Sabtu, 06 November 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (216): Pahlawan Nasional Era Awal VOC; Sultan Hasanuddin (1631-1670), Sultan Tirtajasa (1631-1683)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada sejumlah Pahalawan Nasional yang berasal dari periode era awal Belanda (VOC) dintaranya Sultan Iskandar Muda (1593-1636) dari (kerajaan) Aceh. Secara khusus ada dua Pahlawan Nasional yang perlu diperhatikan yakni Sultan Hasanuddin (1631-1670) dari (kerajaan) Gowa dan Sultan Ageng Tirtajasa (1631-1683 dari (kerajaan) Banten. Kebetulan dua Pahlawan Nasional era awal VOC ini lahir pada tahun yang sama (1631).

Kerajaan Gowa merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di daerah Sulawesi Selatan yang mayoritas didiami oleh suku Makassar. Wilayah inti bekas kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa. Kerajaan ini merupakan fusi kerajaan Gowa dan kerajaan Tallo pada abad ke-17. Dengan kekuatan militer menguasai perdagangan atas wilayah timur diantaranya sebagian besar Sulawesi, beberapa bagian dari Maluku dan Nusa Tenggara, serta pesisir timur Kalimantan. Perubahan sosial budaya yang drastis terjadi seiring mengeratnya hubungan antara kerajaan Gowa dan dunia luar, terutama setelah kerajaan Gowa mengadopsi Islam sebagai agama resmi pada awal 1600an. Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam di Tatar Pasundan. Ini berawal sekitar tahun 1526, ketika kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat pulau Jawa, dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan sebagai antisipasi terealisasinya perjanjian antara kerajaan Sunda dan Portugis tahun 1522. Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mengembangkan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan (dibangun 1600 M) menjadi kawasan kota pesisir yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri (Wikipedia)

Lantas bagaimana Pahlawan Nasional yang berasal dari era awal Belanda/VOC? Seperti disebut di atas, ada beberapa pahaalwan yang berasal dari era tersebut, termasuk Sultan Iskandar Muda dari Aceh. Namun yang diketengahkan disini adalah Sultan Hasunuddin dari Gowa dan Sultan Tirtajasa dari Banten. Kedua sultan ini lahir di tahun yang sama dan masing-masing kerajaan mereka menemukan kejayaan pada waktu yang relatif bersamaan. Lalu bagaimana sejarah kedua Pahlawan Nasional dari dua kesultana tersebut? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 05 November 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (215): Pahlawan Nasional Era Awal VOC; Sultan Agung 1593-1645 Menyerang Pusat VOC, Batavia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada Pahlawan Nasional era Portugis, tetntu saja ada Pahlawan Nasional pada awal era Belanda (VOC). Salah satu yang penting dari Pahlawan Nasional era awal Belanda (VOC) ini adalah Sultang Agung Hanyokrokusumo (1593-1645) dari kerajaan Mataram. Dalam catatan sejarah VOC, Sultan Agung menyerang (benteng) Batavia pada tahun 1629..

Kesultanan Mataram adalah negara berbentuk kesultanan di Jawa. Kesultanan ini didirikan sejak pertengahan abad ke-16, namun baru menjadi negara berdaulat di akhir abad ke-16 yang dipimpin oleh dinasti yang bernama wangsa Mataram. Sepanjang abad ke-16, tepatnya pada puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Anyakrakusuma, Mataram adalah salah satu negara terkuat di Jawa, kesultanan yang menyatukan sebagian besar pulau Jawa, Madura, dan Sukadana (Kalimantan Barat). Kesultanan ini terdiri dari wilayah kutagara, nagaragung, mancanagara, pasisiran dan sejumlah kerajaan vasal, beberapa di antaranya dianeksasi ke dalam teritori kesultanan, sedangkan sisanya diberikan beragam tingkat otonomi. Kesultanan ini secara de facto merupakan negara merdeka yang menjalin hubungan perdagangan dengan VOC (Belanda). Kedua pihak saling mengirim duta besar. Anyakrakusuma di bawah kepemimpinannya tidak mengizinkan Serikat Dagang Hindia Timur (VOC) untuk mendirikan loji-loji dagang di pantai utara. Hal ini ditolak karena bila diizinkan maka ekonomi di pantai utara akan dikuasai dan melemah. Penolakan ini membuat hubungan keduanya sejak saat itu merenggang. Menjelang keruntuhannya, Kesultanan Mataram menjadi negara protektorat Kerajaan Belanda, dengan status pzelfbestuurende landschappen. Perjanjian Giyanti membuahkan kesepakatan bahwa Kesultanan Mataram dibagi dalam dua kekuasaan, yaitu Nagari Kasunanan Surakarta dan Nagari Kasultanan Ngayogyakarta. Perjanjian yang ditandatangani dan diratifikasi pada tanggal 13 Februari 1755 di Giyanti ini secara de jure menandai berakhirnya Mataram (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasioanal Sultan Agung (1593-1645) dari Mataram? Seperti disebut di atas, kerajaan Mataram berdiri pada abad ke-16 (saat kerajaan Demak masih berjaya). Kerajaan Demak berada di pesisir pantai, sedangkan kerajaan Mataram berada di pedalaman. Lalu bagaimana sejarah Pahlawan Nasional Sultan Agung dari Mataram? Yang jelas Sultan Agung menyerang pusat VOC di Batavia tahun 1629. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.