Selasa, 04 April 2023

Sejarah Banyumas (22): Purwokerto, Suatu Ibu Kota Afdeeling Jadi Ibu Kota Residentie Banjoemas; Apa Keutamaan Purwokerto?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Purwokerto pada masa ini dikenal sebagai ibo kota kabupaten Banyumas. Pada era Pemerintah Hindia Belanda Resdientie Banjoemas berada di Banjoemas. Pada tahun 1937 ibu kota direlokasi ke Poerwokerto. Mengapa? Apa keutamaan kota Poerwokerti dibandingkan dengan kota Banjoemas? Yang jelas kota Poerwokerto semakin tumbuh dan berkembangan, dimana kini Purwokerto termasuk salah satu pusat pendidikan di Jawa Tengah.


Sejarah dan Asal-usul Purwokerto. Kompas.com. 16/07/2022. Purwokerto adalah ibu kota kabupaten Banyumas. Ada dua versi asal-usul nama Purwokerto. Versi pertama nama Purwokerto diambil dari peninggalan batu bernama “Makam Astana Dhuwur Mbah Karta” di Arcawinangun (kecamatan Purwokerto Timur). Batu tersebut diyakini sebagai reruntuhan candi yang dimanfaatkan untuk pembangunan bendungan Sungai Pelus. Masyarakat meyakini reruntuhan peninggalan Kerajaan Pasiluhur. Versi kedua diambil dari dua tempat bersejarah di daerah itu, yakni ibu kota Pasir (Kertawibawa) dan kerajaan di tepi sungai Serayu (Purwacarita). Oleh orang-orang pedesaan Banyumas sebelah selatan Sungai Serayu, kata Purwakerta lebih akrab dibaca Puraketa, Praketa, atau Prakerta. Dari situ dijelaskan bahwa penyebutan Purwokerto merupakan suatu kesengajaan untuk membedakan nama dengan daerah Purwakarta yang ada di Jawa Barat. Kota Purwokerto awalnya adalah sebuah kadipaten didirikan oleh Adipati Mertadireja II pada 6 Oktober 1832. Kala itu, pusat pemerintahan Purwokerto ada di desa Peguwon di sekitar Sungai Pelus. Pada 1 Januari 1836, Kadipaten Purwokerto kemudian digabung dengan Kadipaten Ajibarang. Adapun ibu kota kedua wilayah itu berada di Kota Banyumas. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda Purwokerto mulai mengalami perubahan tata ruang kota digagas oleh arsitek Herman Thomas Kartsen. (https://www.kompas.com/)

Lantas bagaimana sejarah Purwokerto, suatu ibu kota afdeeling menjadi ibu kota Residentie Banjoemas? Seperti disebut di atas, sejatinya wilayah Banyumas berawal dari keutamaan kota Banjoemas. Namun dalam perkembangannya, kota Poerwokerto yang dijadikan sebagai ibu kota resdientie. Apa keutamaan Purwokerto? Lalu bagaimana sejarah Purwokerto, suatu ibu kota afdeeling menjadi ibu kota Residentie Banjoemas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (21): Purbalingga, Kota Lama Seberapa Tua? Nama Purbalingga Terkait Lingga dan Kalingga Zaman Kuno?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Berdasarkan situs pemerin0tah kabupaten Purbalingga (perda) No. 15/1996 hari jadi Kabupaten Purbalingga 18 Desember 1830. Itu berarti pasca Perang Jawa (1825-1830). Namun bagaimana dengan nama tempat Purbalingga? Yang jelas ada batu lingga di desa Candinata (kecamatan Kutasari, 8 Km dari kota Purbalingga) yang didekatnya ditemukan gua di lereng bukit terbentuk dari lelehan lava yang membeku. Juga ditemukan lingga, yoni dan palus di desa Kedungbenda (kecamatan Kemangkon, 14 Km dari kota Purbalingga).


Purbalingga sebuah wilayah kabupaten ibu kotanya di kecamatan Purbalingga Kota (21 Km sebelah timur laut Purwokerto); berbatasan Pemalang di utara, Banjarnegara di timur/ selatan, Banyumas di barat/selatan. Wilayah Purbalingga altitude 40 -1.500 M berada di cekungan diapit beberapa rangkaian pegunungan; di sebelah utara rangkaian pegunungan (Gunung Slamet dan Dataran Tinggi Dieng); bagian selatan merupakan Depresi Serayu (dialiri dua sungai besar Serayu dan Pekacangan). Disebut Kyai Arsantaka, seorang tokoh menurunkan tokoh-tokoh Bupati Purbalingga. Putra dari Bupati Onje II ini di desa Masaran jadi anak angkat Kyai Wanakusuma yang masih anak keturunan Kyai Ageng Giring dari Mataram. Pada tahun 1740-1760, Kyai Arsantaka menjadi demang di Kademangan Pagendolan (wilayah desa Masaran), berada dibawah pemerintahan Karanglewas (kecamatan Kutasari, Purbalingga) yang dipimpin oleh Tumenggung Dipayuda I. Adipati Banyumas Tumenggung Yudanegara mengangkat putra Kyai Arsantaka yang bernama Kyai Arsayuda menjadi menantu. Putra Kyai Arsantaka yakni Kyai Arsayuda yang menjadi Tumenggung Karangwelas dan bergelar Raden Tumenggung Dipayuda III. pusat pemerintahan dipindah dari Karanglewas ke desa Purbalingga. (https://www.purbalinggakab.go.id/).

Lantas bagaimana sejarah Purbalingga, kota lama seberapa tua? Seperti disebut di atas, kabupaten Purbalingga hari jadinya merujuk pada awal Pemerintah Hindia Belanda membentuk xabang pemerintahan di Purbalingga tahun 1830. Bagaimana dengan nama Purbalingga sendiri? Apakah terkait dengan Lingga dan Kalingga dari Zaman Kuno? Lalu bagaimana sejarah Purbalingga, kota lama seberapa tua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 03 April 2023

Sejarah Banyumas (20): Pendidikan Modern di Wilayah Banyumas, Bagaimana Bermula? Sekolah Eropa dan Sekolah untuk Pribumi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Pendidikan dan kebudayaan di Indonesia dijadikan satu domain. Hal itu mengapa dulu disebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di wilayah Banyumas, keberadan Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto salah satu puncak primidanya. Dalam piramida pendidikan dan kebudayaan di wilayah Banyumas semua berawal di masa lalu. Introduksi pendidikan modern (aksara Latin) semasa Pemerintah Hindia Belanda menjadi penting dalam perkembangan kebudayaan lebih lanjut di wilayah Banyumas.


Banyumas Institute Kaji Sejarah Banyumas, Kerajaan Sunda dan Jawa. Repblika.co.id. 27 Juni 2022. Banyumas Institute bekerja sama dengan Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) kabupaten Banyumas menggelar diskusi dan dialog bertajuk “Sejarah Banyumas ditinjau dari kebudayaan dan perkembangan pengaruh pada kerajaan Sunda dan Jawa”. Direktur Banyumas Institute Prof. Sugeng Priyadi, mengatakan, sejarah lokal tidak terpisahkan Sejarah Nasional Indonesia. “Sejarah lokal Banyumas memberi sumbangan bagi historiografi Indonesia. Sejarah Banyumas mencerminkan kearifan lokal agar masyarakat Banyumas lebih cerdas memberikan reaksi terhadap tantangan zaman”. Wakil Rektor Akhmad Darmawan MSi mengatakan “Budaya, sangat mempengaruhi karakter penduduk dimana budaya itu berkembang termasuk Budaya Banyumasan”. Ketua MGMP kabupaten Demak Nur Qosim, MPd dalam sambutanya mengatakan, mahksud dan tujuan datang ke UMP untuk mempelajari budaya Banyumas, yang masih dianggap aneh oleh sebagian orang Jawa wetanan. Keunikan dari ‘bahasa ngapak’ yang berbeda dengan ‘bahasa bandhek’ perlu diketahui. “Kami ingin mempelajari sejarah Banyumas lebih dalam. Kami orang pesisiran atau wetanan (timur) merasa kebudayaan Banyumas dianggap aneh oleh orang Jawa umumnya. Padahal orang Banyumas juga sebagai orang Jawa. Mungkin karena ketidaktahuan tentang sejarah dan kebudayaan Banyumas,” jelasnya. (https://news.republika.co.id/)

Lantas bagaimana sejarah pendidikan di wilayah Banyumas, bagaimana bermula? Seperti disebut di atas pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan kebudayaan lebih lanjut. Oleh karenanya introduksi pendidikan modern (aksara Latin) di masa lalu yang berperan. Introduksi Pendidikan di wilayah Banyumas bermula dengan pendirian sekolah dasar Eropa/Belanda dan sekolah untuk pribumi. Lalu bagaimana sejarah pendidikan di wilayah Banyumas, bagaimana bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (19): Zending di Wilayah Banyumas, Bersemai di Purbalingga 1866; Pemerintah Hindia Belanda Bersifat Sekuler


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Pemerintah Hindia Belanda tidak berkaitan dengan agama termasuk kegiatan zending. Pemerintah tidak membedakan agama (sekuler). Yang dibutuhkan pemerintah adalah penduduk yang bersedia membangun jalan dan jembatan untuk kepentingan pemerintah apapun agamanya. Dalam konteks inilah terjadi kegiatan zending yang diperankan oleh para misionaris di wilayah-wilayah yang berbeda-beda derajat religinya. Kegiatan zending di wilayah Banyumas berkembang di Purbalingga sejak 1866. 


Awal mula pekabaran Injil di wilayah Banyumas dan Purbalingga tahun 1851 oleh Genootschap Voor In-en Uitwendige Zending. Mr FL Anthing mendidik beberapa kaum muda untuk menjadi Pekabar Injil. Mereka berhasil mendidik Gan Kwee orang Cina pertama yang di baptis tahun 1856. Gan Kwee tahun 1862 singgah ke Banyumas dan Purbalingga bertemu dengan Kho Tek San. Mr. FL Anthing mengutus Leonard di wilayah Purbalingga dan Banyumas. NZG (Het Nederlandse Zendings Genootschap) 3 November 1849 mengutus Ds W Hoezoo untuk melayani di wilayah Semarang, juga untuk Tegal dan Banyumas. Christina Petronella Steven dengan suami JC Phillips pindah ke Ambal, Bagelen, ada 2 pria dan 3 wanita yang dibaptis untuk pertama kalinya di Purworejo 27 Desember 1860. JCPhillips mempunyai saudara perempuan Ny. Van Oostroom Phillips, bertempat di Banyumas, seorang pengusaha kain batik. Ia mengabarkan keyakinannya kepada para pekerjanya, sehingga ingin menerima baptisan, namun Residen Banyumas tidak mengizinkan dilakukan di wilayahnya. Mereka ke Semarang untuk dibaptiskan 10 Oktober 1958, 9 orang dibaptiskan oleh Ds W Hoezoe. Baptisan pertama di Purbalingga 5 Mei 1866 terhadap 10 orang Purbalingga di rumah Kho Tek San oleh Ds. A. Vermeer. Pekabaran Injil di Purbalingga dilanjutkan Kho Tek San dan Leonard. Tahun 1867 sudah dibaptis 68 jiwa. Singkatnya tahun 1918 terbentuk majelis gereja Kristen Purbalingga yang pertama, sebanyak 366 jiwa. Tahun 1925 terdapat 9 guru injil di karesidenan Banyumas dan kotbah bahasa Jawa mulai menggunakan bahasa Krama dimana tahun 1926 sebanyak 620 jiwa. Atas kesepakatan dari Dr. BJ Esser dan majelis gereja maka didirikan gedung gereja baru tanggal 23 November 1926. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah zending di wilayah Banyumas, tumbuh berkembang di Purbalingga sejak 1866? Seperti disebut di atas Pemerintah Hindia bersifat sekuler. Dalam konteks inilah kegiatan zending terjadi di wilayah-wilayah berpenduduk Islam yang diperankan oleh para misionaris. Lalu bagaimana sejarah zending di wilayah Banyumas, tumbuh berkembang di Purbalingga sejak 1866?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 02 April 2023

Sejarah Banyumas (18): Kesehatan - Dokter di Wilayah Banyumas Era Hindia Belanda; Rumahsakit Bermula di Benteng Banjoemas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Status kesehatan masyarakat dan kehadiran dokter dan pendirian klinik dan rumah sakit terkait erat di suatu wilayah. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, epidemik dianggap serius dapat menurunkan status kesehatan umum penduduk pribumi maupun orang-orang Eropa yang pada gilirannya produktivitas penduduk menurun. Namun kehadiran dokter pertama kali di wilayah Banyumas karena adanya perang (Perang Jawa 1825-1830). Benteng tua di Banyumas dijadikan tempat perawatan yang sakit dan rumah dokter yang menjadi pra kondisi keberadaan rumah sakit di Banyumas.

 

Sejarah Singkat RSUD Banyumas. 18 Juli 2020. Guna mengenang para pendahulu kita, tentu saja yang telah berjasa guna merintis, membangun sampai membesarkan nama besar RSUD Banyumas. Sesuai dengan pesan Tokoh Proklamator yaitu Jas Merah, Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah. untuk itu akan kita uraikan perjalanan Perkembangan RSUD Banyumas. Dalam catatan yang terbukukan dan dari sumber sesepuh, RSUD banyumas berdiri tanggal 30 April 1925 pada masa penjajahan Hindia Belanda. adapun rekam jejak perjalanan sejarah RSUD Banyumas dari masa ke masa. Periode tahun 1924-1935 rumah sakit diberi nama “Julianna Bugerziekenheis” lebih dikenal dengan Rumah Sakit Julianna yang pengelolaannya di bawah Pemerintah Hindia Belanda. Pada Tahun 1935 sampai dengan 1945 diberi nama Rumah Sakit Banyumas yang pengelolaannya di bawah pemerintah Jepang. Baru tahun 1945 rumah sakit diberi nama RSU Banyumas yang pengelolannya di bawah Pemerintah Kabupaten Banyumas sampai tahun 1947. Pengelolaan berikutnya dipegang oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1950-1953. Berikutnya pada tahun 1953-1992 pngelolaan kembali dibawah Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. (https://www.rsudbanyumas.my.id/)

Lantas bagaimana sejarah kesehatan dan dokter di wilayah Banyumas era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, kehadiran dokter atau petugas kesehatan di suatu daerah dapat meningkatkan status kesehatan umum penduduk. Di wilayah Banyumas pra kondisi sebelum ada rumah sakit brmula di benteng Banjoemas yang dijadikan tempat orang sakit. Lalu bagaimana sejarah kesehatan dan dokter di Banyumas era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (17): Masjid dan Haji ke Mekkah dari Banyumas; Masjid di Wangon dan Persebaran Masjid Tertua di Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Syiar (agama) Islam adalah satu hal. Keberadaan masjid adalah hal lain dan naik haji ke Mekkah adalah hal lain lagi. Namun itu dapat menjadi satu rangkaian sejarah keberadaan masjid di wilayah Banyumas. Wilayah Banyumas sendiri di masa lampau semasa navigasi pelayaran perdagangan sangat terbuka baik ke pantai selatan Jawa maupun ke pantai utara Jawa di wilayah Tegal. Apakah hal itu juga yang menyebabkan ditemukannnya satu masjid tua di wilayah Banyumas di Wangon?


Masjid Saka Tunggal Banyumas, Masjid Pertama di Indonesia. Kompas.com. 21/02/2023. Masjid Baitussalam lebih dikenal Masjid Saka Tunggal di desa Cikakak, Wangon, Banyumas, disebut masjid tertua di Indonesia. Masjid Saka Tunggal didirikan tahun 1522 oleh Kiai Toleh atau Mbah Mustolih, seorang penyebar Islam di wilayah. Peneliti Wita Widyanandini mencatat, angka 1522 didapat dari konversi tahun 1288 Hijriah ditemukan di masjid. Asal-usul nama Masjid "Saka Tunggal" karena hanya memiliki satu saka atau tiang penyangga sebagai kolom struktur setinggi 5 M (dipenuhi ukiran bunga dan tanaman). Pada ujung saka, terdapat empat sayap kayu yang disebut empat kiblat lima pancer, yaitu menunjuk empat arah mata angin dan satu pusat menunjuk ke atas. Masjid berukuran 15x17 Meter, terletak 300 M dari permukiman terdekat serta menjadi pusat kegiatan sosial warga yang berada di kaki bukit Cikakak terkait kehidupan penganut Islam Aboge, komunitas melaksanakan berbagai ritual keagamaan dengan dasar kepercayaan kepada para leluhur, kental nuansa budaya lokal seperti selamatan, tahlilan dan puji-pujian kepada Rasulullah SAW. Sedikitnya ada 500 penduduk tinggal di sekitar masjid, diyakini keturunan atau anak cucu dari Mbah Mustolih. (https://www.kompas.com/). 

Lantas bagaimana sejarah masjid dan naik haji ke Mekkah di Banyumas? Seperti disebut di atas, di wilayah Wangon, Banyumas ditemukan masjid tua, suatu petunjukkan adanya peradaban Islam sejak lama di wilayah Banyumas. Bagaimana masjid di Wangon dan sebaran masjid-masjid tertua di Indonesia? Lalu bagaimana sejarah masjid dan naik haji ke Mekkah di Banyumas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.