Cirebon dan Etnik Cirebon; Betawi dan Banten Diantara Populasi Jawa dan Sunda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Populasi adalah penduduk, penduduk di suatu wilayah tertentu yang dihitung dengan satuan jiwa. Secara kejiawan, jumlah penduduk mengindikasi karakteristiknya. Karakteristik suatu populasi, dibedakan dari populasi lain, dapat diperhatikan dari awal usul, bahasa, adat istiadat dan berbagai aspek budaya yang lainnnya seperti seni (sastra, music, tari), arsitektur dan bangunan.  Sebaran populasi cenderung melampaui batas-batas georafis dan wilayah administrasi. Dalam hal ini suatu populasi memiliki karakteristik tersediri (tidak karena perbedaan wilayah geografis).


Suku Cirebon adalah kelompok etnis yang tersebar di sekitar wilayah Cirebon (kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon). Selain itu, suku Cirebon juga dapat ditemui di sebagian kabupaten Majalengka (sebelah utara atau biasa disebut sebagai Wilayah "Pakaleran"), sebagian kabupaten Subang sebelah utara mulai dari Blanakan, Pamanukan, hingga Pusakanagara dan sebagian pesisir utara kabupaten Karawang mulai dari pesisir Pedes hingga pesisir Cilamaya (Jawa bagian barat) dan di kecamatan Losari kabupaten Brebes (Jawa bagian tengah). Selain itu, Suku Cirebon tersebar di banyak provinsi-provinsi di Indonesia. Hasil sensus penduduk 2010 suku Cirebon berjumlah 1.877.514 jiwa (0,79% dari jumlah penduduk Indonesia). Provinsi terbanyak suku Cirebon adalah Jawa Barat (1.812.842 jiwa), Banten (41.645), dan Lampung (8.406). Sebanyak 75,91% bermukim di perkotaan. Masyarakat suku Cirebon agama Islam. Bahasa dituturkan oleh orang Cirebon adalah Bahasa Jawa yang juga ada gabungan beberapa bahasa yakni Sunda, Arab dan China (bahasa Cirebonan atau Jawa dialek Cirebon). Juga memiliki dialek bahasa Sunda tersendiri (bahasa Sunda Cirebon). Sempat ada pengakuan sebagai suku bangsa/etnis tersendiri. Pada mulanya keberadaan etnis atau orang Cirebon selalu dikaitkan dengan keberadaan suku Sunda dan suku Jawa. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah populasi di wilayah Cirebon dan etnik Cirebon? Seperti disebut di atas, populasi memiliki karakteristik sendiri yang dapat dibedakan dengan populasi lainnya. Populasi yang dimaksud dalam hal ini adalah populasi etinik/orang Cirebon. Di wilayah pantai utara Jawa juga ada populasi Betawi dan populasi Banten yang secara historis berada diantara populasi Jawa dan populasi Sunda. Lalu bagaimana sejarah populasi di wilayah Cirebon dan etnik Cirebon?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.