Sabtu, 06 Mei 2023

Sejarah Cirebon (28): Raden Soedja, Notaris Generasi Pertama; Daftar Tokoh di Cirebon Sunan Gunung Jati dan Tokoh Masih Hidup


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Siapa Raden Soedja? Nyaris tidak terinformasikan. Fakta Raden Soedja adalah salah satu notaris Indonesia generasi pertama. Raden Soedja berasal dari Cirebon. Dalam daftar tokoh asal Cirebon pada masa ini, tidak disebut nama Raden Soedja. Uniknya hanya mendaftar nama-nama generasi di tempo doeloe seperti Sunan Gunun Jati dan Maulana Hasanuddin dan nama-nama yang terkesan masa kini. Ada jarak yang lebar antara generasi baheula dengan generasi zaman Now. Mengapa bisa begitu? Fakta bahwa di daerah lain juga begitu. Apakah ada yang salah?


Aan Rohanah A Abbas Ismeth Abdullah Adib Alfikri Saleh Afiff AS Ismail Ahmad Zaenudin Arief Natadiningrat Ason Sukasa Atet Wiyono Mpok Atiek B Barda Nawawi Arief Irish Bella Sam Budigusdian Pitradjaja Burnama Ali Bustomi Buya Yahya Embie C. Noer Marissa Christina Claudia Santoso Dianda Sabrina Rokhmin Dahuri Datuk Kahfi Dedi Supardi Chitra Dewi Dunidja Daswita Elang Kusnandar Emon Bratadiwidjaja Endang Setyawati Thohari Ahem Erningpradja Eti Herawati Gerrit Faulhaber Gina Fizriya Ali Geno H. Subrata Makhtum Hannan Haryadi Suadi Hasan Alwi Heri Sulistianto Helsi Herlinda Sri Heviyana Charly van Houten Imron Rosyadi Saira Jihan Rico Karindra Kenedy Aboeng Koesman Affandi Kuntara Sri Lintang Madsuni Maqdis Shalim Alfarisi Maruto Nitimihardjo Maulana Hasanuddin Cindy May McGuire Yogie Suardi Memet Mochammad Insyaf Supriadi Moehamad Soeparno Mohamad Kusnaeni Mohammad Ali Mohammad Syahrif Muhammad Abdullah Syukri Djoko Munandar Nana Sudjana Narji Nasrudin Azis Vicky Nitinegoro Arifin C. Noer Toto Nurwanto Pandu Kartawiguna Panembahan Ratu I Pangeran Madrais Pangeran Walangsungsang Sunjaya Purwadi Sastra Wianda Pusponegoro Boy Syahril Qamar N Qomar RD Manggala Ratu Raja Arimbi Nurtina C Reza N Riantiarno AM Saefuddin Said Aqil Siroj AA Saputra Satori SA Gantina Herrie Setyawan RM Sewaka S Baharsjah ST Burhanuddin Kaboel Suadi Peggy Melati Sukma Sunan Gunung Jati Thomas Suratno Alam Surawidjaja Catherine Surya Bambang Suryo Aji Ricky Karanda Suwardi Ahmad Syaikhu Abdullah Syathori Tadjus Sobirin Tarmin Hariadi Tasiya Soemadi Taufik Hidayat Tjun Tjun Tina Toon Toto Sudarto Bachtiar Agus Triyono Umi Dachlan Vicky Kalea Wahyu Tjiptaningsih Djair Warni Kardaya Warnika Wastum Nani Widjaja Candra Wijaya Rendra Wijaya Yanuar Prihatin Yoe Sin Gie Yogie S Memet Yogie S. Memed Yudha Khan Dewi Yull HF Zaini M (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Raden Soedja, notaris generasi pertama? Seperti disebut di atas Raden Soedja adalah notaris Indonesia generasi pertama di era Pemerintah Hindia Belanda. Namanya kurang terinformasikan. Tidak hanya Raden Soedja, tetapi banyak lagi. Yang ada dalam daftar yokoh asal Cirebon hanya yang berasal dari era Sunan Gunung Jati hingga era masa kini termasuk yang masih hidup. Mengapa nama-nama yang begitu banyak terlupakan dan terabaikan? Lalu bagaimana sejarah Raden Soedja, notaris generasi pertama? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (27): Raden Djaenal Asikin Widjaja Koesoema dan Nama Rumah Sakit Cirebon; Asikin Jadi Marga Baru Cirebon?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Nama Asikin dari masa ke masa ditemukan di Cirebon. Nama ini sebenarnya nama biasa saja tetapi lambat laun menjadi nama yang luar biasa. Banyak yang menggunakan nama Asikin (seakan menjadi marga). Itu satu hal. Hal lain yang lebih penting adalah siapa Dr Asikin? Lantas yang menjadi pertanyaan, biasanya yang ditabalkan menjadi nama rumah sakit adalah dokter terkenal. Memang sih tidak seharunya, yang jelas nama rumah sakit pusat di (kota) Cirebon disebut RSU Sunan Gunung Jati. Ini terkesan seakan kurang dipahami siapa Sunan Gunung Jati dan terkesan pengabaian terhadap nama-nam dokter penting asal Cirebon.


Prof. Dr. Raden Djenal Asikin Widjaja Koesoema alias R.D. Asikin Wijayakusumah atau dibaca Jenal Asikin Wijaya Kusumah (lahir di Manonjaya, Tasikmalaya 07 Juni 1891 meninggal tahun 1963) adalah salah satu Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ia juga dikenal sebagai dokter sekaligus guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Asikin lulus dari STOVIA pada tahun 1914 dan meraih gelar kedokteran di Universitas Amsterdam pada tahun 1925. Dia terlibat dengan beberapa laboratorium kedokteran di Eropa sebelum kembali ke Indonesia. Ia menulis tentang berbagai metode analisa sampel darah dan kegunaannya dalam hasil diagnosa. Asikin menjadi asisten pengajar di Batavia Medical School dan wakil kepala divisi penyakit dalam di rumah sakit yang bersebelahan dengan sekolah tersebut (sekarang adalah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo). Ia ditetapkan sebagai profesor di FKUI pada 1950. (Wikipedia). 

Lantas bagaimana sejarah Dr Raden Djaenal Asikin Widjaja Koesoema dan nama rumah sakit Cirebon? Seperti disebut di atas, nama rumah sakit umum di (kota) Cirebon disebut Sunan Gunung Jati. Diantara dokter-dokter tempo doeloe ada nama Dr RD Asikin WK. Nama Asikin banyak digunakan, apakah telah menjadi marga baru di Cirebon? Lantas bagaimana sejarah Dr Raden Djaenal Asikin Widjaja Koesoema dan nama rumah sakit Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 05 Mei 2023

Sejarah Cirebon (26): Gunung Jati, Cirebon, Nama Gunung dan Tempat di Dekat Pantai; Kisah Sunan Goenoeng Djati Tempo Doeloe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Nama Gunung Jati dikaitkan dengan banyak hal. Nama Gunung Jati menunjukkan nama geografis (gunung Jati). Tentu salah satu wali songo (Sunan Gunung Jati). Nama Gunung Jati juga digunakan untuk nama rumah sakit dan nama perguruan tinggi. Artikel ini secara khusus mendeskripsikan nama tempat Gunung Jati di wilayah Cirebon.


Gunung Jati adalah salah satu kecamatan di kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Awalnya bernama kecamatan Cirebon Utara, dan berubah menjadi kecamatan Gunung Jati pada tahun 2006. Perubahan nama tersebut sebagai ciri adanya situs Makam Sunan Gunung Jati yang merupakan salah satu dari Wali Songo, tepatnya di desa Astana. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kota Cirebon. Fasilitas, kecamatan ini terdapat satu rumah sakit, yaitu: Rumah Sakit Pertamina Cirebon di Komplek Pertamina EP Region Jawa, Klayan. Selain terdapat Puskesmas Gunung Jati di desa Mertasinga dan juga dua puskesmas pembantu (pustu). Pembagian administrasi, kecamatan Gunung Jati memiliki 15 desa, yaitu: Pasindangan, Adidarma, Jadimulya, Klayan, Jatimerta, Astana, Kalisapu, Wanakaya, Grogol, Mertasinga, Mayung, Babadan, Buyut, Sirnabaya dan Sambeng (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Gunung Jati di wilayah Cirebon, nama gunung dan tempat dekat pantai? Seperti disebut di atas, nama Gunung Jati adalah nama gunung cukup dekat dengan pantai. Di suatu kampong kuno Astana terdapat makam sunan (Sunan Gunung Jati). Bagaimana hubungan Soenan Goenoeng Djati tempo doeloe dengan gunung Jati. Lalu bagaimana sejarah Gunung Jati di wilayah Cirebon, nama gunung dan tempat dekat pantai?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (25): Perkebunan Wilayah Cirebon;Pembangunan Pertanian Pedalaman dan Pengembangan Perikanan Laut Pesisir


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Petkebunan adalah bagian terakhir dari sejarah pertanian di wilayah Cirebon. Pada awalnya Pemerintah Hindia Belanda berupaya untuk mendorong pertanian penduduk dengan peningkatan infrastruktur irigasi (bendungan dan kanal). Semua itu dimaksudkan agar penduduk aman dalam pangan tetapi juga mampu produksi tanaman ekspor.  Lalu kemudian menyusul konsesi-konsesi perkebunan diberikan kepada investor swasta.


Tanam Paksa di Cirebon, Saat Pribumi Dijajah di Perkebunan Tebu. 28-08-2022. Radarcirebon.com, Sistem tanam paksa juga diterapkan Pemerintah Kolonial di Cirebon, lewat perkebunan tebu. Masa-masa tersebut sangat pahit. Masyarakat Cirebon ketika itu menjadi budak tanam paksa, khususnya tebu di sejumlah kawasan perkebunan. Komoditas itu, menjadi salah satu adalan ekspor ke Eropa. Tidak hanya tanam paksa, VOC juga menancapkan kukunya dalam perdagangan teruama di Pelabuhan Cirebon sejak abad 17. Tidak hanya tanam paksa, perdagangan di Cirebon juga dikuasai oleh VOC. Pemerintah kolonial membangun benteng, hingga fasilitas perdagangan juga pergudangan. Komoditas yang menjadi komoditi tanam paksa ketika itu adalah kopi, gula, teh, kapas hingga lada. Tanaman seperti kopi dan teh dikirim dari wilayah Priangan, didatangkan ke Pelabuhan Cirebon untuk diangkut ke Eropa. Pada catatan Cirebon dalam Lima Zaman, di bawah kekuasaan kompeni, terutama pada abad ke-18, saat tanam paksa dilakukan di Cirebon terjadi kelaparan, wabah penyakit dan emigrasi penduduk. Kelaparan terjadi, karena padi atau beras dimonopoli kompeni dan faktor lainnya, lahan untuk menanam padi berkurang, lantaran sebagian lahan itu digunakan untuk menanam tarum (nila) dan kopi untuk kepentingan Belanda. (https://radarcirebon.disway.id/) 

Lantas bagaimana sejarah perkebunan di wilayah Cirebon? Seperti disebut di atas setelah pertanian penduduk ditingkatkan sejak era Pemerintah Hindia Belanda, pihak swasta mulai melakukan investasi di bidang perkebunan. Dalam hal ini kita juga sedang membicarakan sejarah awal pertanian di pedalaman dan sejarah awal perikanan laut di pesisir. Lalu bagaimana sejarah perkebunan di wilayah Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 04 Mei 2023

Sejarah Cirebon (24): Pelabuhan di Cirebon, Zaman Kuno hingga Masa Kini, Bagaimana Berkembang? Mencusuar Penanda Navigasi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Keberadaan pelabuhan di kota Cirebon sudah sejak lama, bahkan sejak zaman kuno. Pelabuhan di Cirebon terus berkembang hingga ke masa kini. Dimana posisi GPS pelabuhan masa kini dengan masa lampau berbeda. Perbedaan ini terjadi karena perkembangan tata kota dan juga perkembangan kebutuhan pelabuhan itu sendiri. Dalam hal posisi GPS mercusuar menjadi penting.


Pelabuhan Cirebon (Pelabuan Cerbon) atau PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 2 Cirebon adalah salah satu cabang dari PT. Pelabuhan Indonesia (Persero) atau PELINDO yang sebelumnya bernama PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau PELINDO II yang berada di wilayah Cirebon, Jawa Barat. Pelabuhan Cirebon merupakan pintu gerbang perekonomian Jawa Barat dan merupakan pelabuhan alternatif bagi Pelabuhan Tanjung Priok, khususnya dalam melayani kegiatan perdagangan antar pulau. Pelabuhan Cirebon terletak di Kota Cirebon, lintas utama pantai Utara Jawa Barat, kurang lebih 250 km dari Jakarta atau 130 km dari Bandung. Pelabuhan Cirebon dapat dicapai dengan mudah melalui jalan darat, baik dari arah Jakarta, Provinsi Jawa Tengah maupun dari kota Bandung. Kemudahan ini mendukung kelancaran distribusi barang dari dan ke Pelabuhan Cirebon. Pelabuhan Cirebon didukung oleh kedalaman kolam -7 m LWS. Sedangkan kapal yang memiliki draft diatas 7 M dapat dilayani di daerah lego jangkar kurang lebih 5–10 km lepas pantai. Pelabuhan Cirebon dibangun tahun 1865 dan pada tahun 1890 diperluas dengan pembangunan kolam pelabuhan dan pergudangan. Tahun 1927, Pelabuhan Cirebon masih berada di dalam struktur organisasi Pelabuhan Semarang, kemudian sejak tahun 1957 berada di bawah Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah pelabuhan Cirebon dari zaman kuno hingga masa kini, bagaimana berkembang? Seperti disebut di atas, pelbauhan Cirebon sudah eksis sejak zaman kuno dan terus berkembang, dan berkembang terus hingga masa ini. Dimana pelabuhan bermula? Mencusuar adalah penanda navigasi di laut juga penanda navigasi dalam sejarah pelabuhan Cirebon. Lalu bagaimana sejarah pelabuhan Cirebon dari zaman kuno hingga masa kini, bagaimana berkembang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (23): Kanal Kota Cirebon, Mangapa, Dimana Dibangun? Kebutuhan Navigasi dan Pembangunan Drainase Kota


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Kita tidak sedang membicarakan kanal informasi di (kota) Cirebon, tetapi kanal air yang terkait dengan kota. Geomorfologi kawasan (kota) Cirebon yang berada di kawasan rendah yang berhadapan permukaan laut, menyebabkan kawasan kota tidak sehat dan tidak produktif. Pembangunan kanal menjadi solusi. Pada era Pemerintah Hindia Belanda sejumlah kanal dibangun yang dapat meningkatkan navigasi dan mengefektifikkan fungsi drainase (banjir kanal).   

 

Empat Sungai Besar di Kota Cirebon Dikeruk. Inilahkoran. 5 Desember 2018. Cirebon. Sedikitnya empat sungai besar yang melintas di Kota Cirebon dikeruk. Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Cirebon, Syarif menyebutkan, keempat sungai dikeruk sungai Cikalong di kelurahan Kecapi, sungai di kawasan Pilang Setrayasa, sungai dekat PDAM, serta sungai banjir kanal. Tak hanya sungai besar, sejumlah sungai kecil pun dikeruk. "Selama beberapa hari ini sungai-sungai di Kota Cirebon dikeruk. Rabu (5/11/2018) ini sungai Cikalong yang dikeruk," ungkap Syarif. Untuk keempat sungai besar yang dikeruk, imbuhnya, memiliki tingkat kesulitan tinggi sehingga harus menggunakan alat berat. Kesulitan meliputi tingkat sedimentasi yang cukup tinggi, baik di sisi sungai maupun di dalam sungai. Di Sungai Cikalong misalnya, kata dia, telah terjadi penyempitan badan sungai akibat sedimentasi. Karena itu, pengerukan dilakukan sepanjang 500-600 M dengan kedalaman sekitar satu meter. Dia memastikan, pengerukan sungai dilakukan mengingat banjir masih menghantui warga Kota Cirebon. Dengan permasalahan sungai seperti sedimentasi hingga penyempitan sungai akibat sampah, air sungai bisa meluap dan menyebabkan banjir, terutama kala hujan berintensitas tinggi turun. (https://www.inilahkoran.id/) 

Lantas bagaimana sejarah kanal Kota Cirebon, mangapa dibangun, dimana saja? Seperti disebut di atas, kota Cirebon hingga masih mengalami persoalan banjir. Karena itu upaya pengerukan dilakukan. Apakah dalam hal ini pembangunan kanal (navigasi dan banjir kanal) tempo doeloe pada era Pemeirintah Hindia Belanda tidak efekltif lagi? Mangapa? Lalu bagaimana sejarah kanal Kota Cirebon, mangapa dibangun, dimana saja? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.