*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini
Sejarah
badai tentu saja jarang ditulis. Namun menjadi penting sejarah badai ditulis
karena wilayah Banyumas kerap dilanda bandai dan angin kencang (puting
beliung). Kejadian badai di wilayah Banyumas bahkan hingga kini masih sering
diberitakan di wilayah Banyumas. Tidak hanya di laut, di wilayah pesisir (Cilacap)
juga jauh di pedalaman (Banyumas). Kajadian badai, ibarat kejadian gempa yang
dapat mengancam orang per orang dan lingkungan penduduk.
Warga Banyumas, Dikejutkan dengan Hujan Badai dan Fenomena Hujan Es. 3 Feb 2022. Purwokerto, serayunews.com. Dari pantauan serayunews.com, hujan dengan intensitas yang cukup tinggi disertai angin kencang, terjadi sekitar pukul 15.00 WIB. Hujan tersebut menyebabkan pohon tumbang di sekitar SPN Purwokerto. Beruntung tidak ada korban jiwa, meski pohon tersebut menutupi akses jalan nasional. Koordinator TAGANA Banyumas, Ady Candra mengatakan, TAGANA bersama pihak kepolisian, BPBD, Pemadam Kebakaran Linmas dan relawannya lainnya yang mendapati laporan tersebut langsung menuju lokasi pohon tumbang. “Pohon tersebut sudah kami evakuasi. Warga juga ikut membantu membersihkan puing-puing ranting pohon tumbang,” ujar dia. Dari pantauan kami, akses lalu lintas memang sempat terhambat. Namun, dengan pekerjaan cepat yang dilakukan oleh sejumlah relawan dan aparat kepolisian yang mengatur arus lalu lintas. Kepadatan lalu lintas pun segera terurai. Setelah melakukan evakuasi pohon tumbang, Ady mengaku, tengah melakukan pengecekan ke Sumbang, terkait informasi adanya fenomena hujan es, untuk memastikan kebenarannya. “Kami lakukan pengecekan, dan kebetulan sedang patroli di Sumbang, informasinya begitu,” ujarnya. (https://serayunews.com/)
Lantas bagaimana sejarah badai di wilayah Banyumas sejak tempoe doeloe? Seperti disebut di atas, wilayah Banyumas termasuk wilayah yang kerap terjadi badai atau angin kencang (puting beliung). Namun bagaimana itu terjadi dari masa ke masa kurang terinformasikan. Dampaknya beragama mulai kapal karam, rumah dan pohon rubuh hingga kerusakan tanaman. Lantas bagaimana sejarah badai di wilayah Banyumas sejak tempoe doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Badai di Wilayah Banyumas Sejak Tempoe Doeloe; Kapal Karam, Rumah dan Pohon Rubuh, Tanaman Rusak
Arah angin yang membahayakan di wilayah Banyumas umumnya berasal dari lautan. Angin dari daratan ke arah laut pada pagi hari lebih lembut yang mampu mendorong perahu-perahu nelayan kea rah lautan yang luas. Namun hal sebaliknya terjadi pada siang hari terutama menjelang sore angin semakin kencang. Diantara angin-angin kencang, karena situasi dan kondisi serta waktu tertentu menjadi sangat kencang yang dikenal sebagai badai. Badai di laut ini terutama merdampak di wilayah pesisir. Hal serupa inilah yang terjadi pada tahun 1837 di wilayah Banyumas di Tjilatjap.
Javasche courant, 04-10-1837: ‘Pada pagi hari tanggal 20 September lalu,
badai dahsyat menyebabkan banyak kerusakan di kantor pengawas laut, barak,
gudang pemerintah dan bangunan lainnya di Tjielaljap, residentie Banjoemas.
Pihak berwenang setempat segera merekomendasikan agar ketentuan yang diperlukan
dibuat disana’.
Sebagaimana pada artikel sebelumnya, ancaman alam di wilayah pantai Tjilatjap tidak hanya angin kencang, tetapi juga ada pengaruh gempa terhadap permukaan laut dimana laut mengalami ayunan yang hebat. Tidak hanya badai yang mengancam kapal-kapal, dalam situasi laut serupa ini, akibat gempa pada permukaan laut juga menjadi ancaman bagi kapal-kapal. Wilayah Banjoemas termasuk wilayah yang kerap terjadi gempa.
Pada tahun 1851 dilaporkan dari Tjilatjap terjadi peristiwa yang mendebarkan (lihat Natuurkundig tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, 1851). Disebutkan pesan berikut muncul di Javasche Courant tanggal 15 Oktober 1851. “Tanggal 29 September dini hari, yang lalu di berbagai tempat di residentie Banjoemas. goncangan gempa terasa ke arah tenggara hingga barat daya namun agak vertikal. Kapal berbendera Nederlands Jacqueline en Elize berada di laut, 14 mil dari pantai Noesa Kambangan, pada saat yang sama sensasi laut dirasakan, seolah-olah kapal berada dalam bahaya terbentur tebing atau karang; yang bagaimanapun, kemudian tiba tanpa kerusakan apapun di selat Tjilatjap’.
Pada tahun 1860 kembali dilaporkan bahaya angin di
wilayah Banjumas (lihat Javasche courant, 04-04-1860). Disebutkan pada tanggal
22 Maret lalu, angin kencang berhembus di afdeeling Banjoemas disertai hujan
deras yang mengakibatkan di district Poerworejo sebanyak 25 buah dan di district
Banjoemas sebanyak 13 rumah besar dan rumah kecil tertiup angin dan hancur,
tidak ada korban jiwa. Kedua distrik tersebut jauh di pedalaman di daerah
aliran sungai Serajoe, district Banjoemas di kota Banjoemas dan district
Purworejo antara Banjumas dan Bandjarnagara.
Javasche courant, 07-11-1863: ‘Pada sore hari tanggal 19
Oktober, di berbagai desa di afdeeliug
Poerwokerto, angin kencang disertai hujan deras merobohkan 27 rumah, dimana
seorang gadis pribumi berusia 14 tahun, yang tidak dapat menyelamatkan diri
dengan cukup cepat. karena amukan angin tersebut, kehilangan nyawanya’.
Angin kencang di wilayah Banjoemas tampaknya menyeluruh, tidak hanya wilayah yang lebih dekat ke pantai tetapi juga hingga jauh ke pedalaman di atas perbukitan dan kaki gunung Slamat di Poerwokerto. Meski arah angin tidak disebut, tetapi jika angin kencang maka itu arahnya dari laut. Angin laut di wilayah-wilayah pantai selatan Jawa lebih kerap terjadi dibandingkan di pantai utara. Angin kencang di wilayah Banyumas tidak jarang juga telah menimbulkan terganggunya komunikasi telegraf antara satu tempat dengan tempat lain.
De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 09-03-1872: ‘Komunikasi
telegraf terputus wilayah antara Tjiamis dan Banjoemas. Di tempat-tempat itu terjadi
badai dahsyat yang menumbangkan sejumlah besar pohon jati antara Banjoemas eu
Adjibaraug, sehingga kabel-kabel telegraf putus di banyak tempat. Akibatnya,
pekerjaan telegraf dilakukan hanya normal di tempat-tempat itu dalam satu jalur,
jalur utara. Penumpukan pengiriman pesan akan diurai hari ini, sementara
saluran kemungkinan besar juga akan dipulihkan hari ini’.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kapal Karam, Rumah dan Pohon Rubuh, Tanaman Rusak: Wilayah Banyumas Masa ke Masa
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar