Minggu, 16 April 2023

Sejarah Banyumas (46): Goeteng Taroena di Brata Nama RSUD di Purbalingga; Sekolah Kedokteran Docter Djawa School- STOVIA


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Banyak tokoh dokter ditabalkan sebagai nama rumah sakit. Tentu saj itu pantas. Salah satu rumah sakit daerah (RSUD) di Purbalingga diberi nama RSUD Dr R Goeteng Taroenadibrata. Siapa Goeteng Taroenadibrata? Yang jelas rumah sakit umum daerah (RSUD) di Purbalingga cukup dikenal, tetapi siapa Goeteng Taroenadibrata kurang terinformasikan. Raden Goeteng Taroenadibrata disebut masuk STOVIA pada 1 Oktober 1887 dan lulus pada 10 Maret 1893. Hanya itu.


Tokoh Dokter Dibalik Nama Rumah Sakit Rujukan. 18 Maret, 2020. RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata (Purbalingga). Raden Goeteng Taroenadibrata masuk STOVIA pada 1 Oktober 1887 dan lulus pada 10 Maret 1893. Beliau tercatat sebagai dokter pertama dari daerah kelahirannya Purbalingga. Oleh karena itu, nama beliau diabadikan menjadi nama rumah sakit yang berada di Jl. Tentara Pelajar No.23, Kembaran Kulon, Kec. Purbalingga, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah (https://muskitnas.net/2020/)

Lantas bagaimana sejarah Goeteng Taroenadibrata nama RSUD Purbalingga? Seperti disebut di atas, Dr Goeteng Taroenadibrata lulusan sekolah kedokteran STOVIA. Namun hanya itu yang terinformasikan. Sekolah kedokteran pada era Pemerintah Hindia Belanda adalah Docter Djawa School, STOVIA, NIAS dan GHS. Lalu bagaimana sejarah Goeteng Taroenadibrata nama RSUD Purbalingga? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (45): Pertanian - Industri Perkebunan di Wilayah Banyumas; Investor Bidang Perkebunan Kopi, Gula dan Indigo


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Pertanian rakyak diusahakan oleh penduduk terutama untuk kebutuhan pangan. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, terhadap perkebunan kopi rakyat diterapkan koffiestelsel. Satu bentuk system perkebunan, termasuk di wilayah Banyumas adalah perkebunan swasta dengan menyedikan konsesi lahan bagi investor.


Perkebunan Kopi Di Karesidenan Banyumas Masa Tanam Paksa Tahun 1836-1849. Maratu Latifa Yuan. 2018. Abstrak. Tanaman kopi menjadi komoditi perdagangan utama sejak masa VOC. Pada abad ke-18 kopi Jawa menjadi primadona di pasar Eropa melebihi kopi Yaman, Arab dan Ethiopia. Pada tahun 1830 bersamaan dengan diberlakukannya Sistem Tanam Paksa dibukalah perluasan perkebunan kopi khususnya di Jawa. Sistem Tanam Paksa dibawah Gubernur Jendral van den Bosch bertujuan memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Tujuan penulisan untuk mengetahui aktifitas dan perkembangan perkebunan kopi di Karesidenan Banyumas 1836-1849. Penelitian ini menggunakan metode penelitian secara kritis, heuristic, kritik sumber dan interpretasi serta historiografi yaitu suatu tulisan sejarah yang didasarkan pada fakta-fakta yang telah diperoleh. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perkembangan perkebunan kopi di Karesidenan Banyumas banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti geografis wilayah, iklim, aksesbilitas dan keadaan ekonomi Eropa pada saat itu. Para petani sebagai pekerja paksa di perkebunan kopi mendapatkan dampak paling besar baik di bidang sosial dan ekonomi. Bencana kelaparan dan kemiskinan di masyarakat Banyumas menjadi tidak dapat dihindarkan, sedangkan pemerintah tidak dapat mengambil tindakan perbaikan. Pada akhirnya kekejaman sistem ini dapat dihapuskan. Namun dihapuskannya sistem ini, perkebunan kopi di Karesidenan Banyumas tetap berjalan hingga akhir abad ke-19. (https://journal.student.uny.ac.id) 

Lantas bagaimana sejarah pertanian dan industri perkebunan di wilayah Banyumas? Seperti disebut di atas, wilayah Banyumas termasuk wilayah yang subur dimungkinkan pengembangan pertanian sejak masa lampau. Dalam perkembangannya system pertanian rakyat diintegrasiukan dengan koffiekultuur dan koffiestelsel. Bagaimana dengan yang lain seperti kehadiran investor di bidang perkebunan kopi, gula dan indigo? Lalu bagaimana sejarah pertanian dan industri perkebunan di wilayah Banyumas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 15 April 2023

Sejarah Banyumas (44): Cikal Bakal BRI, Hulp-en Spaarbank di Poerwokerto? Bank di Sumatra, Volksbank dan Bataksche Bank


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Ada satu anggapan bahwa cikal bakal BRI adalah Hulp-en Spaarbank yang didirikan di Poerwokerto. Itu satu hal. Dalam hal ini yang menjadi perhatian kita adalah sejarah pembentukan lembaga keuangan yang disebut Hulp-en Spaarbank yang didirikan oleh E Sieburgh di Poerwokerto. Tentu saja pendirikan lembaga ini dimaksudkan untuk meningkatkan akses penduduk khusus yang bergerak di bidang pertanian terhadap kredit. Lembaga keuangan juga didirikan di Sumatra seperti Volksbank dan Bataksche Bank.


Museum Bank Rakyat Indonesia. Tribunnewswiki.com. Rabu, 22 September 2021. Museum Bank Rakyat Indonesia, museum menyimpan sejarah berdirinya Bank Rakyat Indonesia (BRI). Museum didirikan di Purwokerto karena di kota ini adalah cikal bakal berdirinya BRI. Museum BRI diresmikan Kamardy Arief, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia 19 Desember 1990. Adapun Bank BRI sendiri berdiri di Purwokerto 16 Desember 1895. Pendiri bank ini ialah Aria Wiriatmadja. Awalnya BRI ini bernama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden. Dalam perjalanannya bank ini sempat berhenti masa perang 1948. Pada 1949 bank ini kembali beroperasi dengan nama BRI Serikat. Pada 1968 nama berubah menjadi BRI. Bangunan museum dua lantai. Lantai satu tempat informasi terkait sejarah perjalanan BRI, ruang pameran koleksi yakni, akta-akta pendirian, peralatan dan mesin-mesin, foto-foto direksi dan kegiatannya, dokumen-dokumen. Lantai dua tempat sistem keuangan dan sistem perbankan di Indonesia. Informasi-informasi ditampilkan dengan patung kuwera, mata uang pernah dipakai di Indonesia, dan wadah penyimpanan uang tradisional. Juga terdapat koleksi Raden Aria Wirjaatmadja dan diorama yang menggambarkan awal mula gagasan pendirian bank. Juga terdapat perpustakaan. (https://www.tribunnewswiki.com/)

Lantas bagaimana sejarah cikal bakal BRI, Hulp-en Spaarbank di Poerwokerto? Seperti disebut di atas, pada era Pemerintah Hindia Belanda di Poerwokerto oleh E Sieburgh didirikan suatu lembaga keuangan yang disebut Hulp-en Spaarbank. Sementara itu di Sumatra juga didirikan lembaga perbankan yang disebut Volksbank dan Bataksche Bank. Lalu bagaimana sejarah cikal bakal BRI, Hulp-en Spaarbank di Poerwokerto? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (43):Tatakota Banyumas, Ibu Kota Relokasi ke Purwokerto; Tata Kota di Purbalingga, Banjarnegara dan Cilacap


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini kota Purwokerto disebut kota terbesar ketiga di wilayah Jawa Tengah (setelah Semarang dan Solo). Bagaimana dengan tempo doeloe? Nah, itu dia. Ketika Banjoemas ibu kota residentie Banjoemas telah berkembang menjadi kota, Poerwokerto masih kota kecil, Bahkan kota Poerbalingga, kota Bandjarnegara dan kota Tjilatjap relative lebih besar dari kota Poerwokerto. Situasi mulai berubah, ketika ibu kota residentie dipindahkan dari Banjoemas ke Poerwokerto tahun 1937.


Lain dulu lain sekarang. Ibu kota adalah pusat pemerintahan. Ibu kota Hindia Belanda pernah dipindahkan dari Batavia ke Buitenzorg. Namun itu tidak berlangsung lama. Hal serupa dengan ibu kota Residentie Tapanoeli pernah direlokasi dari Sibolga ke Padang Sidempoean. Saat itu kota Padang Sidempoean adalah kota terbesar kedua di Sumatra setelah kota Padang. Pada saat Padang Sidempoean sudah menjadi kota besar, Medan malahan masih kampong kecil. Demikian pula yang terjadi dengan kota Banyumas. Pada saat Banyumas telah menjadi kota besar, Poerwokerto masih kota kecil. Setekah ibu kota Residentie Banjoemas direlokasi dari Banjoemas ke Poerwokerto tahun 1937, secara perlahanan Poerwokerto tumbuh dan berkembang hingga masa ini menjadi kota terbesar ketiga di Jawa Tengah.

Lantas bagaimana sejarah tata kota Banyumas, ibu kota relokasi ke Purwokerto? Seperti disebut di atas pada saat Banjoemas sudah menjadi kota, Poerwokerto masih suatu kampong besar. Ini mengindikasikan kota Banjoemas ditata lebih awal jika dibandingkan dengan tata kota di Puwokerto, Purbalingga, Banjarnegara dan Cilacap. Lalu bagaimana sejarah tata kota Banyumas, ibu kota relokasi ke Purwokerto? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 14 April 2023

Sejarah Banyumas (42): Banjir di Wilayah Banyumas Masa ke Masa; Pembangunan Kanal Kali Osso Cilacap Minimalkan Banjir


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Kejadian banjir terjadi di setiap daerah. Itu lazim terjadi ketika musim hujan atau ada genangan sungai atau waduk yang jebol. Banjir cenderung lebih intens di wilayah pesisir dan daerah aliran sungai. Di wilayah Banyumas seperti di Cilacap dan juga wilayah Poerwokerto sedari dulu kerap terjadi banjir. Oleh karena itu banjir adalah lazim sejak masa lalu. Masalahnya adalah belum maksimalnya penanganan. Dalam hal diperlukan pemahaman pola banjir untuk membuat rencana penanggulangan yang efektif.


Sejumlah wilayah Banyumas dilanda banjir dan tanah longsor. Jumat, 7 Oktober 2022. Purwokerto (Antara). Bencana tanah longsor dan banjir melanda sejumlah wilayah kabupaten Banyumas, akibat hujan lebat sejak Jumat siang, kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). "Berdasarkan laporan sementara yang kami terima, tanah longsor terjadi di 13 desa yang tersebar di delapan kecamatan, sedangkan bencana banjir melanda tujuh desa di enam kecamatan" katanya di Purwokerto. Bahkan, kata dia, banjir yang terjadi pada Jumat siang sempat menggenangi ruas Jalan Raya Wangon-Lumbir sehingga mengganggu arus lalu lintas di jalur selatan Jateng. Sementara dari Purwokerto, Camat Sumpiuh mengatakan hujan lebat yang terjadi sejak pukul 13.00 mengakibatkan tanah longsor di desa Banjarpanepen. "Bahkan, rumah milik Bu Sisum terkena longsoran hingga akhirnya hilang. Alhamdulillah rumah dalam kondisi kosong, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa," katanya. Selain tanah longsor di Banjarpanepen, bencana banjir juga melanda desa Selandaka dan desa Karanggedang (https://jateng.antaranews.com/)

Lantas bagaimana sejarah banjir di wilayah Banyumas masa ke masa? Seperti disebut di atas, kejadian banjir terjadi di berbagai daerah, tetapi sejarah banjir di wilayah Banyumas memiliki problem sendiri sejak dari dulu. Salah satu upaya penangangan dimulai dengan pembangunan kanal Kali Osso Cilacap untuk meminimalkan bahaya banjir. Lalu bagaimana sejarah banjir di wilayah Banyumas masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (41): Badai di Wilayah Banyumas Sejak Tempo Dulu;Kapal Karam, Rumah dan Pohon Rubuh, Tanaman Rusak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Sejarah badai tentu saja jarang ditulis. Namun menjadi penting sejarah badai ditulis karena wilayah Banyumas kerap dilanda bandai dan angin kencang (puting beliung). Kejadian badai di wilayah Banyumas bahkan hingga kini masih sering diberitakan di wilayah Banyumas. Tidak hanya di laut, di wilayah pesisir (Cilacap) juga jauh di pedalaman (Banyumas). Kajadian badai, ibarat kejadian gempa yang dapat mengancam orang per orang dan lingkungan penduduk.


Warga Banyumas, Dikejutkan dengan Hujan Badai dan Fenomena Hujan Es. 3 Feb 2022. Purwokerto, serayunews.com. Dari pantauan serayunews.com, hujan dengan intensitas yang cukup tinggi disertai angin kencang, terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Hujan tersebut menyebabkan pohon tumbang di sekitar SPN Purwokerto. Beruntung tidak ada korban jiwa, meski pohon tersebut menutupi akses jalan nasional. Koordinator TAGANA Banyumas, Ady Candra mengatakan, TAGANA bersama pihak kepolisian, BPBD, Pemadam Kebakaran Linmas dan relawannya lainnya yang mendapati laporan tersebut langsung menuju lokasi pohon tumbang. “Pohon tersebut sudah kami evakuasi. Warga juga ikut membantu membersihkan puing-puing ranting pohon tumbang,” ujar dia. Dari pantauan kami, akses lalu lintas memang sempat terhambat. Namun, dengan pekerjaan cepat yang dilakukan oleh sejumlah relawan dan aparat kepolisian yang mengatur arus lalu lintas. Kepadatan lalu lintas pun segera terurai. Setelah melakukan evakuasi pohon tumbang, Ady mengaku, tengah melakukan pengecekan ke Sumbang, terkait informasi adanya fenomena hujan es, untuk memastikan kebenarannya. “Kami lakukan pengecekan, dan kebetulan sedang patroli di Sumbang, informasinya begitu,” ujarnya. (https://serayunews.com/)

Lantas bagaimana sejarah badai di wilayah Banyumas sejak tempoe doeloe? Seperti disebut di atas, wilayah Banyumas termasuk wilayah yang kerap terjadi badai atau angin kencang (puting beliung). Namun bagaimana itu terjadi dari masa ke masa kurang terinformasikan. Dampaknya beragama mulai kapal karam, rumah dan pohon rubuh hingga kerusakan tanaman. Lantas bagaimana sejarah badai di wilayah Banyumas sejak tempoe doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.