Kamis, 18 Januari 2024

Sejarah Bahasa (245): Bahasa Sou, Tembuni di Teluk Bintuni;Nama Steenkol dan Bintuni Antara Sungai Tembuni dan Sungai Muturi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bintuni adalah sebuah distrik yang juga merupakan pusat pemerintahan atau ibu kota dari kabupaten Teluk Bintuni, provinsi Papua Barat. Distrik ini terletak di dekat pantai tenggara Semenanjung Kepala Burung di Teluk Bintuni. Tembuni juga adalah sebuah distrik di kabupaten Teluk Bintuni. Distrik Tembuni memiliki empat kampung: Araisum, Tembuni, Mogoi Baru dan Bangun Mulyo.


Bahasa Sou dituturkan di kampung Tembuni, distrik Tembuni, kabupaten Teluk Bintuni, provinsi Papua Barat. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Sou berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Moskona di sebelah timur, wilayah tutur bahasa Miak di sebelah barat, wilayah tutur bahasa Arandai di sebelah utara, dan wilayah tutur bahasa Warriagar di sebelah selatan. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sou merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 90%—100% jika dibandingkan dengan bahasa di sekitarnya, yaitu bahasa Moskona dan Wandamen. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sou di Tembuni di Teluk Bintuni? Seperti disebut di atas bahasa Sou dituturkan di wilayah Tembuni. Steenkol dan Bintuni antara sungai Tembuni dan sungai Muturi. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sou di Tembuni di Teluk Bintuni? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (244):Bahasa Wamesa Leher Semenanjung Doberai Kepala Burung Pulau Papua; Teluk Bintuni dan Teluk Wondama


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Wamesa adalah salah satu penduduk asli Papua Barat, terutama mendiami distrik Bintuni, kabupaten Teluk Bintuni provinsi Papua Barat. Suku Wamesa juga menjadi suku terbesar di kabupaten Teluk Wondama. Suku Wamesa memiliki bahasanya sendiri, yang disebut bahasa Wamesa, yang jumlah penutur diperkirakan sebanyak 5.000 jiwa tahun 1993. Berdasarkan dialeknya bahasa ini terbagi menjadi Wandamen (Wondama), Windesi, dan Bintuni.


Wamesa adalah bahasa Austronesia di Papua digunakan di leher Semenanjung Doberai atau Kepala Burung. Saat ini terdapat 5.000–8.000 pembicara. Meskipun secara historis digunakan sebagai lingua franca, saat ini bahasa tersebut dianggap sebagai bahasa yang terancam punah dan kurang terdokumentasi. Ini berarti semakin sedikit anak yang menguasai Wamesa secara aktif. Sebaliknya, Melayu Papua menjadi semakin dominan di wilayah tersebut. Bahasa ini sering disebut Wandamen dalam sastra; Namun, beberapa penutur dialek Windesi menyatakan bahwa Wandamen dan Wondama mengacu pada dialek yang digunakan di sekitar Teluk Wondama, dipelajari oleh misionaris awal dan ahli bahasa. Mereka menegaskan bahwa bahasa tersebut secara keseluruhan disebut Wamesa, yang dialeknya adalah Windesi, Bintuni, dan Wandamen. Meskipun bahasa Wamesa digunakan di Papua Barat, Wamesa bukanlah bahasa Papua melainkan bahasa Halmahera Selatan-Papua Barat (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Wamesa di leher Semenanjung Doberai Kepala Burung Pulau Papua? Seperti disebut di atas bahasa Wamesa dituturkan di wilayah Wamesa. Teluk Bintuni dan Teluk Wondama. Lalu bagaimana sejarah bahasa Wamesa di leher Semenanjung Doberai Kepala Burung Pulau Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Rabu, 17 Januari 2024

Sejarah Bahasa (243):Bahasa Arandai Orang Arandai Teluk Bintuni; Sungai Wariaga dan Daerah Aliran Sungai Sebyar Tempo Doeloe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Arandai atau Yaban merupakan suku yang mendiami sebelah barat sungai Wariaga dan sekitar daerah aliran Sungai Sebyar (Timoforo) di bagian tenggara Kepala Burung Papua, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Suku ini memiliki populasi sekitar 900 jiwa yang mendiami desa Aranday, Kiambo, Yakora, Sakauni, Botare, dan Tomu.


Bahasa Arandai adalah gugus dialek Kabupaten Teluk Bintuni di Papua Barat. Di Kabupaten Teluk Bintuni digunakan di distrik Aranday, Kamundan, dan Weriagar. Perlakuan di Ethnologue tampaknya tidak konsisten. Kode ISO ditetapkan ke dua bahasa, "Arandai" dan "Kemberano", yang terakhir juga disebut Arandai. Dikatakan bahwa mereka memiliki 85% kesamaan leksikal, yang menjadikannya dialek dalam satu bahasa. Namun, dua dialek yang diberikan untuk Arandai, juga disebut Kemberano dan Arandai (alias Tomu dan Dombano), dikatakan hanya memiliki 71% kesamaan leksikal, sehingga menjadikannya bahasa yang berbeda. Dialek Kemberano (Weriagar) terdaftar sebagai Weriagar (Kemberano) dan Barau. Nama alternatif tambahan Arandai/Kemberano/Dombano–Tomu diberikan sebagai Jaban (Yaban), Sebyar, Sumuri. Nama tambahan Kemberano/Arandai/Barau–Weriagar diberikan sebagai Kalitami. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Arandai Orang Arandai di teluk Bintuni? Seperti disebut di atas bahasa Arandai dituturkan di teluk Bintuni. Sungai Wariaga dan Daerah Aliran Sungai Sebyar tempo doeloe. Lalu bagaimana sejarah bahasa Arandai Orang Arandai di teluk Bintuni? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (242):Bahasa Sebyar Sungai Kamundan Tempo Dulu; Sungai Weriagar dan Sungai Sebyar Kabupaten Teluk Bintuni


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Sebyar di kabupaten Teluk Bintuni populasi 3,000 jiwa dengan berbahasa Sebyar. Suku Sebyar umumnya di sebelah timur dan barat Sungai Weriagar, dan di sekitar Sungai Sebya yang termasuk distrik Tomu, distrik Weriagar, distrik Kamundan, dan distrik Taroi. Orang Sebyar umumnya Islam. Sistem keturunan diwariskan melalui penyebutan marga secara patrilineal dan tradisi mahar di wilayah suku Sebyar yaitu Kutanggas, Hindom, Braweri, Bauw, Solowat, Kokop, Kinder, Inai, Tonoy, Kambori, Manini, Kosepa, Kamisopa, Imbimbong.


Identifikasi Bunyi Segmental Bahasa Sebyar. Tom Moses Waroy. Abstract. Penelitian dilakukan di distrik Kamundan, kabupaten Teluk Bintuni, provinsi Papua Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk bunyi segmental yang meliputi inventarisasi fonem, identifikasi fonem, klasifikasi fonem, distribusi fonem, variasi fonem dan fonotatik bahasa yang meliputi deret fonem, gugus fonem serta pola suku kata. Pengympulan data wawancara berupa 200 kata dalam daftar Swades. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa bahasa Sebyar memiliki 13 bunyi konsonan yaitu. /p/, /b/, /t/, /d/, /k/, /g/, /j/, /f/, /h/, /m/, /n/, /w/, /y/ dan 6 buah fonem vokal, yaitu /i/, /u/, /e/, /o/, /a/. Sementara variasi fonem vokal berbunyi /edi/ ‘kami/kita/ dan /nedi/ ‘ia/dia, bunyi /naimbe/ ‘beri’ bunyi /kaimbe/ ‘beri/memberi dan deret konsonan /mb/, /ng/. Selain itu diketahui bunyi diftong yaitu /ae/ terdapat pada satu suku kata dan ucapkan /ay/ diftong /ao/ terdapat pada satu suku kata dan ucapkan /aw/, diftong /io/ terdapat satu suku kata dan ucapkan /yo/. Kemudian pola suku kata bahasa sebyar yaitu V, VK, KV, dan KVK. (https://kimli.mlindonesia.org/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sebyar dan sungai Kamundan tempo dulu? Seperti disebut di atas bahasa Sebyar dituturkan di pantai selatan kepala burung pulau Papua. Sungai Weriagar dan Sungai Sebyar di kabupaten Teluk Bintuni. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sebyar dan sungai Kamundan tempo dulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Selasa, 16 Januari 2024

Sejarah Bahasa (241): Bahasa Inanwatan Bahasa Suabo Pantai Barat Vogelkop Kepala Burung Pulau Papua;Inanwatan dan Amaroe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Inanwatan sebuah distrik di kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya. Orang Inanwatan adalah salah satu suku diantara Teminabuan dan Inanwatan dengan bahasa sendiri-sendiri. Pada masa ini di distrik Inanwatan adalah Metemani, Sagapuri, Oderauw, Kaiso, Sunami, dan Inanwatan; di distrik Teminabuan adalah Tehit, Ogit dan Sawiat. Kelompok Inanwatan dikenal budaya ‘kain timur, sebagai kain suci setara mahar dalam berbagai aspek kehidupan termasuk kepercayaan.


Suabo atau Inanwatan adalah bahasa Papua di Papua Barat. Bahasa ini sering diklasifikasikan dalam rumpun bahasa Kepala Burung Selatan tetapi dapat juga membentuk rumpun bahasa independen bersama dengan Duriankere. Inanwatan terutama dituturkan di desa Inanwatan juga di desa Seget. Bahasa Inanwatan terancam punah. De Vries melaporkan pada tahun 2004 bahwa sebagian besar orang berusia di atas 50 tahun yang fasih berbicara, dan generasi terbaru tidak mengetahuinya. Menurut perkiraannya, Inanwatan memiliki 800 atau kurang penutur, dari populasi etnis sekitar 3.000 orang. Bahasa Inanwatan juga dikenal dengan nama Bira, Suabo, Iagu dan Mirabo sedangkan Inanwatan sendiri paling sering menyebutnya sebagai nidáibo 'bahasa kami'. Bahasa ini paling erat hubungannya dengan bahasa Duriankari (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Inanwatan bahasa Suabo di pantai barat Vogelkop Kepala Burung pulau Papua? Seperti disebut di atas bahasa Inanwatan ditututkan di Inanwatan. Nama Inanwatan dan Amaroe. Lalu bagaimana sejarah bahasa Inanwatan bahasa Suabo di pantai barat Vogelkop Kepala Burung pulau Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (240): Bahasa Ayamaru di Pedalaman Vogelkop Kepala Burung Pulau Papua; Danau Amaroe dan Sungai Kais


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Aifat adalah sub-etnis Maybrat mendiami daerah aliran sungai Kamundan dan sekitar danau Ayamaru, kabupaten Sorong. Ada budaya tukar-menukar kain timur diantara mereka, yaitu kain tenun. Keluarga batih Aifat tinggal di rumah bertiang tinggi yang dihuni oleh satu kelompok kekerabatan dengan garis pihak laki-laki (patrilineal). Suku aifat dikatakan masih meneruskan budaya membayar air susu ibu dengan membayar mahar berupa kain timur.


Bahasa Ayamaru atau Karon Dori sebuah bahasa dalam rumpun bahasa dituturkan di bagian tengah Semenanjung Doberai di Papua Barat. Sejauh ini, Ayamaru tidak dapat dihubungkan secara genealogis dengan bahasa manapun di dunia, sehingga dianggap sebagai bahasa isolat. Jumlah konsonan yang kecil dan penghindaran kluster konsonan. Terdapat dua gender gramatikal dalam bahasa ini, yaitu gender maskulin dan taktermarkahi. Morfologinya sederhana. Imbuhan-imbuhan penanda persona ditambahkan pada verba dan nomina secara inalienabel. Bahasa Ayamaru memiliki sistem demonstrativa (kata seperti "ini" atau "itu") yang rumit. Demonstrativa dalam bahasa Maybrat memarkahi jarak dari pembicara, kekhususan dan fungsi sintaktis. Dalam klausa, bahasa Ayamaru memiliki urutan kata subjek–verba–objek yang kaku. Dalam frasa nomina, pewatas diletakkan setelah nomina inti. Deret verba seperti verba serial lazim ditemui, dan verba juga mengisi fungsi yang biasanya dipenuhi oleh adjektiva dan preposisi (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Ayamaru di pedalaman Vogelkop Kepala Burung pulau Papua? Seperti disebut di atas bahasa Ayamaru dituturkan di daerah aliran sungai Kais dan danau Amaroe. Lalus bagaimana sejarah bahasa Ayamaru di pedalaman Vogelkop Kepala Burung pulau Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982