Rabu, 03 Mei 2023

Sejarah Cirebon (22): Kereta Api di Wilayah Cirebon Sejak Tempo Doeloe; Bandoeng, Semarang, Tjikampek, Jogjakarta via Kroya


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Penanda navigasi terpenting pembangunan jalur kereta api adalah pembangunan stasion. Stasion kereta api di Cirebon menjadi penting karena semua arah kereta api dari dan ke Cirebon di utara melalui stasion Cirebon. Semua bermula dari satu jalur. Dalam pengembangan jaringan kereta api di pulau Jawa kemudian dikembangkan di selatan dari Bandoeng ke Jogjakarta via Cilacap/Kroya.


Stasiun Cirebon juga dikenal sebagai Stasiun Kejaksan adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Kelurahan Kebonbaru, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon pada ketinggian +4 M. Stasiun Cirebon menjadi penghubung utama antara jalur kereta api lintas utara, lintas selatan dan lintas tengah pulau Jawa. Untuk sebagian besar layanan kereta api kelas ekonomi dan sebagian kecil kelas campuran (seperti Bogowonto, Bangunkarta, dan Dharmawangsa) dilayani di stasiun Cirebon Prujakan. Staatsspoorwegen (SS) mulai akhir dasawarsa 1900-an. Jalur yang telah ada di Cikampek kemudian diperpanjang untuk menjaring pelanggan di Cirebon. Pada tanggal 3 Juni 1912, jalur kereta api Cikampek menuju Cirebon selesai dibangun serta merupakan bagian dari pembangunan jalur kereta api menuju Purwokerto dan Kroya. Jalur yang ke Cirebon difungsikan untuk menghubungkan jalur SS dengan jalur Semarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS). Pada tanggal 1 November 1914, kedua stasiun tersebut berhasil terhubung. Bangunan stasiun ini dirancang oleh Pieter Adriaan Jacobus Moojen (1879–1955). Stasiun Cirebon memiliki enam jalur kereta api ditambah satu jalur yang terhubung dengan depo di sisi timur laut kompleks stasiun. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah kereta api di wilayah Cirebon sejak tempo doeloe? Seperti disebut di atas, stasion kereta api di kota Cirebon sangat penting di dalam sejarah pembangunan kereta aspi di Jawa. Stasion Cirebon menjadi penghubung antara Bandoeng dan Semarang serta Jogjakarta via Kroya dan Cikampek. Lalu bagaimana sejarah kereta api di wilayah Cirebon sejak tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (21): Tata Kota Cirebon, Berawal Dimana Berkembang Arah Mana? Tipologi Batavia, Semarang dan Soerabaja


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Kawasan kota Cirebon yang sekarang bermula dari suatu area tertentu. Itu bermula sejak era Pemerintah Hindia Belanda. Area awal kota Cirebon tersebut yang terus tumbuh dan berkembang ke berbagai arah menjadi pra kondisi terbentuknya kota modern Cirebon yang sekarang. Satu hal yang menjadi penting dalam tata kota, lokus kota Cirebon tepat berada di pesisir/pantai.


Komisi D Tertarik Pengembangan Tata Ruang Kota Cirebon. Konsep penataan ruang Kota Cirebon memantik perhatian Komisi D DPRD Jateng. Sebagaimana dituturkan Ketua Komisi D Alwin Basri, tentu dewan ingin mengetahui konsep penataan ruang tersebut sehingga bisa menjadi magnet tersendiri bagi Cirebon. “Program apa yang dikembangkan serta bagaimana pembangunan jalan yan ada di sini,” ucap Alwin dalam pertemuan bersama dengan Kepala Dinas PUPR Kota Cirebon Syahroni, Rabu (21/4/2021). Bahkan dalam tanya jawab pun, anggota Komisi D Hartini mempertanyakan tentang alokasi anggaran infrastruktur jalan apakah diambil dari APBD pemkot atau provinsi. Menjawab pertanyaan tersebut Syahroni menjelaskan secara keseluruhan. Kota Cirebon terbilang kawasan kecil hanya seluas lebih kurang 38 km2. Kota Cirebon sudah memiliki konsep tata ruang, yang masing-masing dibagi menjadi 4 sub wilayah kota (SWK). Untuk SWK pertama yaitu zona pelabuhan dan kelautan, serta faktor-faktor pendukung adanya pemerintahan, sosial, pendidikan dan lainnya. Zona kedua yaitu perdagangan dan jasa mencakup diantaranya mencakup wilayah Gunungsari. Fungsinya utamanya di bidang perbisnisan. Zona ketiga yaitu permukiman yang ada di wilayah perumnas dan Majasem. “Fungsi utamanya adalah untuk perumahan dan pendidikan,” ungkapnya. Selanjutnya zona perkantoran dan olahraga di sekitaran Stadion Bima. Dengan empat zona tersebut, sekarang ini perkembangan Kota Cirebon di wilayah pantura Jabar begitu pesat. (https://dprd.jatengprov.go.id/) 

Lantas bagaimana sejarah tata kota Cirebon, berawal dimana berkembang ke arah mana? Seperti disebut di atas, kota Cirebon bermu pada suatu area pada masa Pemerintaah Hindia belanda. Dalam perkembangannya area kota semakin meluas dan diperluas, sebagaimana perkembangan awal/tipologi kota-kota Batavia, Semarang dan Soerabaja. Lalu bagaimana sejarah tata kota Cirebon, berawal dimana berkembang ke arah mana? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 02 Mei 2023

Sejarah Cirebon (20):Pendidikan di Wilayah Cirebon; Introduksi Pendidikan Modern Terawal, Minat Penduduk Sempat Menurun


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Di wilayah Cirebon, introduksi pendidikan modern (aksara Larain) dapat dikatakan terawal. Akan tetapi dalam perkembangannya menurun. Mengapa? Persoalan tidak hanya di Cirebon, tetapi di berbagai wilayah di Jawa. Lantas mengapa pendidikan cepat berkembang di afdeeling Angkola Mandailing, Residen Tapanoeli? Bagaimana setelah sekolah guru dibangun di Bandoeng pada tahun 1866?


Perkembangan Pendidikan di Wilayah Cirebon Sejak Abad ke-19. Kumparan.com 27 Januari 2018. Tahun 1808, di Cirebon dibangun sebuah sekolah rendah untuk masyarakat umum menampung 150 murid. Dibangun pula sekolah rendah yang dapat menampung 60 orang untuk pelajar perempuan. Pendidikan di pesantren dan madrasah pun terus berkembang. Tercatat hingga awal abad ke-19 sudah ada 190 pesantren dengan jumlah santri 2.763 orang. Bahasa yang digunakan di pesantren adalah bahasa daerah. Tahun 1863 di Cirebon terdapat sekolah rendah partikulir dengan jumlah murid sebanyak 40 orang. Pemerintah di wilayah Cirebon membangun sekolah-sekolah umum di setiap distrik yang dikenal dengan sebutan sekolah distrik. Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah distrik tersebut di antaranya, membaca dan menulis bahasa Jawa, Sunda, Melayu dengan huruf Latin. Kemudian pelajaran khusus meliputi pelajaran berhitung, ilmu bumi, khususnya pulau Jawa. Pertengahan abad ke-19, terjadi penurunan minat di seluruh distrik. Tahun 1864 jumlah murid di sekolah distrik tercatat 99 orang. Tahun selanjutnya bertambah menjadi 133 orang. Akhir tahun 1865, jumlah murid berkurang menjadi 85 orang. Penurunan minat belajar di masyarakat tidak hanya terjadi di Cirebon, di beberapa sekolah distrik di wilayah Priangan, seperti di sekolah distrik Majalengka hingga akhir tahun 1865 hanya 12 murid saja. (https://kumparan.com/) 

Lantas bagaimana sejarah pendidikan di wilayah Cirebon? Seperti disebut di atas, introduksi pendidikan modern aksara Latin terbilang awal di Cirebon, tetapi kemudian minat penduduk menurun. Mengapa minat penduduk sempat menurun? Lalu bagaimana sejarah pendidikan di wilayah Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. 

Sejarah Cirebon (19): Kesehatan di Wilayah Cirebon; Kesehatan Lingkungan, Dokter Djawa, Pembangunan Rumah Sakit Kota


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah kesehatan di wilayah Cirebion? Yang pertama sebaiknya merujuk pada upaya pembangunan rumah sakit di kota di Cirebon. Namun tidak hanya itu. Bagaimana dengan awal kehadiran dokter di Cirebon dan bagaimana peran para dokter djawa. Kehadiran dokter dan status kesehatan penduduk menjadi pemicu pembangunan ruimah sakit.

 

Pada awal abad XX, Cirebon adalah kota kurang sehat. Keadaan ini menjadi semakin buruk adanya "Kali Bacin" dipenuhi tumpukan kotoran terendam air asin menaburkan aroma yang tidak sedap. Gemeente Cirebon membuat kebijakan bertujuan mengubah kondisi kota Cirebon. Gemeente Cirebon dengan semboyan "per aspera ad astra" mengandung semangat membangun kota dalam mencapai kemakmuran. "Per aspera ad astra" diartikan "dari duri onak dan rawa-rawa menuju bintang". Upaya-upaya yang dilakukan memperbaiki dan membangun prasarana yang dapat mengubah kondisi fisik dan citra Kota Cirebon. Jenis-jenis prasarana sosial yang dibangun meliputi pengadaan prasarana air bersih, prasarana kesehatan, dan penerangan jalan. Kali Bacin yang dianggap sebagai salah satu sumber penyakit akibat bau tidak sedap yang menyengat dan membuat lingkungan menjadi kumuh ditutup pada 1917. Untuk mendukung program di bidang kesehatan masyarakat, Gemeente Cirebon mendirikan Rumah Sakit Oranje. Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota Cirebon, awalnya diajukan oleh Dewan Kota pada tahun 1919 dan kemudian pada tanggal 14 Maret 1920 dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan gedung rumah sakit yang terletak di Jalan Kesambi. Rumah sakit selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 31 Agustus 1921 oleh De Burgermeester Van Cheribon "J. H Johan", sehingga tanggal 31 Agustus 1921 ditetapkan sebagai hari lahir RSUD Gunung Jati Kota Cirebon. (https://rsdgunungjati.cirebonkota.go.id/) 

Lantas bagaimana sejarah kesehatan di wilayah Cirebon? Seperti disebut itu bermula pada era Pemerintah Hindia Belanda. Dalam hal ini terkait antara kesehatan lingkungan, kehadiran dokter termasuk Dokter Djawa hingga pembangunan rumah sakit kota. Lalu bagaimana sejarah kesehatan di wilayah Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 01 Mei 2023

Sejarah Cirebon (18): Pulau Cirebon Tempo Doeloe, Hilang Tanpa Kesan?Riwayat Pulau Moria dan Pulau Carimon di Laut Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada pulau di Cirebon? Nah itu dia. Mungkin ada saja masa ini, suatu pulai kecil dekat muara sungai atau dekat pantai yang merupukan pulau sedimen. Akan tetapi apakah benar-benar ada pulau di Cirebon, sebut saja Pulau Cirebon? Itu yang akan diselidiki sebagai bagian dari sejarah Cirebon. Bukti bahwa banyak pulau hilang di Indonesia, hilang karena abrasi dan menghilang karena menyatu dengan daratan. Jika itu ada, yang mana? Pertanyaan ini sama dengan apakah ada pulau Muria? Lalu apakah pulau Karimun semakin luas atau semakin ramping?


Salah satu pulau sedang menjadi ikon pariwisata adalah kepulauan Biawak. Pulau terletak di Laut Jawa (Indramayu). Pulau Biawak di utara semenanjung Indramayu 40 Km dari pantai (kecamatan Indramayu). Kepulauan Biawak, terdiri tiga pulau: Biawak, Candikian, Gosong. Pulau Biawak seluas 120 hektar kaya tanaman bakau. Nama diambil dari banyaknya biawak di kepulauan ini yang dapat ditempuh 3-4 jam perahu motor dari pelabuhan Karangsong, Indramayu. Pulau ini terkenal objek wisata bahari taman laut dan ikan hias serta terumbu karang. Nama lama pulau adalah Pulau Rakit, oleh Pemkab Indramayu dinamakan Pulau Biawak karena satwa unik hidup di habitat air asin dimana setiap jelang matahari terbenam, puluhan biawak berenang di tepian pantai. Selain disebut pulau Biawak, juga disebut Pulau Menyawak dan Pulau Bompyis. Pulau karangnya masih perawan dan hidup. Dua pulau lainnya hanya berupa hamparan pulau karang semata. Pulau Gosong, kondisinya rusak karangnya diambil untuk pengurukan lokasi kilang minyak Pertamina Balongan. Keberadaan pulau ini sangat berbahaya bagi alur pelayaran kapal-kapal laut. Pemerintah Hindia Belanda bangun mercusuar tinggi 65 M oleh ZM Willem tahun 1872 (hingga kini masih berfungsi). Pulau Gosong dan pulau Candikian masing-masing berjarak setengah jam dari Pulau Biawak. Kedua pulau ini tak berpenghuni. Pulau Gosong sendiri sebenarnya lebih luas dari Pulau Biawak sering digunakan untuk bertapa. Pulau ini “hilang” akibat pengerukan untuk pembangunan Balongan sekitar tahun 1980-an (http://infocirebon.com/)

Lantas bagaimana sejarah pulau Cirebon tempo doeloe, hilang tanpa kesan? Seperti di sebut di atas hanya ada pulau di wilayah Indramayu. Di Cirebon pantai-pantainya yang terkenal dan jumlahnya cukup banyak. Apakah dalam hal ini ada benar-bernar ada pulau di Cerebon? Kita bandingkan riwayat pulau Muria dan pulau Karimun di laut Jawa. Lalu bagaimana sejarah pulau Cirebon tempo doeloe, hilang tanpa kesan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (17): Gunung Ciremai atau Gunung Ceremai; Gunung Berapi Kerucut atau Gunung Kerucut Berapi, Apa Penting?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Apalah arti suatu nama? Demikian William Shakespeare. Mungkin orang pedalaman berbeda menyebut nama gunung yang sama dengan orang pesisir. Dalam hal ini pula apakah gunung berapi kerucut atau gunung kerucut berapi yang benar. Ini bukan semata soal tata bahasa: penekanannya gunung berapi atau gunung kerucut. Gunung Ciremai berada di wilayah terpisah dan bersifat soliter. Gunung semacam ini ditemukan di Sumatra di Pasaman (gunung Ophir). Apakah gunung Ciremai atau gunung Ceremai begitu penting dalam navigasi pelayaran perdagangan tempo doeloe?


Gunung Ceremai (salah kaprah Ciremai: Latin: Gunung Ceremé) adalah gunung berapi kerucut di kabupaten Kuningan/Majalengka. Gunung Ceremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat radius 400 M terpotong oleh kawah timur radius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 M di lereng selatan, terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet. Kini, Gunung Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rasa masam), namun sering kali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat. Gunung Ceremai termasuk gunung api Kuarter aktif, tipe A (yakni, gunung api magmatik yang masih aktif semenjak tahun 1600), dan berbentuk strato. Gunung ini merupakan gunungapi soliter, yang dipisahkan oleh Zona Sesar Cilacap – Kuningan dari kelompok gunung api Jawa Barat bagian timur (deretan gunung Galunggung, Guntur, Gunung Papandayan, Patuha hingga Tangkuban Perahu) yang terletak di Zona Bandung. Letusan G. Ceremai tercatat sejak 1698 dan terakhir kali terjadi tahun 1937 (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah gunung Ciremai atau gunung Ceremai? Seperti disebut di atas, gunung Ciremai bersifat soliter seperti gunung Pasaman di Sumatra. Letaknya yang begitu dekat dengan pantai utara Jawa menjadi menarik diperhatikan. Dalam hubungan ini bagaimana memandang gunung Ceremai, apakah gunung berapi kerucut atau gunung kerucut berapi. Lalu bagaimana sejarah gunung Ciremai atau gunung Ceremai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.