Selasa, 19 Desember 2023

Sejarah Bahasa (185): Bahasa Kalela Pulau Lembata Diantara Bahasa Lamaholot dan Kedang; Bahasa Galela di Pulau Halmahera


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Di wilayah provinsi Nusa Tenggara ada sebanyak 16 kelompok populasi dengan 68 dialek bahasa. Jumlah tersebut tidak sedikit di wilayah yang relatif kecil. Ada dialek bahasa yang penuturnya banyak dan ada juga yang sedikit. Bahasa Kalela terdapat di kecamatan Atadei dan kecamatan Naga Wutung di pulau Lembata.  


Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Kalela (Kawela) merupakan bahasa tersendiri. Persentase perbedaannya di atas 81 persen jika dibandingkan dengan bahasa-bahasalain, misalnya dengan bahasa Lamaholot dan Kedang. Dialek adalah Katakeja (Kalikasa), Lerek dan Boto. Sebaran di Kec. Atadei pulau Lembata kabupaten Lembata (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kalela di pulau Lembata diantara bahasa Lamaholot dan bahasa Kedang? Seperti disebut di atas bahasa dituturkan di pulau Lembata. Bahasa Galela di pulau Halmahera. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kalela di pulau Lembata diantara bahasa Lamaholot dan bahasa Kedang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (184): Bahasa Kedang di Pulau Lembata, Legenda Gunung Uyelewun dan Tene Mua ManuSama; Medang-Modang


 *Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Kedang adalah bahasa yang digunakan suku Kedang. Penuturnya terdapat di pulau Lembata (pulau Lomblen) bagian timur laut, tepatnya di desa-desa di kaki gunung berapi. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

Mengenal Suku Kedang, Suku di NTT yang Jarang Diketahui. Antonius Rian. Jumat, 24 Maret 2023. Floreseditorial.com - Salah satu suku di NTT jarang diketahui suku Kedang, salah satu suku di Kabupaten Lembata, khususnya Kecamatan Omesuri dan Buyasuri. Sesuai tuturan warga setempat, mayoritas orang Kedang berasal dari Uyelewun. Nenek moyang mereka diketahui, sesuai legenda, berasal dari puncak gunung Uyelewun. Sebagian penduduk suku Kedang lainnya berasal dari pulau Lepan Batan yang letaknya di antara pulau Pantar, Kabupaten Alor dan Lembata. Orang Kedang nenek moyangnya datang dari luar pulau Lembata dikenal sebutan tene mua' manu' sama yang bisa berarti mereka berlayar dan terdampar di wilayah Kedang dan bergabung bersama masyarakat yang nenek moyangnya berasal dari puncak gunung Uyelewun. Dengan demikian, masyarakat suku Kedang sangat heterogen dari berbagai aspek tetapi mampu berbaur menjadi satu (https://www.floreseditorial.com/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kedang di pulau Lembata, legenda gunung Uyelewun dan Tene Mua Manu Sama? Seperti disebut di atas bahasa Kedang dituturkan suku Kedang di pulau Lembata.  Medang di Jawa dan Modang di Batak. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kedang di pulau Lembata, legenda gunung Uyelewun dan Tene Mua Manu Sama? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Senin, 18 Desember 2023

Sejarah Bahasa (183): Bahasa Lamaholot dan Dialek Bahasa Tanjung Bunga di Pulau Flores; Setiap Desa Memiliki Dialek Bahasa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Lamaholot atau bahasa Solor adalah bahasa yang digunakan suku Lamaholot atau Solor. Penuturnya tersebar dari di ujung timur Flores sampai barat Solor, mencakup kantung-kantung di pantai utara Pantar, barat laut Alor dan pulau-pulau sekitarnya. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

Masyarakat Lamaholot yang mendiami wilayah Flores Timur daratan, pulau Solor, Adonara (bahasa Adonara bisa jadi bahasa mandiri) dan sebagian besar Lembata berbicara dalam bahasa Lamaholot, kecuali masyarakat Kedang di Lembata bagian timur menggunakan bahasa Kedang. Bahasa Lamaholot dalam pelafalannya memiliki dialek dan subdialek yang khas berdasarkan tata letak wilayah hunian. Keraf (1978) BL 33 dialek, yakni antara lain Lamalera, Mulan, Ile Ape, Belang, Lewotala, Imulolo, Lewuka, Kalikasa, Lewokukun, Mingar, Wuakerong, Lewopenutu, Lamahora, Merdeka, Lewokeleng, Lamatuka, Atawolo, Kiwang Ona, Duli, Watan, Horowura, Botun, Waiwadan, Lamakera, Ritaebang, Lewolema, Baipito, Waibalun, Bama, Lewolaga, Tanjung Bunga, Lewotobi, Painara dan Pukaunu yang berbatasan langsung dengan bahasa Sikka. Sementara itu, di Larantuka, Konga, dan Wure (Adonara) para penduduknya menggunakan bahasa Nagi (bahasa Melayu Flores). (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Lamaholot dan dialek bahasa Tanjung Bunga di pulau Flores? Seperti disebut di atas bahasa Lamaholot dituturkan di pulau Flores. Setiap desa memiliki dialek bahasa. Lalu bagaimana sejarah bahasa Lamaholot dan dialek bahasa Tanjung Bunga di pulau Flores? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (182): Bahasa Palue Orang Palue di Pulau Palue di Utara Pulau Flores; Gunung Berapi Rokatenda di Pulau Palue


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Palue adalah bahasa yang digunakan suku Palue. Penuturnya terdapat di pulau Palue. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Palu'e dituturkan di Desa Nitunglea dan Desa Maluriwu, Kecamatan Palu'e Kabupaten Sikka, Pulau Palu'e. Berdasarkan kekerabatan bahasa kedua desa tersebut masih merupakan bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 30 persen (berbeda dengan Bahasa Sikka dan Bahasa Kedang).


Palue, adalah sebuah pulau yang terletak di perairan sebelah utara Pulau Flores. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di bagian selatan pulau ini terdapat gunung berapi Rokatenda. Pulau Palue dijuluki "pulau gunung" yang terletak di Laut Flores karena memiliki banyak tempat yang diindikasikan sebagai area gunung api (dalam bahasa Palue disebut "poa"). "Poa" ini kemudian dimanfaatkan sebagai sumber air bagi sebagian masyarakat Palue dengan proses "sublimasi". Di pulau ini sudah ada jalan raya dan kendaraan bermotor sejak 2006. Palue bisa dicapai dari Maumere, sebuah kota di Flores, dengan perahu motor kayu dalam waktu empat jam. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Palue orang Palue di pulau Palue di utara pulau Flores? Seperti disebut di atas bahasa Palue dituturkan di pulau Palue. Gunung berapi Rokatenda di pulau Palue. Lalu bagaimana sejarah bahasa Palue orang Palue di pulau Palue di utara pulau Flores? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Minggu, 17 Desember 2023

Sejarah Bahasa (181): Bahasa Ngada Orang Ngada di Pulau Flores; Puu Zili Giu Gema, Sao Ture Nabe Watu Lewa Ngadhu Bhaga


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Ngada atau bahasa Bajawa adalah bahasa yang dipertuturkan oleh suku Ngada. Penuturnya terdapat di pulau Flores bagian tengah selatan, di antara wilayah penutur bahasa Manggarai dan bahasa Ende-Lio. Bahasa Ngada termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.


Suku Ngada (atau Ngadha, Nad'a, Nga'da) mendiami sebagian besar daerah Kabupaten Ngada. Suku Ngada merupakan penutur [bahasa Ngada atau Rokka] dibagi atas empat etnis Rokka, Riung, Nage, Bajawa masing-masing klan mempunyai kebudayaan sendiri seperti rumah adat, tarian, pakaian adat. Sebelum tahun 1907 etnis Ngada lebih dikenal dengan nama De Rokka yang berpusat di sekitar Rokkas Piek sekitaran Gunung Inerie. Terdapat mitos nenek moyang suku Ngada telah melakukan perjalanan yang jauh dari tempat yang disebut dengan "pu’u zili giu gema" (tempat yang gelap gulita). Rumah orang Ngada disebut "sa'o", ditata membentuk permukiman pola bulat telur atau persegi panjang posisi mengelilingi lapangan digunakan berkumpul dan mengadakan upacara di tengah terdapat susunan panggung batu disebut "Ture" dimana terdapat batu ceper besar disebut Nabe sebagai altar dan batu tegak disebut "watu lewa'. Setiap rumah selalu menghadap ke "ngadhu" dan "bhaga" sebagai poros. Bhaga seperti rumah berukuran kecil representasi leluhur perempuan, Ngadhu/Madhu representasi leluhur laki-laki bentuk payung dengan keri atau atap alang-alang dan ijuk yang jumlah keduanya selalu berpasangan (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Ngada orang Ngada di pulau Flores? Seperti disebut di atas bahasa Ngada dituturkan orang Ngada di Ngada. Puu Zili Giu Gema, Sao, Ture, Nabe, Watu Lewa, Ngadhu, Bhaga. Lalu bagaimana sejarah bahasa Ngada orang Ngada di pulau Flores? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (180): Bahasa Komodo Orang Komodo di Pulau Komodo Antara Sumbawa dan Flores; Ata Modo-Ompu Dato


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Komodo adalah bahasa yang digunakan suku Komodo. Penuturnya terdapat di pulau Komodo dan Flores bagian barat. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Jumlah penutur bahasa Komodo sedikit. Pada tahun 1930-an, dikatakan jumlah orang Komodo hanya sekitar 143 jiwa.

 

Suku Komodo (Ata Modo) adalah suku asli yang mendiami pulau Komodo. Mereka menamakan dirinya "Ata Modo" yang artinya 'Orang Modo' dan pulau yang mereka diami itu disebut "Tana Modo". Suku Komodo, penghuni pertama pulau Rinca. Menurut legenda, komodo sebenarnya kembaran dari suku Komodo yang dilahirkan oleh seorang wanita bernama Putri Naga yang kemudian menikah dengan seorang pria setempat. Selain hewan Komodo di pulau Komodo, masyarakat di Taman Nasional Komodo memiliki budaya unik. Kolo Kamba adalah tarian simbolik yang menceritakan perjuangan hidup leluhur-leluhur zaman dulu. Seorang pemimpin (Ompu Dato) akan mendirikan kayu sekitar semeter. Gendang dipukul, para laki-laki menari, bersilat, Desa Komodo terletak di Labuan Bajo, Flores. Dihuni oleh suku Komodo, yang dipercaya dapat berbicara dengan Komodo, karena mitos satu ibu. Mereka adalah kelompok manusia pertama yang menetap di Pulau Rinca, baru kemudian disusul oleh suku Bajo. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Komodo orang Komodo di pulau Komodo antara Sumbawa dan Flores? Seperti disebut di atas bahasa Komodo dituturkan orang Komodo di pulau Komodo. Ata Modo dan Ompu Dato. Lalu bagaimana sejarah bahasa Komodo orang Komodo di pulau Komodo antara Sumbawa dan Flores? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982